Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kecakapan Hidup Siswa Pada Materi Prinsip-Prinsip Klasifikasi, Virus, Dan Monera Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Dengan Model Iqro Di Man 2 Semarang (PBIO-5)

Bookmark and Share
BAB I 
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang secara teknis-operasional dilakukan melalui pembelajaran. Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan efek berantai pada kemampuan peserta didik untuk belajar  secara  terus menerus   melalui  lingkungannya  baik  lingkungan  alam maupun  lingkungan  sosial sebagai sumber  belajar  yang  tak  terbatas.  Melalui proses belajar dari lingkungan, individu dapat menemukan  kembali jati dirinya, dapat  melakukan  sesuatu  yang  baru,  merasakan hubungan  yang  lebih  akrab dengan alam dan sesamanya. Melalui keterampilan belajar akan ditemukan suatu bentuk   keterampilan  khusus  yang  sesuai  bakat  dan  minatnya serta  dapat digunakan sebagai basis untuk memperoleh penghasilan layak.
Keterampilan  khusus  tersebut  adalah  life  skills  yang  diperoleh  melalui keterampilan belajar. Menurut Gredler  dalam Anwar (2004), individu yang sudah memiliki  keterampilan   belajar   dapat   mengarahkan   dirinya   pada   berbagai keterampilan        baru     termasuk   keterampilan kejuruan. Mereka juga dapat mengembangkan kapasitasnya  untuk  memberkati hidup mereka melalui kreativitas sepanjang  masa. Jadi individu yang memiliki keterampilan belajar, akan  mudah  memperoleh  berbagai  keterampilan  lain, termasuk  keterampilan untuk bekerja yang merupakan bagian dari kreativitas kehidupan jangka panjang.
Individu  yang  memiliki  keterampilan  belajar  lebih  optimis  karena  memiliki banyak pilihan, sedangkan individu yang hanya memiliki keterampilan terbatas yang hanya memfokuskan pada satu keterampilan yang spesifik potensial menjadi orang yang pesimistik,  karena tidak memiliki banyak pilihan dan kemampuan transfer ilmu.
Pada kenyataannya menunjukkan bahwa hasil mutu lulusan secara umum yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik, sementara untuk membuka lapangan kerja sendiri para lulusan kependidikan maupun non kependidikan  juga  belum  memiliki  kesiapan  kerja  yang  matang.  Meskipun demikian, kita perlu menyiapkan anak didik agar mampu menghadapi tantangan kerja sekaligus peluang dalam mengisi pembangunan pendidikan di masa depan dengan sistem pembelajaran baru demi  keberhasilan anak didik  dalam proses belajar  mengajar,  Sehingga  pembelajaran  tidak hanya  mengandalkan  aspek kognitif saja, tetapi pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup sangat diperlukan  untuk menciptakan generasi bangsa yang siap memasuki dunia kerja dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Sesuai pendapat Mulyasa (2002) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencantumkan kecakapan hidup sebagai hasil pengalaman belajar siswa,  sehingga dihasilkan siswa yang tidak hanya berprestasi tinggi dilihat dari perolehan angka  dan raportnya tetapi out comenya juga bagus. Nilai Biologi yang bagus seharusnya juga menggambarkan kemampuannya memperlakukan lingkungan seperti menjaga kebersihan, merawat tanaman  dengan  baik. 

Dengan  kemampuan  (skill)  individu  mampu  untuk melakukan  tugas  atau pekerjaan  yang  dibebankan  kepadanya,  sehingga  dapat memecahkan  masalah yang dihadapi seperti menjaga tubuh dari penyakit dan mengetahui penyebabnya serta bagaimana cara mencegahnya. Hal tersebut juga dipertegas   dalam   Depdiknas  (2003) bahwa  pengalaman  belajar  hendaknya memuat kecakapan hidup (life skills) yang harus dimiliki siswa. Menurut Hamalik (2001)  pengajaran  berdasarkan  pengalaman  memberi para  siswa  seperangkat situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. MAN 2 Semarang sudah mengikuti  Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) namun belum mencantumkan kecakapan hidup (life  skills) sebagai hasil pengalaman belajar oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memenuhi tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang salah satunya pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup.
Interaksi antara siswa dengan lingkungannya dalam pembelajaran Biologi merupakan hal  yang  tidak  dapat  dikesampingkan.  Biologi  lebih  dari  sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan  serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. Banyak  siswa  yang  tidak dapat   mengembangkan  pemahamannya  terhadap konsep-konsep   Biologi   tertentu  karena   antara   perolehan   pengetahuan   dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik dan tidak memungkinkan  siswa untuk menangkap makna secara fleksibel. Sebagai contoh siswa dapat menghafalkan berbagai   konsep   dan   fakta,   namun   tidak   mampu   menggunakannya   untuk menjelaskan  fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah dihafal tersebut. Sebagai konsekuensinya pembelajaran Biologi di sekolah diharapkan mampu  memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan  tentang fenomena Biologi. Jika Biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang memiliki pengetahuan awal tentang  berbagai fenomena Biologi tidak dapat menggunakan pengetahuan mereka selama proses  pembelajaran yang dikembangkan guru. Belajar Biologi seharusnya dapat mengakomodir kesenangan dan kepuasan intelektual bagi siswa dalam  usahanya membongkar  dan  memperbaiki  berbagai  konsep  yang  masih keliru. Pembelajaran Biologi akan lebih bermakna jika siswa menemukan sendiri pengetahuannya dengan kegiatan ilmiah seperti merumuskan masalah, menyusun kerangka  berpikir,  menyusun hipotesis,  melakukan  eksperimen,  menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mempublikasikan hasil.
Berdasarkan hasil  wawancara  dengan  guru  Biologi  MAN  2  Semarang kelas X pada tahun ajaran 2004/2005, Pembelajaran Biologi di MAN 2 Semarang pada materi prinsip-prinsip klasifikasi, virus dan monera menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.  Hasil  belajar siswa  pada materi ini paling rendah dibandingkan  dengan materi  Biologi yang  lain.  Hal  tersebut  disebabkan  oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pembelajaran          yang   dilakukan   menggunakan  metode  ceramah  yang membuat siswa menjadi pasif. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang   disampaikan  oleh  guru.  Kegiatan  mandiri  dianggap  tidak  ada maknanya, guru  cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada  siswa.  Di  sisi  lain,   siswa  hanya  diam  dan  bersikap  pasif. Penggunaan metode ceramah ini hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan.  Menurut                                  Hamalik (2001) Pengajaran efektif             adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, sehingga menuntut siswa untuk aktif.
2. Materi pelajaran Biologi pada pokok kajian virus dan monera merupakan hal yang  abstrak, sehingga untuk memahaminya diperlukan metode yang tepat, sebagai alternatif pembelajaran melalui Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Iqro diharapkan dapat meminimalisasi tingkat kesulitan belajar. Sesuai pendapat  Ridlo  (2005)  Pendekatan  Jelajah  Alam  Sekitar  (JAS)  dengan model  Iqro  menekankan  pada  kegiatan   pembelajaran  yang  dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga selain dapat membuka  wawasan berfikir yang beragam dari seluruh peserta didik, pendekatan ini  memungkinkan peserta  didik  dapat  mempelajari  berbagai  konsep  dan  cara  mengaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajar lebih berdaya guna bagi kehidupan sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan integritas dirinya. Dengan  pembelajaran ini diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat dan  kecakapan  hidup  (life  skills)  yang  diperlukan  peserta  didik  dalam hidup bermasyarakat dan lingkungan sosialnya dapat tercapai.
3. Berdasarkan pengalaman, bahwa siswa cepat lupa pada materi yang telah diberikan dalam satu konsep, namun melalui model Iqro dengan membaca ciptaan Tuhan yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar diharapkan siswa dapat  memahami  dan  mengingat  materi  pelajaran  dalam  jangka  waktu yang lebih lama, sehingga ilmu yang diperoleh  dapat digunakan dalam hidup  bermasyarakat  dan  lingkungan  sosial.  Menurut   Millieu   dalam Hamalik (2001), Alam sekitar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Pengajaran berdasarkan alam sekitar akan membantu anak didik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya dan pembelajaran akan lebih berdaya  guna,  sehingga  materi  pelajaran  yang  disampaikan  tidak  cepat usang.

Berdasarkan faktor-faktor  yang  disebutkan  di  atas,  mendorong  penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas (action research) guna menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa lebih berperan aktif dan membantu siswa menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata di sekitarnya serta mampu membaca apa yang diciptakan Tuhan (Iqro). Menurut Smith & Cormack dalam Moleong (2006) penelitian tindakan kelas adalah proses untuk  memperoleh  hasil  perubahan  dan memanfaatkan  hasil  perubahan  yang diperoleh dalam penelitian itu. Penelitian ini berupa penelitian tindakan  kelas dengan  jumlah  kelas  yang  diteliti  hanya  satu  kelas  yaitu  kelas X-B.  Dalam penelitian ini penulis menggunakan model Iqro dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).  Pembelajaran model Iqro mengajak siswa untuk   mendengarkan suara-suara alam, mengagumi ciptaan Tuhan,      mengekplorasi         lingkungan, menyatukan perasaan  dengan alam sehingga peserta didik tidak hanya mengerti tetapi terasah perasaan personal,  sosial dan seninya (Ridlo, 2005).  
Tujuan dari penerapan model Iqro ini untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar siswa lebih mencintai alam, hal ini  dikarenakan siswa kurang mempunyai kepedulian terhadap alam sehingga sering terjadi  kerusakan hutan, banjir dan berbagai masalah lingkungan yang disebabkan kurangnya  kepedulian masyarakat terhadap alam. Model Iqro ini selain mengasah kognitif siswa juga mengasah religius siswa. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dipilih karena belajar Biologi berarti belajar tentang alam di sekitar kita baik plantae, animalia, fungi,  monera  dan  protista,  sehingga  dapat  menambah  kekaguman  terhadap kebesaran Tuhan dan materi yang dipelajari akan lebih bermakna karena dikaitkan dengan kenyataan yang ada di lingkungan. Dengan  demikian penerapan model Iqro melalui pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada materi prinsip-prinsip klasifikasi, virus, dan monera diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kecakapan hidup siswa.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment