PERANAN TATA TERTIB PONDOK TERHADAP POLA PERGAULAN SANTRIWATI KELAS II MADRASAH TSANAWIYAH (STUDY KASUS) DI PONDOK PESANTREN YUSUF ABDUSSATAR (AI-41)

Bookmark and Share
BAB I 
PENDAHULUAN 

A.     Latar Belakang

Pondok pesantren adalah satu-satunya lembaga tradisional yang kemudian tampil dari berperan penting sebagai pusat penyebaran sekaligus pendalaman agama Islam bagi pemeluknya secara lebih terarah. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pusat penyebaran agama Islam lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaan kedatangan agama Islam di Nusantara ini. Di Pulau Jawa lembaga Pesantren ini berdiri untuk pertama kalinya di zaman Wali Songo. Menurut Kafarawi (1980 : 17) menyebutkan bahwa Syekh Maghribi dianggap sebagai pendiri pesantren yang pertama di Jawa.

Awal berdirinya pondok pesantren seperti halnya rintisan yang telah dilakukan para Wali. Dalam priode selanjutnya, berdirinya sebuah Pondok Pesantren tidak dapat terlepas dari kehadiran seorang Kyai. Kyai tersebut biasanya sudah pernah bermukim bertahun-tahun dan bahkan berpuluh-puluhan tahun untuk mengaji dan mendalami pengetahuan agama Islam di Makkah dan Madinah atau pernah mengaji pada seorang Kyai terkenal di Tanah Air, lalu menguasai beberapa atau suatu vak tertentu, maka terdirilah bangunan sederhana tempat belajar dan pemondokan para santri. Dengan demikian hakekatnya tumbuhnya suatu pondok pesantrin dimulai dengan adanya pengakuan suatu lingkungan masyarakat tertentu terhadap kelebihan Kyai, dalam suatu vak atau keahlian tertentu serta keahliannya, sehingga penduduk dalam lingkungan itu banyak datang untuk belajar menuntut ilmu kepadanya. Karena pengaruh yang cukup besar, bagi masyarakat sekitarnya, maka tidak sedikit kyai yang dianggap cikal-bakal suatu desa (Zamakhsyari, 1980 :  36).


Pelajaran agama yang biasa dikaji dalam pesantren menurut ahli dijelaskan bahwa “Pelajaran agama yang biasanya dikaji dalam pesantren ialah Al-Qur’an dengan Tajwidnya dan Tafsirnya, Aqidah dan Ilmu Kalam, Fiqh dengan Ushul Fiqh, dll. Kitab-kitab yang dikaji dalam pesantren umumnya kitab-kitab yang ditulis dalam abad pertengahan (antara abad 12 s/d 15) atau banyak yang menyebutnya Kitab-kitab kuning” (Slamet Effendi Yusuf, dkk. 1980 : 19).

Di samping kegiatan pengajaran seperti telah dikemukakan tersebut diatas, pesantren sebagai lembaga pendidikan, sangat memperhatikan pembinaan pribadi para santri melalui penanaman tata nilai atau tata tertib pondok.

Pembentukan tata nilai dan tata tertib dan kebiasaan di lingkungan pondok pesantren pada umumnya ditentukan oleh tiga faktor sebagaimana dikemukakan oleh (Kafrawi 1980 : 25) yang menyatakan bahwa tata nilai dan kebiasan di lingkungan pondok pesantren pada umumnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu: lingkungan (sistem asrama/hidup bersama), prilaku Bapak Kyai sebagai sentral figure, dan pengalaman (implementasi) kandungan (isi) kitab-kitab yang dipelajarinya.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penentu dari tata nilai dan kebiasaan para santri di lingkungan pondok pesantren adalah kebiasaan hidup bersama figur Kyai dan pengalaman kandungan isi kitab-kitab yang telah dipelajarinya. Tata nilai dan kebiasaan yang dibentuk di dalam pondok pesantren telah mewujudkan ciri-ciri tersendiri dalam kehidupan pondik pesantren secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1.      Adanya hubungan yang akrab antara murid (santri) dengan Kyai-kyai yang sangat memperhatikan perkembangan dan kehidupan santrinya karena mereka tingga bersama dalam satu pondok.
2.      Tunduknya santri pada Kyai, para santri menganggap bahwa menentang kiyai dianggap kurang sopan juga bertentangan dengan ajaran agama.
3.      Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam kehidupan pondok pesantren. Hidup mewah tidak terdapat dalam pondok pesantren itu, bahkan tidak sedikit para santri itu hidupnya terlalu sederhana dan terlalu hemat.
4.      Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di kalangan santri pondok pesantren.
5.      Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pondok pesantren.
6.      Pendidikan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan pondok pesantren.
7.      Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan adalah merupakan salah satu pendidikan yang diperoleh santri dalam pondok pesantren (Kafarawi 1980 : 25)

Pondok pesantren memiliki peranan yang sangat besar khususnya dalam kebangkitan nasional. Hal ini pertama-tama dapat dilihat dari eksistensi (keberadaan) pesantren itu sendiri. Sebagai lembaga pendidikan terutama di Indonesia pondok pesantren di samping selain sebagai didukung oleh anak-anak Islam dari desa-desa sekitarnya, juga dikunjungi anak-anak Islam dari kota-kota/daerah-daerah lain yang jauh.
Setelah kemerdekaan, muncul pondok pesantren tepatnya pada tahun 1950 di Lombok Barat yaitu Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar, Yayasan Pondok Pesantren ini dirintis sejak tahun 1950 oleh TGH Yusuf Abdussatar Putra Almarhum TGH, Abdussatar Kediri cucu almarhum TGH. Kholidi yang merupakan Ulama pertama di desa Kediri tahun 1930 (Biografi Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar, 2001: 4).
TGH. Yusuf Abdussatar adalah seorang lulusan yang berhasil menamatkan pendidikannya pada usia yang relatif muda, beliau terkenal karena menamatkan pendidikan menghafal Al-Qur’an pada lembaga pendidikan “Ashshaulatiah” bagian “Qisnul Huffazd” Makkah Saudi Arabia pada tahun 1939. Untuk itu, beliau merintis kelompok-kelompok kecil pengajian Al-Qur’an. Di samping itu, Pondok Pesantren Yusuf Abussatar sebagai salah satu lembaga pendidilan agama yang memiliki posisi yang sangat sentral dalam membentuk dan mengkader sumber daya manusia yang berkualitas dalam meneliti masa depannya. Misi utama Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar adalah bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan keagamaan. Untuk itu, untuk membentuk keperibadian dari pada santri-santri di dalam pondok supaya menjadi orang yang berkualitas, maka diadakanlah sebuah tata tertib baru atau peraturan-peraturan yang nantinya akan mengajarkan bagaimana santri bergaul, bercampur dan bersahabat baik itu di lingkungan pondok, sekolah maupun masyarakat nantinya. Tata tertib yang dibentuk bertujuan untuk mengajarkan kepada santri di dalam pondok supaya berakhlak yang sopan, bergaul dengan baik tanpa membedakan teman yang satu dengan teman yang lain aturan itu mengikat para santri untuk tidak terlalu bebas dalam bergaul dan mendidik moral santri dan meningkatkan kualitas pribadi anak dalam berprilaku.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti fenomena tersebut secara ilmiah, sehingga peneliti mengangkat judul: Peranan Tata Tertib Pondok Terhadap Pola Pergaulan Santriwati Kelas II Madrasah Tsanawiyah (Study Kasus) di Pondok Pesantren Yusuf Abdussatar.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment