INILAH DIANTARA DALIL MEREKA YG MEMBOLEHKAN ISTIHSAN UNTUK DIJADIKAN AMALAN BID'AH DALAM BERAGAMA

Bookmark and Share



Bismillah,
Imam Syafi'i rahimahullah berkata dalam kitabnya yang masyhur, "Ar Risalah" (hal 507):
"Sesungguhnya istihsan (anggapan baik dengan akal) adalah menuruti selera hawa nafsu"

Dan dalam kitabnya "Al Umm" (VII/193-304) terdapat pasal yang indah yang berjudul : "Pembatalan Menganggap baik menurut Akal (istihsan)"

Namun demikian sebagian kaum muslimin, menerapkan suatu kaidah bolehnya ber Istihsan berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam .

Sebagian besar ahlul bid'ah (bukan pelaku bid'ah biasa), ketika dinasehati agar bertaubat dari kebid'ahannya, mereka berdalih dengan (hadits ?) ini :

 فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ

"Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin , maka dia baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang mereka pandang kejelekan maka dia adalah kejelekan di sisi Allah Subahanhu wa Ta’ala "

MAKA KETAHUILAH, ini bukanlah hadits, tapi hanya atsar mauquf dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, dan derajatnya hasan shahih, TAPI maksud atsar tersebut, yang dimaksud dengan "kaum muslimin", adalah para shahabat, sebagaimana penjelasan Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berikut ini :

إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ

Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu berkata :
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melihat kepada hati-hati para hambaNya dan mendapatkan hati Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebaik-baik hati para hamba lalu memilihnya untuk dirinya dan diutus sebagai pembawa risalahNya. Kemudian Allåh melihat kepada hati-hati para hamba setelah hati Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendapatkan hati-hati para sahabat beliau sebaik-baik para hamba lalu menjadikan mereka sebagai pembantu NabiNya. Mereka berperang di atas agamaNya, maka apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para shåhabat) maka dia baik di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala dan apa yang mereka pandang kejelekan maka dia adalah kejelekan di sisi Allah Subahanhu wa Ta’ala".

[Atsar ini dikeluarkan oleh Ahmad I/379 no. 3600, Ath-Thoyalisiiy dalam musnadnya hal.23 dan Al-Khotib Al-Baghdadiy dalam Al-faqih wal Mutafaqqih I/166 secara mauquf dengan sanad yang hasan, Syaikh Ahmad Syakir mengatakan bahwa sanadnya shahih]

Berkata Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly Hafizhåhullåh :
Kata-kata terakhir dari atsar ini telah masyhur sebagai hadits marfu’ dan ITU TIDAKLAH BENAR , sebab itu bukanlah hadits sebagaimana di klaim oleh mereka (Ahlul Bid'ah) , dan juga sebagaimana telah dijelaskan para imam, dan itu hanyalah dari perkataan Ibnu Mas’ud, sebagaimana telah saya (Syaikh Salim 'Ied Al Hilaly) jelaskan dalam kitab Al-Bid’ah wa Atsaruha fil Umat, hal.21-22.

[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly].


{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment