Sisi Positif Kehidupan Rakyat Indonesia Dibawah Rezim Orde Baru

Bookmark and Share
Oke !! hai teman-teman ?? Baik" aja kan? Kali ini saya pengen berbagi sesuatu hal sama temen", mengenai bagaimana kehidupan sehari-hari rakyat indonesia pada waktu rezim orde baru nya Pak Harto. Dalam setiap pemerintahan pasti ada sisi positif dan negatif nya, saya akui itu, tapi yang ingin saya bagi disini hanya sisi positifnya saja, karena tidak baik kalau kita bongkar sebuah keburukan tapi kita tidak berkaca pada diri sendiri terlebih dulu, bisa saja kita lebih buruk? atau kita hanya bisa menyalahkan tanpa memberikan solusi? gtu.... saya tidak ingin menyalahkan siapa", saya cuma mau cerita dan berbagi mengenai apa yang saya alami dan rasakan pada waktu Pak Harto berkuasa di jaman orde baru tahun 90an... ini hanya pengalaman pribadi saja, sama sekali tidak ada muatan politis, jadi saya cuma kasih gambaran secara umum saja kemudian silakan temen" menilai sendiri dan bandingkan dengan saat ini, apakah sebuah kemajuan atau kemunduran, mungkin bagi yang menganggap bahwa pemerintah hanya dibutuhkan saat membuat KTP saja rezim apapun yang memerintah sama sekali tidak berpengaruh, baik mari kita simak berikut ini:
Pada era kepemimpinan Bapak Soeharto dulu rasanya hidup ini serba nyaman tidak ada persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara yang muncul dan terbuka luas, tentu nyaman disini relatif dan mungkin juga persoalan yang ada serba tertutup sehingga masyarakat tidak mengetahuinya mengingat pada waktu itu semua serba terpusat di tangan pak harto. Namun karena pada waktu itu saya masih masa bersekolah jadi saya ingin lebih banyak menyinggung soal sekolah pada waktu itu. Mungkin ada yang merasa bahwa orde baru itu tidak demokratis, diktator, dan keras, tapi bagi saya itu sama sekali tidak berpengaruh, orde baru tidak demokratis hanya bagi orang-orang yang bersebrangan pendapat dengan pemerintah waktu itu bahkan jika keterlaluan bisa diculik dan dibunuh. Saya sendiri ikut merasakan bahwa jalan pikiran kita seperti dibentuk oleh pemerintah, kita hanya tinggal mengikuti dan melaksanakan saja. Kekuasaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara penuh ada ditangan pemerintah, bahkan aparat ABRI menjadi warga negara kelas satu karena menduduki hampir seluruh jabatan penting di pemerintahan. Sampai disini mungkin ada yang merasa sentimen tapi tunggu dulu jangan salah, karena hal itu ada juga keuntungannya seperti untuk bekerja menjadi PNS atau anggota ABRI bisa dibilang relatif mudah karena memang dibutuhkan untuk mendukung rezim orde baru mempertahankan kekuasaannya, bahkan konon untuk masuk jadi PNS itu tidak bayar alias gratis, dan menjadi ABRI pun lulusan SD saja masih bisa, silakan nilai dengan saat ini yang katanya demokratis?
Sekarang bicara soal sekolah, biaya sekolah murah, beras tumpah ruah, minyak/BBM mengalir deras tak terkira bak di surga, dan ingat saat program PELITA ke 5 Indonesia direncanakan akan segera tinggal landas, artinya segala aspek kehidupan telah dianggap mapan, dan dapat diartikan akan mampu mengejar kemajuan seperti negara maju. sejak pak Harto lengser, sekarang ini Indonesia seperti negeri Afrika yang tiada putus dirundung duka dan nestapa, Indonesia sekarang seperti Ethiopia!!
kalau Saya boleh jujur, saya lebih memilih hidup di pada jaman soeharto, kalau pada waktu reformasi 1998 Pak Harto dianggap bersalah, terlalu lama berkuasa, dan sebagainya, ya cukup Pak Harto saja yang diganti, presidennya saja yang diganti, jangan lalu terlalu kelewatan sampai merubah struktur kehidupan yang telah dibangun selama ini. Saya bilang begitu karena dulu saya benar" menikmati bisa merasakan sekolah murah sampai SLTP. Pembangunan infrastruktur pun juga dapat saya rasakan, dulu saya sering sekali melihat pelebaran jalan, pembangunan fisik disana sini, pupuk buat petani sering dibagikan gratis, swasembada beras pada tahun 90an, infrastruktur di desa, irigasi, Listrik Masuk Desa, jalan sangat bagus, serba murah, bahkan berita di TV ada peternak yang mendapat pembagian sapi gratis, beras gratis, bibit tanaman secara gratis, panen sampai berhektar", makmur, terus terang dulu Saya sekolah waktu SD gak pernah keluar duit sama sekali, buku dapat gratis, SLTP hanya bayar BP3 Rp.3.000/bulan titik!! tidak ada biaya lainnya lagi. Bahkan dulu waktu saya sekolah bersama kakak saya dalam satu sekolah ya yang bayar hanya 1 orang saja, benar" DAHSYAT atau FANTASTIS!! Buku buat sekolah gak pernah beli sama sekali !! karena selalu mendapat pinjaman gratis buku paket dari perpustakaan sekolah, itulah gunanya perpustakaan, jadi kita hanya wajib merawat dan memberi sampul saja. Kalau teman" ingat buku paket itu pasti ada tulisannya "Milik Negara Tidak Diperdagangkan", silakan nilai kalau jaman sekarang tidak punya uang ya jangan sekolah.
Pasca reformasi 1998 Indonesia menjadi negeri yang kehilangan arah, entah akan dibawa kemana negeri ini tidak jelas!! hampir semua berita di TV pasti mengenai korupsi yang merajalela, jarang ada berita mengenai pembangunan. Mungkin ada yang bilang orde baru yang bisa korupsi cuma Pak Harto, lalu apakah semua ingin korupsi juga? kalau pak harto korupsi, ya cukup presidennya yang diganti, bukan sistemnya karena sistemnya sudah sangat bagus. Jaman sekarang kalau bicara sekolah murah pemerintah sekarang ini pasti berkelit dengan kualitas yang alasannya begini "Kalau kita ingin sekolah murah tapi apakah kita tidak ingin yang berkualitas?". Padahal untuk ukuran Indonesia, bisa sekolah saja sudah bagus! kalau biaya sekolah mahal, pendapatan sebagian besar masyarakat indonesia saya yakin tidak cukup, lihat saja pendapatan perkapita kita berapa? Lagi pula sesuai amanat UUD 1945 memajukan dan mencerdasakan kehidupan bangsa itu kewajiban Negara dan harus ditanggung oleh pemerintah, kalau diserahkan kepada swasta untuk mengejar kualitas tentu dampaknya akan menjadi mahal, ironis .....
Dulu pada waktu orde baru anak-anak sekolah juga dilatih untuk menjalankan dan mengelola koperasi sekolah dengan diberi jadwal untuk berjualan di koperasi, selain itu juga ada yang namanya tabungan sekolah, dimana kita wajib menyetor saat bersamaan dengan membayar BP3 tiap bulan, dan pada saat kelulusan uang tabungan itu akan dikembalikan lagi pada kita, jadi saat lulus kita justru mendapat uang, mungkin dengan maksud sebagai bekal melanjutkan sekolah lagi atau gimana saya kurang tahu, tapi yang jelas kita dapat uang dari tabungan yang selama bersekolah kita tabung. Memang pada waktu orde baru, pemerintah dengan gencarnya menghimbau kepada masyarakat untuk gemar menabung di bank, dengan alasan uang itu akan dipinjam oleh pemerintah untuk melaksanakan pembangunan, dan selama kita menabung akan mendapatkan bunga. Temen" mungkin ada yang ingat slogan sedikit sedikit lama lama menjadi bukit. Waktu penataran P4 dalam butir pancasila ada yang berbunyi hidup hemat gemar menabung. Mungkin kita harus kembali lagi melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen!!

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment