BAB
I
PENDAHULUAN
1. Sejarah Permainan Bola Voli
A. Sejarah Perkembangan Bola Voli di
Daerah Asalnya
William G. Morgan (New York, 1870–1942) adalah tokoh asal Amerika Serikat
yang dikenal sebagai pencipta olahraga bola voli.
Morgan muda kuliah di Springfield
College yang dikelola YMCA (Young Men’s Christian Association). Di
sana ia bertemu dengan James Naismith yang pada tahun 1891 menciptakan olahraga
bola basket. Setelah lulus, pada tahun 1895 ia mulai bekerja sebagai Direktur
Pendidikan Jasmani di YMCA di Massachusetts. Di sana ia menciptakan permainan
bernama Mintoinette yang dirancang tidak seberat basket agar cocok
dimainkan orang-orang yang lebih tua. 9 Februari 1895 menjadi hari
kelahiran permainan ini.Dirancang berdasarkan olahraga lain asal Jerman bernama
faustball, permainan yang ini kemudian berganti nama menjadi volleyball
(bola voli).
Setelah bertemu dengan James
Naismith (seorang pencipta olahraga bola basket yang lahir pada
tanggal 6 November 1861, dan meninggal pada tanggal 28 November 1939), Morgan
menciptakan sebuah olahraga baru yang bernama Mintonette. Sama halnya dengan
James Naismith, William G. Morgan juga mendedikasikan hidupnya sebagai seorang
instruktur pendidikan jasmani. William G. Morgan yang juga merupakan lulusan
Springfield College of YMCA, menciptakan permainan Mintonette ini empat tahun
setelah diciptakannya olahraga permainan basketball oleh James Naismith.
Olahraga permainan Mintonette
sebenarnya merupakan sebuah permainan yang diciptakan dengan mengkombinasikan
beberapa jenis permainan. Tepatnya, permainan Mintonette diciptakan dengan
mengadopsi empat macam karakter olahraga permainan menjadi satu, yaitu bola
basket, baseball, tenis, dan yang terakhir adalah bola tangan (handball). Pada
awalnya, permainan ini diciptakan khusus bagi anggota YMCA yang sudah tidak
berusia muda lagi, sehingga permainan ini-pun dibuat tidak seaktif permainan
bola basket.
Perubahan nama Mintonette menjadi
volleyball (bola voli) terjadi pada pada tahun 1896, pada demonstrasi
pertandingan pertamanya di International YMCA Training School. Pada awal tahun
1896 tersebut, Dr. Luther Halsey Gulick (Director of the Professional Physical
Education Training School sekaligus sebagai Executive Director of Department of
Physical Education of the International Committe of YMCA) mengundang dan
meminta Morgan untuk mendemonstrasikan permainan baru yang telah ia ciptakan di
stadion kampus yang baru. Pada sebuah konferensi yang bertempat di kampus YMCA,
Springfield tersebut juga dihadiri oleh seluruh instruktur pendidikan jasmani.
Dalam kesempatan tersebut, Morgan membawa dua tim yang pada masing-masing tim
beranggotakan lima orang.
Dalam kesempatan itu, Morgan juga
menjelaskan bahwa permainan tersebut adalah permainan yang dapat dimainkan di
dalam maupun di luar ruangan dengan sangat leluasa. Dan menurut penjelasannya
pada saat itu, permainan ini dapat juga dimainkan oleh banyak pemain. Tidak ada
batasan jumlah pemain yang menjadi standar dalam permainan tersebut. Sedangkan
sasaran dari permainan ini adalah mempertahankan bola agar tetap bergerak
melewati net yang tinggi, dari satu wilayah ke wilayah lain (wilayah lawan).
Demonstrasi pertandingan yang
dibawakan oleh kedua tim, serta penjelasan yang telah disampaikan oleh
Morgan-pun telah membawa sebuah perubahan pada Mintonette.Perubahan pertama
yang terjadi pada permainan tersebut terjadi pada namanya. Atas saran dari
Profesor Alfred T. Halstead yang juga menyaksikan dan memperhatikan demonstrasi
serta penjelasan Morgan, nama Mintonette-pun berubah menjadi Volleyball (bola
voli). Pemilihan nama Volleyball sebagai pengganti Mintonette-pun tidak
dilakukan dengan tanpa pertimbangan. Nama Volleyball dipilih berdasarkan
gerakan-gerakan utama yang terdapat pada permainan tersebut, yaitu gerakan
memukul bola sebelum bola tersebut jatuh ke tanah (volley).
Pada awalnya, nama Volleyball-pun
dieja secara terpisah (dua kata), yaitu “Volley Ball”. Kemudian pada tahun
1952, Komite Administratif USVBA (United States Volleyball Association) memilih
untuk mengeja nama tersebut dalam satu kata, yaitu “Volleyball”. USVBA adalah
persatuan olahraga bola voli yang terdapat di Amerika Serikat. Asosiasi ini
pertama kali didirikan pada tahun 1928, dan pada saat ini USVBA lebih dikenal
dengan nama USAV (USA Voleyball). Setelah demonstrasi tersebut, komite YMCA
berjanji untuk mempelajari peraturan-peraturan permainan yang telah ditulis dan
diserahkan ke Morgan.
Beberapa peraturan yang pertama kali
ditulis oleh Morgan adalah penggunaan net setinggi 6 feet 6 inch (ukuran ini
disesuaikan dengan tinggi rata-rata orang Amerika yang pada abad ke-19 tersebut
ternyata lebih pendek), lapangan berukuran 7.6 x 15.2 m2, dan dimainkan oleh
beberapa orang pemain. Dalam peraturan lama tersebut, permainan terbagi atas
sembilan babak. Pada setiap babak, masing-masing tim memperoleh kesempatan
untuk melakukan servis (memukul bola di awal permainan/pukulan bola pertama).
Selain itu, dalam peraturan yang pertama kali dibuat tersebut tidak terdapat
batasan kontak antara pemain dengan bola, sebelum bola tersebut dapat dipukul
dan berpindah ke wilayah lawan. Jika pemain melakukan kesalahan ketika
melakukan servis, maka ia masih diijinkan untuk melakukan servis yang kedua.
Sedangkan pemukulan bola ke arah net akan dianggap sebagai sebuah pelanggaran
dan berakibat kehilangan skor, kecuali pada saat melakukan servis yang pertama.
Karena setelah servis pertama, masih terdapat kesempatan untuk melakukan servis
yang kedua. Akhirnya, merekapun memodifikasi dan menerbitkan peraturan tersebut
pada bulan Juli 1896.
B. Sejarah Perkembangan Bola Voli di
Indonesia
Indonesia mengenal permainan bola
voli sejak tahun 1982 pada zaman penjajahan Belanda. Guru-guru pendidikan
jasmani didatangkan dari Negeri Belanda untuk mengembangkan olahraga umumnya
dan bola voli khususnya. Di samping guru-guru pendidikan jasmani, tentara
Belanda banyak andilnya dalam pengembangan permainan bola voli di Indonesia,
terutama dengan bermain di asrama-asrama, dilapangan terbuka dan mengadakan
pertandingan antar kompeni-kompeni Belanda sendiri.
Permainan bola voli di Indonesia
sangat pesat di seluruh lapisan mayarakat, sehingga timbul klub-klub di kota
besar di seluruh Indonesia. Dengan dasar itulah maka pada tanggal 22 januari
1955 PBVSI (persatuan bola voli seluruh indonesia) didirikan di Jakarta bersamaan
dengan kejuaraan nasional yang pertama.
PBVSI sejak itu aktif mengembangkan
kegiatan-kegiatan baik ke dalam maupun ke luar negeri sampai sekarang.
Perkembangan permainan bola voli sangat menonjol saat menjelang Asian Games IV
1962 dan Ganefo I 1963 di Jakarta, baik untuk pria maupun untuk wanitanya.
Pertandingan bola voli masuk acara resmi dalam PON II 1951 di Jakarta dan POM I
di Yogyakarta tahun 1951. setelah tahun 1962 perkembangan bola voli seperti
jamur tumbuh di musim hujan banyaknya klub-klub bola voli di seluruh pelosok
tanah air.Hal ini terbukti pula dengan data-data peserta pertandingan dalam
kejuaran nasional. PON dan pesta-pesta olahraga lain, di mana angka menunjukkan
peningkatan jumlahnya. Boleh dikatakan sampai saat ini permainan bola voli di Indonesia
menduduki tempat ketiga setelah sepak bola dan bulu tangkis.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah
perbolavolian Indonesia, PBVSI telah dapat mengirimkan tim bola voli yunior
Indonesia ke kejuaraan Dunia di Athena Yunani yang berlangsung dari tanggal
3-12 september 1989. tim bola voli yunior putra Indonesia ini dilatih oleh Yano
Hadian dengan dibantu oleh trainer Kanwar, serta pelatih dari Jepang Hideto
Nishioka, sedangkan pelatih fisik diserahkan kepada Engkos Kosasih dari bidang
kepelatihan PKON (pusat kesehatan olahraga nasional) KANTOR MENPORA. Dalam
kejuaraan dunia bola voli putra tersebut, sebagai juaranya adalah :
1. Uni Sovyet
2. Jepang
3. Brazil
4. Bulagaria
5.Kuba
6. Yunani
7. Polandia
Sedangkan Indonesia sendiri baru dapat menduduki urutan ke 15.Dalam periode di bawah pimpinan ketua Umum PBVSI Jendral (Pol) Drs. Mochamad Sanusi, perbolavolian makin meningkat baik dari jumlahnya perkumpulan yang ada maupun dari lancarnya system kompetisi yang berlangsung,; sampai dengan kegiatan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.
1. Uni Sovyet
2. Jepang
3. Brazil
4. Bulagaria
5.Kuba
6. Yunani
7. Polandia
Sedangkan Indonesia sendiri baru dapat menduduki urutan ke 15.Dalam periode di bawah pimpinan ketua Umum PBVSI Jendral (Pol) Drs. Mochamad Sanusi, perbolavolian makin meningkat baik dari jumlahnya perkumpulan yang ada maupun dari lancarnya system kompetisi yang berlangsung,; sampai dengan kegiatan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.
C. Pembinaan Bola Voli Di Indonesia
Perkembangan bola voli Indonesia
dari tahun ke tahun, tidak lepas dari sikap konsisten pihak Sampoerna Hijau
dalam mensponsori setiap event bolavoli di Indonesia baik ditingkat Nasional
maupun event-event lokal.Pembinaan bolavoli di Indonesia memiliki beberapa
jenjang pembinaan resmi PBVSI.
PROLIGA. Adalah event profesional Indonesia. Event ini dikemas dengan penggabungan sebuah kompetisi bolavoli dengan entertainment agar permainan bolavoli bisa melibatkan dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Setiap tim yang mengikuti event ini, diwajibkan untuk mengikat pemain – pemainnya secara profesional.
LIVOLI. merupakan even pertandingan antarklub tertinggi di Indonesia. Livoli diikuti 10 klub resmi PBVSI putra dan putri terbaik di Indonesia. Setiap pemain yang berlaga pada even ini merupakan atlet binaan klub atau yang berstatus anggota di klub yang bersangkutan. Melalui even Livoli akan ditentukan peringkat klub secara nasional. Untuk klub yang berada diperingkat 2 terbawah akan terdegradasi dan wajib mengikuti even Kejurnas antarklub.
KEJURNAS. merupakan even yang mempertandingkan semua perwakilan klub resmi daerah yang terdaftar di PBVSI. Klub yang berhak mengikuti kejurnas adalah klub finalis pada even kejurda. Sedangkan untuk klub Finalis Kejurnas memiliki hak promosi untuk mengikuti LIVOLI.
KEJURDA. Even ini dilaksanakan oleh masing-masing propinsi. Kejurda merupakan tolok ukur tingkat keberhasilan pembina.
PROLIGA. Adalah event profesional Indonesia. Event ini dikemas dengan penggabungan sebuah kompetisi bolavoli dengan entertainment agar permainan bolavoli bisa melibatkan dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Setiap tim yang mengikuti event ini, diwajibkan untuk mengikat pemain – pemainnya secara profesional.
LIVOLI. merupakan even pertandingan antarklub tertinggi di Indonesia. Livoli diikuti 10 klub resmi PBVSI putra dan putri terbaik di Indonesia. Setiap pemain yang berlaga pada even ini merupakan atlet binaan klub atau yang berstatus anggota di klub yang bersangkutan. Melalui even Livoli akan ditentukan peringkat klub secara nasional. Untuk klub yang berada diperingkat 2 terbawah akan terdegradasi dan wajib mengikuti even Kejurnas antarklub.
KEJURNAS. merupakan even yang mempertandingkan semua perwakilan klub resmi daerah yang terdaftar di PBVSI. Klub yang berhak mengikuti kejurnas adalah klub finalis pada even kejurda. Sedangkan untuk klub Finalis Kejurnas memiliki hak promosi untuk mengikuti LIVOLI.
KEJURDA. Even ini dilaksanakan oleh masing-masing propinsi. Kejurda merupakan tolok ukur tingkat keberhasilan pembina.
BAB II
ISI
2.1 Teknik Dasar Permainan Bola Voli
a. Servis
Teknik dasar pertama yang dikenal
dalam permainan bola voli adalah teknik melakukan servis. Secara sederhana,
teknik servis pada bola voli adalah pemain berdiri di belakang garis belakang
lapangan, melemparkan bola ke udara, kemudian memukul bola tersebut ke arah
lapangan atau area lawan. Meskipun terdengar sederhana, namun pada pelaksanaan
teknik ini juga ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian.
Tujuan melakukan servis adalah
semaksimal mungkin mengarahkan dan menjatuhkan bola pada area lawan yang kosong
atau terlihat lemah, sehingga tidak dapat diterima oleh tim lawan. Atau,
mengarahkan bola ke area lawan dengan keras dan kecepatan yang tinggi, sehingga
tim lawan tidak mampu menahan atau mengendalikannya, dan diharapkan bola
tersebut akan keluar lapangan setelah tersentuh pemain lawan. Maka untuk
memaksimalkan hasil dari servis tersebut, seorang pemain yang melakukan servis
tentunya harus mampu mengatur arah dan kecepatan bola, sehingga tim lawan akan
kesulitan untuk menerima, menahan, maupun mengendalikan servis tersebut.Ketika
bola yang diservis tersebut mendarat ke area lawan secara langsung (tanpa
menyentuh pemain lawan), maka servis tersebut biasa disebut dengan “ace”.
Sebutan tersebut juga berlaku untuk servis yang keluar lapangan, setelah
terlebih dahulu menyentuh salah seorang pemain dari tim lawan.
Seiring dengan perjalanannya yang
terus exist di dunia olahraga, saat ini teknik servis juga telah mengalami
banyak perkembangan. Teknik servis dalam permainan bola voli telah berkembang
menjadi 9 macam, yaitu:
1 .Underhand dan Overhand Serve
(Servis atas dan servis bawah)
Underhand serve adalah melakukan
servis atau memukul bola dari bawah, yaitu pada ketinggian sekitar area
pinggang pemain. Underhand serve ini merupakan salah satu teknik servis yang
termudah, dan juga sebagai salah satu servis yang sangat mudah diterima oleh
tim lawan. Maka dari itu, teknik Underhand serve ini jarang sekali digunakan
pada kejuaraan tingkat tinggi. Sedangkan Overhand serve adalah teknik servis
yang dilakukan dari atas, yaitu dengan cara melemparkan bola ke udara kemudian
memukulnya setelah bola tersebut kembali turun mencapai ketinggian di atas bahu
pemain.
Gambar Servis Atas
Gambar Servis Bawah
2. Sky Ball Serve
Sky ball seve adalah sejenis teknik
servis underhand yang biasa dipergunakan dalam permainan bola voli pantai.
Dalam Sky ball serve, hasil pemukulan bola (servis) dibuat melambung sangat
tinggi, dan kemudian bola tersebut akan turun kembali dengan gerakan yang
hampir membentuk garis lurus. Tim bola voli pantai Brazil-lah yang telah
menciptakan dan menggunakan teknik servis ini pada awal tahun 1980-an. Saat
ini, jenis teknik servis tersebut sudah dianggap sangat kuno, sehingga sangat
jarang dipergunakan lagi.
3. Line dan Cross_Court serve
Untuk membedakan kedua jenis servis
ini dapat dilihat dari arah gerakan bola yang menyeberang ke area lawan. Dalam
hal ini, arah gerakan bola dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menyilang dan
lurus sejajar dengan garis memanjang pada lapangan bola voli.
4. Top Spin
Top Spin merupakan salah satu jenis
Underhand serve. Dalam teknik servis ini, bola yang dipukul mengenai bagian
telapak tangan sekaligus pergelangan tangan. Dengan teknik ini, bola akan
melesat ke area lawan dengan berputar. Putaran tersebut akan membuat bola
melesat dan jatuh ke area lawan dengan cepat, tajam, dan keras.
5. Floater
Teknik servis Floater dapat
dilakukan dengan cara melompat maupun hanya dengan berdiri saja. Pada jenis
teknik Overhand serve ini, bola yang dipukul tidak berputar. Servis akan
melesat ke area lawan tanpa gerakan berputar pada bola. Meskipun demikian,
teknik servis ini akan menghasilkan gerakan bola yang tidak dapat diprediksi
oleh tim lawan.
6. Jump Serve
Teknik Jump serve ini adalah salah
satu jenis teknik servis yang paling populer dan paling banyak digunakan di
kalangan tim bola voli tingkat perguruan tinggi maupun profesional. Teknik Jump
serve ini juga masih termasuk dalam kategori teknik Overhand serve. Pemain yang
akan melakukan Jump serve akan melempar bola tinggi ke udara, setelah
sebelumnya melakukan persiapan di luar garis belakang lapangan. Setelah itu,
pemain melakukan langkah pendekatan (penyesuaian) terhadap bola yang sedang
bergerak turun, kemudian ia akan melompat dan memukul bola tersebut dengan keras.
Teknik Jump serve ini akan menghasilkan servis dengan gerakan bola yang
berputar, sangat cepat, keras, dan tajam. Hal inilah yang membuat teknik servis
ini menjadi sangat populer di kalangan para pemain bola voli.
7. Jump Float
Salah satu jenis servis yang juga
populer di kalangan pemain bola voli tingkat perguruan tinggi dan profesional
adalah Jump float. Teknik Jump float ini hampir sama dengan teknik Jump serve
dan floater. Pada teknik ini, pemain akan melempar bola ke udara dengan
ketinggian yang lebih rendah dari teknik Top spin jump serve. Sedangkan kontak
dengan bola (pemukulan) tetap dilakukan di udara. Teknik ini akan menghasilkan
servis dengan arah bola yang tidak dapat diprediksi oleh tim lawan. Hal itulah
yang membuat teknik servis ini menjadi lebih populer dan banyak digunakan pada
kalangan perguruan tinggi dan profesional.
8. Round-House Serve
Pada teknik Round-House serve,
pemain yang akan melakukan servis berdiri di luar garis belakan lapangan,
dengan posisi salah satu bahu menghadap ke arah net. Setelah itu, bola dilempar
tinggi ke udara dan dipukul dengan menggunakan gerakan lengan yang berputar
dengan cepat. Pemukulan pada bola dilakukan dengan menggunakan telapak tangan.
Hal ini akan memberikan hasil servis dengan putaran bola yang tinggi.
9. Hybrid Serve
Salah satu kategori teknik Overhand
serve yang lain adalah Hybrid serve. Pada dasarnya, teknik Hybrid serve sama
dengan teknik Top spin serve. Teknik Hybrid serve ini juga akan menghasilkan
servis dengan arah gerakan yang sangat sulit untuk diprediksi oleh tim lawan.
b. Pass/Passing
Salah satu teknik dasar dan vital
yang lain, yang juga wajib dikuasai oleh setiap pemain bola voli adalah teknik
pass. Tanpa adanya penguasaan teknik pass yang baik, maka sebuah tim tidak akan
mampu menghadapi pertandingan dengan baik. Karena, pass adalah langkah awal
yang akan menentukan kemampuan sebuah tim untuk bertahan dan melakukan
penyerangan. Dengan adanya penguasaan teknik pass yang baik, maka seorang
setter akan lebih mudah dalam menyesuaikan arah dan tinggi bola yang akan
diset. Dengan demikian, sang attacker-pun akan dapat melakukan spike secara
maksimal. Pass yang baik, bukanlah pass yang hanya mampu mencegah bola agar
tidak jatuh atau menyentuh area timnya, tetapi juga harus mampu mencapai posisi
setter dengan arah yang tepat, serta dengan gerakan dan kecepatan yang stabil.
Dengan demikian, sang setter dan attacker akan mampu menciptakan berbagai
variasi serangan dengan mudah.
Sebenarnya, teknik pass ini dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu teknik Underarm pass (passing bawah) dan
Overhand pass (passing atas).
Underarm pass atau yang juga biasa
dikenal dengan sebutan bump, dilakukan dengan menggabungkan kedua lengan bawah
menjadi satu, dengan arah lurus ke depan. Bola yang jatuh akan mengenai kedua
lengan bawah pada bagian dalam. Teknik ini dilakukan dengan posisi yang rendah,
yaitu dengan ketinggian sekitar batas pinggang pemain.
Sedangkan Overhand pass adalah
teknik pass yang dilakukan dengan menggunakan ujung jemari tangan, seperti
ketika melakukan set. Teknik ini dilakukan pada posisi di atas kepala.
C.Umpan
1. Umpan Kedepan
Pengumpan menempatkan posisi badan
dibawah dan agak dibelakang arah gerak bola, kedua telapak tangan dan jari²
membentuk bulatan ½ lingkaran telah siap didepan atas muka dahi.
Jenis² Umpan.
a. Umpan Normal/Open.
Bola segera diumpan keatas dengan
kekuatan dorongan lengan, jari dan pergelangan tangan serta ayunan kaki.
Usahakan bola parabol keatas net dengan ketinggian lebih dari 2m dari tepi atas
net. Bola berada diantara smasher dan pengumpan sejajar net dengan jarak dari
net ± 20cm – 50cm.
b. Umpan Semi.
Perkenaan bola tepat diatas dahi
segaris dengan sumbu badan, dimana umpan dilakukan dengan gerak keatas depan,
ketinggian bola diatas tepi net antara diatas 1m s/d 2m. Penentuan kualitas
parabol dan jalannya bola tergantung kekuatan jari, pergelangan tangan dan
lengan. Timing pemberian umpan semi dilakukan bila smasher telah
kelihatan bergerak maju awalan dengan jarak ± 1m dari pengumpan.
c. Umpan Straight/Kamboja.
Parabol bola antara 0.5m s/d 1.5m
dari tepi atas net. Dorongan bola lebih dominan dibandingkan dengan gerak
keatas untuk parabol bola, Bola diatas net meluncur agak cepat dengan jarak
20cm – 50cm dari net, dimana akhir parabol bola terletak diatas garis samping
lapangan. Begitu bola datang segera dipantulkan kedepan atas dengan cepat,
setelah pengumpan melihat smasher telah berawalan merapat dengan net diluar
garis samping lapngan. Timing pemberian umpan harus tepat, yaitu saat bola
telah didepan atas dahi dan smasher telah siap mengambil awalan.
d. Umpan Quick.
Teknik umpan ini memerlukan
ketinggian bola 50cm s/d 1m dari tepi atas net. Timing pemberian bola
saat smasher telah melayang keatas didepan pengumpan siap untuk memukul bola,
biasanya pasing bola datang, tunggu sebentar sampai smasher meloncat untuk
menunggu bola diatas net. Gerakan utama dalam umpan pendek ini adalah kekuatan
jari dan pergelangan pengumpan, perkenaan tangan terhadap bola sama dengan
pelaksanaan umpan semi. Arah umpan parabol vertical disebut quick A, sedangkan
parabol straight disebut quick B.
2. Umpan Kebelakang
Pengumpan menempatkan posisi badan
dibawah bola, badan agak dicondongkan kebelakang sedikit. Gerak jari &
pergelangan tangan lebih aktif, terutama ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah, lengan segaris dengan kecondongan badan bagian atas saat pelaksanaan
umpan. Pandangan kebelakang sedikit untuk melihat jalannya bola kearah
belakang. Jenis umpan kebelakang sama dengan umpan kedepan.
D.Smash
untuk serangan guna mematikan lawan
o
Awalan
Berdiri dengan salah satu kaki
dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu (tergantung smasher normal atau
smasher kidal). Langkahkan kaki satu langkah kedepan (pemain yang baik, dapat
mengambil ancang² sebanyak 2 sampai 4 langkah), kedua lengan mulai bergerak
kebelakang, berat badan berangsur² merendah untuk membantu tolakan.
o
Tolakan
Langkahkan kaki selanjutnya, hingga
kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu kaki agak kedepan sedikit
untuk mengerem gerak kedepan dan sebagai persiapan meloncat kearah vertical.
Ayunkan kedua lengan kebelakang atas sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga
lutut membuat sudut ±110º, badan siap untuk meloncat dengan berat badan lebih
banyak bertumpu pada kaki yang didepan.
o
Meloncat
Mulailah meloncat dengan tumit &
jari kaki menghentak lantai dan mengayunkan kedua lengan kedepan atas saat
kedua kaki mendorong naik keatas. Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan
batang tubuh digerakkan serasi merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan
eksplosif dan loncatan vertikal.
o
Memukul Bola
Jarak bola didepan atas sejangkauan
lengan pemukul, segera lecutkan lengan kebelakang kepala dan dengan cepat
lecutkan kedepan sejangkauan lengan terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul
bola secepat dan setinggi mungkin, perkenaan bola dengan telapak tangan tepat
diatas tengah bola bagian atas. Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan
dengan telapak tangan & jari menutup bola. Setelah perkenaan bola lengan
pemukul membuat gerakan lanjutan kearah garis tengah badan dengan diikuti gerak
tubuh membungkuk. Gerak lecutan lengan, telapak tangan, badan, tangan yang
tidak memukul dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan
saat berada diudara. Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras &
cepat turun kelantai.
o
Mendarat
Mendarat dengan kedua kaki mengeper.
Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai, mendarat
dengan jari² kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong kedepan.
Usahakan tempat mendarat kedua kaki hampir sama dengan tempat saat meloncat.
Jenis² Smash.
1. Open
Pemukul melakukan gerak awalan
setelah bola lepas dari tangan pengumpan, bola dipukul dipuncak loncatan dan
jangkauan lengan yang tertinggi.
2. Semi
Setelah bola lepas dipasing kearah
pengumpan, pemukul harus mulai bergerak perlahan kedepan dengan langkah tetap
menuju kearah pengumpan. Begitu pengumpan menyajikan bola dengan ketinggian
1m ditepi atas net maka secepatnya pemukul meloncat keatas dan memukul
bola. Disini kecepatan gerak harus lebih cepat dari pada smash dengan bola Open
3. Quick
Begitu melihat bola pasing ke
pengumpan, maka pemukul melakukan awalan secepat mungkin, dengan langkah yang
panjang. Timing meloncat sebelum bola diumpan dengan jarak satu jangkauan
lengan pemukul dengan bola yang akan diumpan. Pemukul melayang dengan tangan
siap memukul, pengumpan menyajikan bola tepat didepan tangan pemukul. Lakukan
pukulan dengan secepat²nya, gerakan pergelangan tangan yang cepat sangat baik hasilnya.
Loncatan smasher vertikal, jagalah keseimbangan badan pada saat melayang.
4. Straight
Smasher sebelum melakukan gerakan
awalan, terlebih dahulu bergerak kearah luar lapangan mendekati tiang net,
smasher melakukan awalan bergerak arah paralel dengan jaring. Begitu bola
sampai dibatas tepi jaring dengan ketinggian optimal bola, segeralah melompat
dan langsung memukul secepatnya. Proses menjalankan teknik ini lebih cepat
dibandingkan smash dengan bola semi.
5. Drive
Smash ini biasanya digunakan oleh pemain
untuk bola jauh dari net, saat meloncat smasher agak dekat dibawah bola,
berbeda dengan saat meloncat pada smash normal. Bola yang akan di smash
terletak diatas kanan bahu lengan pemukul. Gerak lecutan tangan dari depan atas
badan diputarkan kearah yang berlawanan dengan arah jarum jam, telapak tangan
membentuk cekungan seperti sendok. Cambukan keras, perkenaan bola dibagian
belakang kearah bagian muka dengan telapak tangan, aktifkan gerakan pergelangan
tangan . Gerakan cambukan harus dibantu oleh otot² perut, samping dan bahu.
Akibat cambukan kurve jalan bola akan panjang dan putaran bola menjauhi net,
bola bergerak dengan cepat dan tajam.
6. Dummy
Pemain melakukan gerakan sama dengan
pada waktu hendak melakukan smash, tetapi pada waktu kontak dengan bola, bola
tidak dipukul melainkan disentuh saja dengan jari tangan. Lengan pemukul tetap
bergerak dan dengan gerakan jari pemukul mengarahkan bola ketempat yang tidak
terjaga ditempat lawan. Bola dapat dilambungkan pendek atau panjang tergantung
pada situasi.
7. Bola 3 meter
Smash ini adalah serangan yang
dilakukan dari belakang garis serang, pemukul yang berfungsi sebagai pemain
belakang pada saat tolakan tidak boleh menginjak atau melewati garis serang,
tetapi pada saat mendarat boleh saja jatuh didalam garis serang.
8. Kijang
Biasanya umpan bola back, pemukul
melakukan langkah panjang dan naik dengan tolakan loncatan menggunakan satu
kaki, pemukul tangan kanan menolak dengan kaki kiri.
9. Double Step
Smash dengan menggunakan gerak tipu,
disini pemukul melakukan dua kali gerakan untuk melakukan tolakan meloncat.
Tolakan pertama hanya berupa tipuan untuk mengecoh block, baru pada tolakan
kedua pemukul meloncat dan melakukan serangan.
10. Step L
Smash ini hampir sama dengan smash
normal, tetapi gerakan awalan berbeda. Pemukul melangkah kedepan, kemudian
melakukan langkah kesamping sebelum tolakan, baru kemudian melompat naik untuk
melakukan serangan.
e. Block/Blokir
Teknik dasar yang lain, yang
terdapat dalam permainan bola voli adalah Block. Teknik ini digunakan untuk
menahan serangan yang dilakukan oleh tim lawan. Pertahanan dalam teknik block
dapat berupa menahan serangan lawan agar bola yang di-spike oleh pemain dari
tim lawan tidak mampu menyeberangi net dan tetap berada di area lawan. Atau
pertahanan yang berupa memperlambat gerakan bola yang telah di-spike oleh
pemain dari tim lawan, sehingga gerakannya menjadi lebih lambat dan lebih mudah
untuk di kendalikan.
Sebagai salah satu teknik pertahanan
yang sangat dibutuhkan dalam permainan bola voli, maka sebaiknya setiap pemain
harus mampu menguasai teknik ini dengan baik.
Untuk melakukan teknik block, pemain berdiri dengan menggunakan kedua kaki dalam posisi yang sejajar. Pada saat yang sama, kedua tangan diletakkan di depan dada, dengan posisi telapak tangan mengahadap ke arah net dan dengan jari-jari terbuka (dikembangkan) selebar mungkin. Untuk melakukan lompatan yang maksimal, lutut ditekuk lebih dalam dengan posisi badan agak condong ke arah depan. Setelah itu, lakukan lompatan dengan menggunakan kekuatan kedua kaki. Pada saat melakukan lompatan, kedua tangan diayunkan lurus ke arah atas secara bersamaan.
Untuk melakukan teknik block, pemain berdiri dengan menggunakan kedua kaki dalam posisi yang sejajar. Pada saat yang sama, kedua tangan diletakkan di depan dada, dengan posisi telapak tangan mengahadap ke arah net dan dengan jari-jari terbuka (dikembangkan) selebar mungkin. Untuk melakukan lompatan yang maksimal, lutut ditekuk lebih dalam dengan posisi badan agak condong ke arah depan. Setelah itu, lakukan lompatan dengan menggunakan kekuatan kedua kaki. Pada saat melakukan lompatan, kedua tangan diayunkan lurus ke arah atas secara bersamaan.
Agar pertahanan block dapat
dilakukan secara meluas, maka jari-jari tangan sebaiknya dibuka ketika
melakukan block. Posisi jari-jari yang terbuka ini akan semakin mempersempit
jalur penyeberangan bola melewati net, sehingga akan memaksimalkan fungsi
block. Ketika spiker dari tim lawan memukul bola, maka blocker yang sudah
berada dalam posisi melayang di udara segera menghadapakan kedua tangannya ke
arah bola tersebut dan berusaha untuk menguasai bola. Sewaktu tangan melakukan
kontak dengan bola, pergelangan tangan menekan dari arah atas ke depan bawah.
Pada saat yang sama, jari-jari kedua tangan sebaiknya ditegangkan agar dapat
menahan tekanan bola dengan kuat. Block yang baik adalah block yang ketika bola
belum dipukul, tangan blocker sudah berada dalam posisi mengurung bola. Setelah
melakukan kontak (block) dengan bola, maka blocker-pun mendarat kembali ke
lantai dengan menggunakan kedua kaki, dan dengan lutut yang lentur.
f. Dig
Untuk menyelamatkan bola agar tidak
jatuh setelah di-spike oleh tim lawan, maka biasanya seorang pemain akan
melakukan teknik Dig. Teknik ini biasanya digunakan dalam keadaan darurat.
Ketika posisi jatunya bola sudah berada dekat dengan lantai dan tidak dapat
diselamatkan lagi dengan menggunakan teknik pass, maka teknik Dig inilah yang
akhirnya digunakan.
Pada dasarnya, teknik Dig ini sama
dengan teknik pass atau bump. Istilah Overhand dig digunakan ketika seorang
pemain melakukan Dig dengan menggunakan ujung jemarinya. Sementara Bump dig
adalah istilah yang digunakan untuk Dig yang dilakukan dengan menggunakan kedua
lengan yang digabungkan. Dalam teknik Dig, seorang pemain biasanya juga
menampilkan gerakan meluncur (dive), yaitu melemparkan tubuhnya ke arah depan
untuk menyelamatkan bola, yang kemudian mendarat dengan menggunakan dadanya.
Selain itu, terkadang seorang pemain
juga melakukan teknik yang disebut dengan “pancake” untuk menyelamatkan bola
yang hampir menyentuh lantai.
2.2 Teknik Permainan Bola Voli
A. Strategi
Strategi merupakan rancangan
langkah-langkah yang sudah diprogram atau direncanakan, yang akan dilakukan
ketika mengikuti sebuah pertandingan.
Pada setiap tim bola voli, ada 5 posisi yang wajib diisi oleh pemain.
Pada setiap tim bola voli, ada 5 posisi yang wajib diisi oleh pemain.
Ke-5 posisi yang terdapat pada
permainan bola voli tersebut adalah =
Setter
Setter adalah pemain yang dispesialisasikan untuk mengatur bentuk penyerangan. Bola kedua setelah pass akan di set oleh setter, kemudian ia akan menempatkan bola di udara agar dapat di spike oleh attacker. Dengan demikian, setter dan attacker harus mampu menciptakan kerjasama dengan baik. Setter harus memiliki kualitas yang bagus dalam menyesuaikan arah dan tinggi bola yang akan di spike. Selain itu, setter haruslah seorang pemain yang lincah dan mampu bergerak dengan cepat di area permainan.
Setter adalah pemain yang dispesialisasikan untuk mengatur bentuk penyerangan. Bola kedua setelah pass akan di set oleh setter, kemudian ia akan menempatkan bola di udara agar dapat di spike oleh attacker. Dengan demikian, setter dan attacker harus mampu menciptakan kerjasama dengan baik. Setter harus memiliki kualitas yang bagus dalam menyesuaikan arah dan tinggi bola yang akan di spike. Selain itu, setter haruslah seorang pemain yang lincah dan mampu bergerak dengan cepat di area permainan.
Libero
Jika kita memperhatikan sebuah
pertandingan bola voli, maka pada setiap tim kita akan melihat seorang pemain
yang menggunakan seragam yang berbeda dengan semua pemain di timnya. Pemain dengan
seragam yang berbeda itulah yang disebut dengan libero. Dalam bahasa Italia,
libero mempunyai arti “bebas”. Sesuai dengan nama tersebut, maka libero adalah
pemain yang dapat secara bebas mengambil alih peran pemain yang lain. Namun,
dalam sebuah pertandingan, libero tidak boleh memiliki dua posisi atau berganti
posisi.
Pada dasarnya, libero bertugas untuk
menerima serangan-serangan (spikes) yang dilakukan oleh attacker tim lawan.
Berdasarkan fungsi utama tersebut, maka seorang libero tidak harus memiliki
postur tubuh yang tinggi seperti pemain yang lain. Hal ini karena seorang
libero tidak bermain di area yang dekat dengan net. Yang paling ditekankan bagi
seorang libero adalah kualitas pass yang baik, memiliki kecepatan gerak yang
tinggi, dan tentu saja harus memiliki stamina yang baik.
Blocker tengah (Middle Bolcker) atau
spiker tengah (Middle Hitter)
Middle blocker adalah pemain yang pada dasarnya bertugas menahan serangan attacker dari tim lawan. Namun, Middle blocker ini juga dapat bertugas sebagai seorang spiker. Biasanya, Middle blocker ini melakukan spike berupa quick hit.
Middle blocker adalah pemain yang pada dasarnya bertugas menahan serangan attacker dari tim lawan. Namun, Middle blocker ini juga dapat bertugas sebagai seorang spiker. Biasanya, Middle blocker ini melakukan spike berupa quick hit.
Spiker luar (Outside hitter)
Outside hitter adalah seorang attacker yang melakukan spike dari sisi kiri lapangan. Disebut “Outside hitter”, karena ketika hendak melakukan spike, pemain ini biasanya selalu mengambil awalan dari luar garis samping lapangan.
Outside hitter adalah seorang attacker yang melakukan spike dari sisi kiri lapangan. Disebut “Outside hitter”, karena ketika hendak melakukan spike, pemain ini biasanya selalu mengambil awalan dari luar garis samping lapangan.
Spiker Kanan (Right Side Hitter)
Right spike hitter adalah lawan dari Outside hitter. Pemain ini menempati posisi yang berlawanan dengan Outside hitter, yaitu di sebelah kanan. Spike-pun dilakukan dari sebelah kanan. Biasanya, Right side hitter adalah salah seorang pemain yang paling banyak melakukan spike dalam sebuah pertandingan bola voli dibandingkan dengan pemain-pemain yang lain.
Right spike hitter adalah lawan dari Outside hitter. Pemain ini menempati posisi yang berlawanan dengan Outside hitter, yaitu di sebelah kanan. Spike-pun dilakukan dari sebelah kanan. Biasanya, Right side hitter adalah salah seorang pemain yang paling banyak melakukan spike dalam sebuah pertandingan bola voli dibandingkan dengan pemain-pemain yang lain.
B. Formasi
4-2, 6-2, dan 5-1 adalah tiga macam
formasi standar yang dikenal dalam permainan bola voli. Untuk pertandingan pada
kelas pemula, biasanya menggunakan formasi yang pertama, yaitu formasi 4-2.
Sedangkan pada permainan kelas tinggi, biasanya menggunakan formasi 5-1.
Angka-angka tersebut mengarah pada jumlah pemain yang akan berperan sebagai
spiker dan setter.
Formasi 4-2
Yang dimaksud dengan formasi 4-2 adalah, pada tim tersebut terdapat empat orang pemain yang akan berperan sebagai spiker, dan 2 orang lainnya akan berperan sebagai setter. Pada formasi ini, setter biasanya akan melakukan set dari posisi tengah depan lapangan. Meskipun demikian, kadang setter juga melakukan set dari posisi depan sebelah kanan lapangan. Dengan menggunakan formasi ini, maka sebuah tim akan selalu memiliki dua orang spiker pada bagian depan.
Yang dimaksud dengan formasi 4-2 adalah, pada tim tersebut terdapat empat orang pemain yang akan berperan sebagai spiker, dan 2 orang lainnya akan berperan sebagai setter. Pada formasi ini, setter biasanya akan melakukan set dari posisi tengah depan lapangan. Meskipun demikian, kadang setter juga melakukan set dari posisi depan sebelah kanan lapangan. Dengan menggunakan formasi ini, maka sebuah tim akan selalu memiliki dua orang spiker pada bagian depan.
Formasi 6-2
Pada formasi 6-2 ini, ke-6 pemain dapat berperan sebagai spiker. Dan pada saat yang sama, dua dari enam pemain tersebut juga dapat berperan sebagai setter. Intinya, formasi 6-2 ini sama dengan formasi 4-2, yaitu akan sama-sama memiliki 4 orang pemain yang berperan sebagai spiker dan 2 orang pemain sebagai setter. Perbedaannya, yang berperan sebagai setter pada formasi 6-2 ini adalah pemain yang berada pada barisan belakang. Pemain belakang akan masuk ke depan untuk menjadi setter.
Pada formasi 6-2 ini, ke-6 pemain dapat berperan sebagai spiker. Dan pada saat yang sama, dua dari enam pemain tersebut juga dapat berperan sebagai setter. Intinya, formasi 6-2 ini sama dengan formasi 4-2, yaitu akan sama-sama memiliki 4 orang pemain yang berperan sebagai spiker dan 2 orang pemain sebagai setter. Perbedaannya, yang berperan sebagai setter pada formasi 6-2 ini adalah pemain yang berada pada barisan belakang. Pemain belakang akan masuk ke depan untuk menjadi setter.
Formasi 5-1
Pada formasi 5-1, hanya ada satu orang pemain yang akan bertindak sebagai setter. Ketika setter berada di posisi depan (baris depan), makan tim tersebut akan memiliki 2 orang pemain yang akan berperan sebagai spiker. Sedangkan ketika setter berada di barisan belakang,maka tim tersebut akan memiliki 3 orang pemain yang akan berperan sebagai spiker.
Pada formasi 5-1, hanya ada satu orang pemain yang akan bertindak sebagai setter. Ketika setter berada di posisi depan (baris depan), makan tim tersebut akan memiliki 2 orang pemain yang akan berperan sebagai spiker. Sedangkan ketika setter berada di barisan belakang,maka tim tersebut akan memiliki 3 orang pemain yang akan berperan sebagai spiker.
2.3 Peraturan-Peraturan Dalam
Permainan Bola Voli
a. Lapangan
Olahraga permainan bola voli
dimainkan pada sebuah lapangan yang berbentuk persegi panjang. Seiring dengan
terus berkembangnya permainan bola voli, maka standar-standar ukuran
internasional dan sarana pendukung pada lapangan bola voli-pun telah
ditetapkan.
# Panjang Lapangan
= 18 Meter
# Lebar
Lapangan = 9 Meter
Panjangan lapangan tersebut kemudian
dibagi dua dan dipisahkan dengan sebuah net yang dipasang pada dua buah tiang.
# Tinggi Net
: Putra = 2.43 Meter
: Putri = 2.24
Meter
#
Lebar
= 1 Meter
Rod / Antena
Rod / antena terbuat dari bahan fiberglass. Ukuran panjang : 180 cm Diameter : 1 cm Warna : selang –seling (merah –putih atau hitam –putih) setiap 10 cm Antena dipasang tepat pada pita batas samping kanan dan samping kiri lapangan, 100 cm menempel pada net dan yang menonjol di atas net sepanjang 80 cm.
Rod / antena terbuat dari bahan fiberglass. Ukuran panjang : 180 cm Diameter : 1 cm Warna : selang –seling (merah –putih atau hitam –putih) setiap 10 cm Antena dipasang tepat pada pita batas samping kanan dan samping kiri lapangan, 100 cm menempel pada net dan yang menonjol di atas net sepanjang 80 cm.
Dalam lapangan bola voli dikenal
istilah garis “3 meter” dari net. Garis tersebut berfungsi sebagai batas
wilayah penyerangan (attack line). Garis 3 meter tersebut kemudian membagi
lapangan menjadi dua bagian, yaitu barisan belakang (back row), dan barisan
depan (front row).
Kemudian, pada masing-masing bagian
itu (back row dan front row) masih dibagi lagi menjadi 6 area atau 6 titik.
Pada keenam area atau titik itulah yang merupakan posisi para pemain bola voli.
Area “1” merupakan posisi pemain
yang akan melakukan servis berikutnya. Setiap pergantian giliran untuk
melakukan servis, para pemain harus berputar searah dengan putaran jarum jam
untuk mendapatkan giliran melakukan servis. Dengan melakukan putaran searah dengan
putaran jarum jam, maka pemain pada posisi pertama akan digantikan oleh pemain
yang sebelumnya menempati posisi kedua. Sedangkan pemain yang awalnya menempati
posisi 1 akan bergeser ke posisi 6, begitu seterusnya.
Dalam aturan lapangan bola voli
terdapat istilah zona bebas (free zone). Zona bebas ini merupakan area yang
mengelilingi area tim. Para pemain dapat memasuki dan bermain di dalam zona
bebas yang memiliki lebar minimal 3 meter tersebut dengan bebas, setelah salah
seorang pemain melakukan servis. Batas-batas area tim ditunjukkan dengan
menggunakan garis-garis yang tergambar dilapangan. Sedangkan area penyerangan
berada di dalam area tersebut. Garis-garis area tim tersebut juga menentukan
apakah bola yang jatuh akan dinyatakan “masuk” atau “keluar”. Apabila bola yang
jatuh masih menyentuh garis area tim, maka bola tersebut dinyatakan “masuk”,
dan tim lawan akan memperoleh nilai. Namun, jika bola jatuh di luar garis area
tim tanpa menyentuh garis area tim, maka bola dinyatakan “keluar”.
b. Bola
Bola pada permainan bola voli berbentuk bulat. Lapisan luar : kulit yang lentur Lapisan dalam : karet / sejenisnya Jumlah lajur : 12 –18 lajur Ukuran berat : 250 –280 gram Keliling : 65 –67 cm Tekanan udara : 0,40 –0,45 kg / cm2
Bola pada permainan bola voli berbentuk bulat. Lapisan luar : kulit yang lentur Lapisan dalam : karet / sejenisnya Jumlah lajur : 12 –18 lajur Ukuran berat : 250 –280 gram Keliling : 65 –67 cm Tekanan udara : 0,40 –0,45 kg / cm2
c. Bentuk-Bentuk Pelanggaran
1.
Pukulan ketiga pada bola harus dapat mengarah dan melewati net ke area lawan.
Jika setelah dipukul sebanyak tiga kali namun bola masih belum berpindah ke
area lawan, maka hal ini dianggap sebagai sebuah pelanggaran.
2.
Setiap pemain hanya diizinkan menyentuh bola sebanyak satu kali, sebelum dioper
ke pemain lain. Jika seorang pemain menyentuh bola lebih dari sekali sebelum
bola tersebut dioper ke pemain lain (secara sengaja maupun tidak), maka hal ini
dianggap sebagai sebuah pelanggaran. Menyentuh bola ketika melakukan block
tidak dihitung sebagai pukulan, maka pemain yang menyentuh bola ketika
melakukan block tersebut masih diizinkan secara langsung untuk menyentuh atau
memukul bola yang terlontar dari block-nya.
3.
Pelanggaran yang lain adalah penggunaan waktu lebih dari 8 detik ketika
melakukan servis.
4.
Jika pemain memegang, mengangkat, atau membawa bola (menyentuh bola dalam waktu
yang lama, bukan memukulnya), maka hal ini dianggap sebagai sebuah pelanggaran.
5.
Spike yang dilakukan oleh pemain pada baris belakang, sementara bola berada
tepat di atas net akan dinyatakan sebagai sebuah pelanggaran. Hal ini dapat
dilakukan jika pemain tersebut melompat dari belakang garis penyerangan (garis
3 meter), dalam hal ini pemain diperbolehkan untuk mendarat di depan garis
penyerangan.
6.
Memukul bola yang masih terdapat di area lawan dinyatakan sebagai sebuah
kesalahan.
7.
Menyentuh net dengan salah satu bagian tubuh ( kecuali rambut), ketika
permainan sedang berlangsung akan dinyatakan sebagai pelanggaran.
8.
Pelanggaran yang lain adalah ketika bola mendarat (jatuh) di luar area tim yang
sama, yaitu tim yang terakhir menyentuh bola tersebut.
9.
Pelanggaran yang terkadang juga dilakukan oleh seorang pemain voli adalah
melakukan block atau spike pada bola yang belum melewati net secara sempurna,
ketika tim lawan melakukan servis.
10. Tindakan lain yang
dianggap sebagai sebuah kesalahan adalah ketika pemain pada baris belakang
bergabung melakukan block dengan pemain pada baris depan.
11. Jika pemain depan dari tim
server melompat, melakukan gerakan block, atau saling berdiri berdekatan ketika
salah seorang pemain dari timnya melakukan servis dengan tujuan untuk
menghalangi pandangan tim lawan, maka hal ini juga dinyatakan sebagai sebuah
pelanggaran. Tim tersebut akan mendapat peringatan dari pihak wasit.
12. Pelanggaran yang lain
adalah posisi kaki pemain yang berada di dalam garis lapangan, atau menginjak
garis belakang lapangan ketika melakukan servis (sebelum bola melewati net).
d. Penilaian
1.
Salah satu tim akan memperoleh nilai secara otomatis jika bola jatuh di dalam
garis area lawan atau ketika tim lawan melakukan sebuah kesalahan. Dalam
peraturan ini tidak meperhitungkan tim manakah yang sebelumnya melakukan
servis. Setelah itu, bola akan berpindah ke tangan lawan, dan tim lawanlah yang
selanjutnya akan melakukan servis berikutnya.
2.
Jika servis sebelumnya dilakukan oleh tim yang memperoleh nilai, maka servis
yang selanjutnya masih akan dilakukan oleh pemain yang sama, yang sebelumnya
melakukan servis.
3.
Posisi pemain harus berputar searah dengan putaran jarum jam jika servis yang
sebelumnya tidak dilakukan oleh tim yang memperoleh poin. Dengan demikian,
servis akan dilakukan oleh pemain yang sebelumnya menempati area 1.
4.
Pertandingan pada setiap set akan berakhir ketika salah satu tim memperoleh
poin 25. 2 poin tambahan akan diberikan ketika kedua tim memperoleh poin yang
sama yaitu pada poin 24.
5.
Biasanya, pertandingan akan dilangsungkan dalam 5 set. Pada set pertama hingga
set ke-4 akan dimainkan hingga 25 poin. Sedangkan pada set ke-5, permainan
hanya akan dimainkan hingga 15 poin. Tambahan 2 poin akan diberikan jika kedua
tim mendapatkan poin yang sama, yaitu pada poin 14.
6.
Terkadang, sistem penilaian pada setiap turnamen atau pertandingan berbeda.
Pada pertandingan tingkat SMU dan profesional biasanya hanya dilangsungkan
hingga 3 set, dengan total poin hingga 30 poin Peraturan penggunaan 25 poin baru
mulai diberlakukan pada tahun 1999. Perubahan peraturan tersebut dilakukan oleh
FIVB pada tahun 1999, dan mulai ditetapkan secara resmi pada tahun 2000.
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah penulis mengambil kesimpulan bahwa dengan mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan ini, peserta didik mampu mempraktikkan teknik-teknik dasar dalam olahraga dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, kejujuran, keberanian, menghargai lawan, kerja keras, dan menerima kekalahan serta dapat mengaplikasikan cara hidup yang sehat dan bersih.
Peserta didik juga mengetahui
tentang sejarah dan perkembangan dalam permainan bola voli dan mengetahui
aturan-aturan yang berlaku.
B. SARAN-SARAN
Penulis sangat mengharap atas segala saran – saran dan kritikan bagi para pembaca yang penulis hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang memuaskan bagi tugas yang penulis laksanakan.
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment