Memilih Pendamping Hidup

Bookmark and Share
aya seorang gadis berusia ± 18th. Tentu saya tidak punya pengalaman mengenai pernikahan, tetapi disini saya akan mencoba berkomentar sedikit mengenai Memilih Pendamping Hidup. Saya tulis artikel ini berdasarkan dari pengalaman seseorang yang sangat berarti dalam hidup saya, yaitu ibu yng telah merawat, mendidik dan membesarkan saya dan saya sangat sayang beliau.
Pernikahan adalah perjanjian selama-lamanya, hingga akhir hayat. Menikah bukan untuk waktu sehari atau dua hari, untuk itu setiap orang berhak untuk memilih pendampingnya, jangan sampai ada paksaaan dari pihak manapun. Karena jika dipaksakan di khawatirkan jika sampai suatu saat setelah menikah ternyata mereka tidak bisa memperthankan biduk rumah tangganya, orangtua lah atau pihak manapun yang memaksanya dulu untuk menikah menjadi sasaran untuk disalahkan.
Rasulullah bersabda “....dan janganlah seorang anak gadis dinikahkan sampai ia dimintai persetujuannya.”
Para sahabat menjawab “Ya Rasulullah, bagaimanakah persetujuannya” Beliau menjawab “Persetujuannya adlah diamnya” (HR. Bukhari Muslim)
Islam −Agama suci− menghendaki kelanggengan sebuah pernikahan itu dimulai dari sejak awal komitmen untuk membentuk sebuah keluarga, karena apabila suasana keluarga yang kondusif, anak-anak pun akan mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan apa yang seharusnya.
Islam juga ternyata memberikan gambaran dasar calon pendamping hidup seperti apa yang baik itu.
“wanita itu dinikahi karena empat hal : hartanya, keturunannya, kecantikannya, agamanya, niscaya kalian beruntung” (HR. Bukhari Muslim)
“Pilihlah agama dan akhlaknya” (HR. Ibnu Hibban)
Dari hadis diatas adalah empat hal bagi seorang laki-laki untuk menikahi calon istrinya, begitu pula dengan seorang perempuan memilih calon suaminya dengan empat hal tersebut.
1. Agama dan Akhlak
Pertama, pastinya kenali dulu seberapa taat calon atau orang yang kita sukai itu taat kapada agamanya, dan jangan lupa pula akhlaknya kaya gimana. Karena kalau-kalau ternyata dia punya akhlak yang buruk. Wah, mendingan jangan deh,,, atau kalau engga kita busa mengingatkan dia. Karena kalau akhlaknya buruk, nah ntar keturunannya gimana donk??? Tapi kalo emang bisa terima dia apa adanya ya, atu adalah pilihan anda. Meskipun setiap orang tidak ada yang sempurna, tapi berusaha mencari yang mendekati sempurna kan gak da salahnya juga.
2. Dasar Ekonomi
Saya yakin anda sering mendengar kata “matre”. Yah, terkadang sifat matrealistis yang sering ditujukan kepada seoarang perempuan, tapi tidak menutup kemungkinan adapula laki-laki, saya yakin itu.Karena telah banyak bukti real nya laki-laki matre. Yang jelas semuanya tergantung pada pribadi orangnya masing-masing. Anda jangan merasa tersinggung, wajar-wajar saja perempuan matre apalagi matre kepada suaminya setelah menikah. Tidak dipungkiri lagi bahwa harta adalah nadi kehidupan, apalagi dijaman sekarang yang semuanya gak ada yang gratis.
Saay pernah membaca sebuah buku yang buku tersebut menjelakan bahwa sekalipun cinta dan kasih sayangnya kuat, hal itu tidak akan bertahan lama dalam menghadapi kerasnya kehidupan dan kebutuhan materi, wajar sajalah wong manusia butuh makan toh? Butuh pakaian, rumah, kendaraan, biaya pendidikan untuk anak-anaknya. Iya kan??
Berfikir untuk matrealistis memeng ga baik karena mengartiakan segala sesuatunya harus di balas dengan uang, tapi kita hidup realistis lah..
Apa iya di jaman sekarang ada orang yang ga butuh uang, bohong banget itu.
Sejak seorang amnesia lahir hingga ia mati pun butuh uang. Coba renungkan saja.
Nah, gak ada salahnya kan kita cari pasangan yang kira-kira mampu ngasih makan istrinya iya kan? Toh agama kita juga engga melarang tuh buat menikah dengan seseorang karena kemampuan ekonominya, ya minimalnya cari pendamping hidup yang udah mandiri ga lagi tergantung sama orangtuanya, yang masa depan nya cerah.
3. Keturunan dan status sosial
Nah, disini saya mengajak anda untuk memahami bahwa menikah itu bukan hanya hubungan antara suami dengan istri saja. Akan tetapi memiliki hubungan luas antara dua keluarga yakni keluarga istri dan suami. Bukan berarti harus memilih pendamping hidup dari status social sebagai hal yang utama tetapi pandanglah apakah keluarga si A cocok dengan keluarga si B, kita bisa lihat dari segi kebiasaanya, adapt istiadat dan lainya.
4.Kecantikan/ Ketampanan
Selaih hal-hal terebut diatas perlu juga memperhatikan keseimbangan antara kecantikan dan ketampanan seseorang. Kecantikan atau ketampanan menjadikan suatu ketetarikan tersendiri dari masing-masing pasangan.
Sebuah syair mengtakan bahwa : Tiga hal yang akan menolak kesedihan dari hati: air, kehijauan dan wajah rupawan
Oleh : Neng Ria Saparingga
http://nengria-saparingga.blogspot.com/2009/03/memilih-pendamping-hidup.html

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment