BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha, sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Dalam pembangunan ketenagakerjaan, perlu dibina dan dikembangkan perbaikan syarat-syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja dalam sistem hubungan industrial Pancasila menuju kepada peningkatan kesejahteraan tenaga kerja (Depkes, 2003:25).
Agar tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas setinggi-tingginya maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor yaitu beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kapasitas kerja (Suma’mur PK, 1993:48).
Kondisi lingkungan kerja perkantoran (administrasi) pada umumnya lebih baik bila dibandingkan dengan lingkungan kerja bagian produksi. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa pekerjaan administrasi yang mengandalkan pikiran dinilai lebih membutuhkan pemusatan kosentrasi, sedangkan pekerjaan produksi lebih banyak menggunakan kekuatan fisik tubuh. Selain itu beberapa sarana maupun peralatan kerja administrasi seperti komputer, panel-panel kontrol dan lain-lain memerlukan kondisi ruangan tertentu untuk dapat dioperasikan secara optimal. Kondisi yang demikian seringkali menimbulkan keluhan-keluhan akibat ketidaktahuan pengelola gedung dalam mengatur suhu udara, ventilasi maupun tata letak sarana dan prasarana kantor (Soewarno, 1992:57). Secara umum harus dapat menciptakan kondisi kerja sebaik-baiknya dengan jalan mengendalikan semua faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi pekerjaan dan efisiensi manusia, antara lain masalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat mengamati obyek yang dikerjakan dengan cepat, jelas dan aman (Suma’mur PK, 1993:97).
Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, serta mempunyai kaitan yang sangat erat dengan meningkatnya produktivitas (AM Sugeng Budiono, 1991:37).
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan yang menyegarkan. Sebaliknya jika lingkungan kerja memiliki penerangan yang buruk dapat berakibat sebagai berikut : kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal-pegal di daerah mata, dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur PK, 1998:93).
Penerangan yang buruk akan mengakibatkan rendahnya produktivitas juga kualitas maupun sakit mata, lelah dan pening kepala bagi pekerja. Penerangan yang lebih baik dapat memberikan hal berupa efisiensi yang lebih tinggi, dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesulitan serta tekanan penglihatan terhadap pekerjaan (AM Sugeng Budiono, 1991:37).
PT. Hutama Karya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontruksi yang terletak di jalan A. Yani No. 173 Semarang. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Keselamatan Kerja dan HIPERKES, hasil yang di dapat dari pengujian 39-129 Lux. Untuk mencukupi kebutuhan penerangannya, PT. Hutama Karya menggunakan penerangan buatan, karena tidak ada jendela sehingga penerangan dalam ruang kerja kurang mencukupi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964, tentang syarat kebersihan, kesehatan dan penerangan dalam tempat kerja, untuk ketelitian kerja jenis pekerjaan kantor membutuhkan intensitas penerangan sebesar 300 Lux (HIPERKES, 2004:6).
Dalam pengaturan suhu udara PT. Hutama Karya Semarang menggunakan ventilasi dengan sistem Air Conditioner (AC). Hal tersebut menyebabkan polusi, terutama polusi udara yang di akibatkan ventilasi sistem Air Conditioner (AC) yang mempunyai sirkulasi udara sendiri, sehingga akan mempengaruhi suhu udara ruangan. Penggunaan Air Conditioner (AC) dalam ruangan dapat menyebabkan mata kering dan merah. Kekurangan air mata dapat menyebabkan mata kekurangan nutrisi dan oksigen sehingga mata akan cepat lelah (Tjandra Yoga A, 2002:90).
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Keselamatan Kerja dan HIPERKES, hasil yang di dapat dari pengujian suhu udara 24,0o C dengan standar yang telah ditetapkan 24o C-26o C. Melihat keadaan tersebut maka ingin mengetahui apakah ada hubungan antara intensitas penerangan dan suhu udara dengan kelelahan mata karyawan pada bagian administrasi di PT. HUTAMA KARYA Semarang.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment