BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam untuk dimanfaatkan sebagai kurikulum kehidupan. Al-Qur’an juga merupakan kamus kehidupan yang setiap saat harus dibuka daan dibaca untuk mendapatkaan arti dan daan makna tentang kehidupan, karena Al-Qur’an merupakan “hudan lin-nas” yaitu petunjuk kehidupan manusia. Kamus kehidupan yang memuat kata kunci yang sangat bermanpaat untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, manusia dan alam sekitarnya, sehingga umat Islam mampu bertingkah laku sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an untuk bisa meraih kebahaagian hidup di dunia dan di akhirat.
Dewasa ini kegiatan penghafalan Al-Qur’an sudah meluas dan semarak dilakukan dalam beberapa pondok pesantren dalam upaya mencetak para penghafal baru Al-Qur’an. Al-Qur’an yang diyakini sebagai firman Allah SWT merupakan petunjuk yang dikehendaki-Nya. Jadi manusia yang ingin menyesuaikan sikap dan perbuatannya dengan yang dikehendaki-Nya itu demi meraih kebahagiaan akhirat, haruslah memahami maksud dan petunjuk-petunjuk dari Al-Qur’an.
Tahfizul Qur’an merupakan langkah nyata umat Islam dalam menjaga keotentikan Al-Qur’an dan usaha mempelajari kandungan (ilmu) Al-Qur’an serta mengamalkannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yang bersikap dan berkepribadian sesuai dengan Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
عن عمر ابن الخطاب رضى الله عنه ان النبي صلى الله عليه وسلم قال: ان الله تعالى يرفع بهذ الكلام قوما ويضع به اخرين(رواه الوسلم)
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT mengangkat derajad suatu kaum dengan Al-Qur’an dan menurunkannya dengan Al-Qur’an pula (Sahih Muslim, 1398 h : 235. Jilid III).
Di samping itu, menghafal Al-Qur’an hukumnya wajib kifayah sebagaimana pendapat ulama yangmengatakan:
ان حفظ القران عن ظهر قلب فرضى كفاية
Artinya: Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar kepala hukumnya fardu kifayah (Nihayah Qaulul Mufik Syaikh Muhamad Makki Nashr, dalam al-Hafidz , 1994:24-25)
Sebagai orang Islam yang ingin mengamalkan Al-Qur’an secara murni dan konsekwen, maka menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu bagian penting untuk dilakukan, karena dengan menghafal maka akan mudah untuk menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari atau paling tidak setiap sikap atau tingkah laku selalu dibatasi oleh hafalan yang telah ada pada diri seorang muslim. Karena faedah menghafal Al-Qur’an adalah “1). Kebahagiaan di dunia dan akherat, 2). Sakinah (tenteram jiwanya), 3). Tajam ingatan dan bersih intusinya, 4). Bahtera ilmu, 5). Memiliki endentitas yang baik dan berperilaku yang jujur, 6). Fasih dalam berbicara, 7). Memiliki do’a yang mustajab“ (Al-Hafidz, 1994:35-40).
Pendapat lain mengatakan bahwa keutaamaan dan kelebihan orang yang membaca Al-Qur’an adalah nanti di akherat akan disejajarkan kedudukanya dengan para utusan Allah (Zen, 1985:31).
Selai faedah di atas, Al-Qur’an memiliki mukjizat yang tiada taranya. Qodirun (1988:136) menyatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an sebagai berikut :
Aturan yang indah yang sama sekali berbeda dengan aturan bahasa Arab, susunan ajib, keagungan yang tidak amat memiliki oleh makhluk lain, syariat yang lembut dan sempurna dan tak terkalahkan oleh syariat yang lain, mengkhabarkan hal-hal yang ghaib yang hanya diketahui dengan wahyu, tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu alam, kesanggupan memenuhi kebutuhan manusia, dan pengaruhnya dalam hati para pengikut dan musuh.
Mengingat pentingnya menghafal Al-Qur’an, membuat orang Islam yang memiliki kekhawatiran akan lemahnya tradisi menghafal Al-Qur’an, mendirikan lembaga pendidikan khusus untuk arah. Dengan harapan untuk memberikan bekal dasar bagi para santri menjadi generasi Qur’ani yang mampu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Menghafal ayat-ayat Al Qur’an bukanlah pekerjaan yang mudah. Karena konfleknya: tatanan bahasa dan kebersesuaian dengan makna atau arti yang harus tercermin secara mutlak dalam setiap ungkapan yang dihafal. Sehingga dibutuhkan kehati-hatian dan keseriusan serta ketelitian dalam menghafalnya.
Ayat-ayat Al Qur’an yang terdiri dari 6616 ayat, 323.671 huruf, 114 surat, dan 30 juz bukanlah pekerjaan yang mudah untuk itu sangat dibutuhkan peranan seorang Asatidz, karena hafalan tanpa diperdengarkan kepada seorang Asatidz kurang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Abidin, 1992: 166).
TGH. Yusuf Abdussatar merupakan salah seorang Tuan Guru yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam perkembangan masyarakat di Desa Kediri khususnya dan pulau Lombok pada umumnya. kemampuannya dalam menghafal Al-Qur’an, membawa dirinya menjadi seorang Tuan Guru yang memiliki kharismatik tinggi dan berwibawa. Ia memiliki jiwa kemanusiaan yang selalu diarahkan kepada perubahan sosial, khususnya perhatiannya dalam pendidikan Tahfizul Qur’an.
Dilihat dari latar belakang pendidikan, TGH. Yusuf Abdussatar dari usia dini sudah menjadi santri di Lembaga Assulutiah bagian Qismul Huffaz Mekah al-Mukarromah Saudi Arabia. Menurut catatan lembaga pendidikan Assulutiah, TGH. Yusuf Abdussatar pada tahun 1939 merupakan putra pertama NTB yang menamatkan hafalan Al-Qur’an pada usia 15 tahun. Hal ini adlah prestasi yang sangat memuaskan, terutama bagi Lembaga Assulutiah (TGH. Khuailid Abdussatar, 25 Juli 2006).
Bagi masyarakat di Desa Kediri, kehadiran TGH. Yusuf Abdussatar dirasakan betul sebagai figur yang kharismatik, jujur dan mempunyai jasa besar dalam pengembangan dakwah Islam, khususnya pendidikan Tahfizul Qur’an. Beberapa Madrasah Tahfizul Qur;an yang tersebar di berbagai daerah di Pulau Lombok, merupakan santri-santrinya.
Menilik semua hal di atas, maka penulis bermaksud untuk mengangkat bahan penelitian tentang “Peranan TGH. Yusuf Abdussatar dalam Pendidikan Tahfizul Qur’an di Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar Kediri Kecamatan Kediri Lombok Barat”.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment