KONSEP PERCAYA DIRI DALAM Al-QUR'AN (AI-29)

Bookmark and Share
BAB I
PENDAHULUAN


A.     Penegasan Judul
Penelitian ini berjudul Konsep Percaya Diri Dalam Al-Qur'an yang akan mencoba untuk menggali ayat-ayat yang memiliki makna percaya diri agar manusia atau umat Islam khususnya lebih percaya diri dan menyadari bahwa dengan pemahaman dan keyakinan yang kuat terhadap ajaran Islam akan dapat menggapai kesuksesan dunia dan akhirat.

      1. Konsep
Konsep yaitu suatu pokok pertama yang mendasari keseluruhan pemikiran, pembentukan konsep merupakan konkritisasi indra, suatu proses pelik yang mencakup persiapan metoda pengenalan seperti perbandingan, analisa, abstraksi idealisasi, dan bentuk-bentuk deduksi yang pelik. atau menurut Kant yang dikutip oleh  Harifudin Cawidu yaitu  gambaran yang bersifat umum atau abstrak tentang sesuatu.[1] Karena percaya diri bukanlah benda maka ia bermakna sebagai esensi dari sesuatu. Dalam penelitian ini penulis cenderung untuk menggunakan definisi menurut  Kant di atas yaitu berupa gambaran umum atau abstrak tentang percaya diri yang terungkap dalam al-Qur'an.

2. Percaya Diri
Percaya diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Agar tidak terdapat kesimpangsiuran makna, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan percaya diri dalam penelitian ini yaitu suatu sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Sehingga dengan alasan ini, ia akan mampu melakukan tindakan sesuai dengan apa yang ia inginkan, rencanakan dan harapkan. Bertitik tolak dari definisi ini penulis akan meneliti konsepsi umum tentang percaya diri dan mencari padanan kata yang terungkap dalam Al-Qur'an.

3. Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah mujizat Islam yang kekal yang tidak bertambah dengan kemajuan ilmu pengetahuan melainkan tetap dalam kemu'jizatannya, yang diturunkan oleh Allah swt untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dan menunjukkan jalan yang lurus. Al-Qur'an juga berarti sebagai kitab suci umat Islam yang merupakan kumpulan firman-firman (kalamullah)yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di antara tujuan utama diturunkannya al-Qur'an adalah untuk mejadi pedoman manusia dalam menata kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.[2] Tulisan ini akan menjadikan al-Qur'an Karim sebagai sumber primer dalam penelitian ini.
        Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwa) manusia. Salah satu dari objek kajian psikologi adalah kepribadian manusia. Penelitan ini akan mengkaji aspek kepribadian manusia yang penting yaitu  percaya diri melalui perspektif al-Qur'an yang berarti penulis akan menemukan konsep percaya diri dalam al-Qur'an berdasarkan indikator-indikator percaya diri, dengan mencarikan padanan kata atau substansinya yang terdapat dalam al-Qur'an. Oleh karena itulah konsep percaya diri dalam al-Qur'an yang penulis rumuskan merupakan suatu kajian psikologis yang berlandaskan pada ayat-ayat al-Qur'an

B.     Latar Belakang Masalah
Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul pada manusia.  Dengan adanya rasa percaya diri maka seseorang akan mudah bergaul. Menghadapi orang yang lebih tua, lebih pandai maupun lebih kaya, mereka tidak malu mau pun canggung. Mereka akan berani menampakkan dirinya secara apa adanya, tanpa menonjol-nonjolkan kelebihan serta menutup-nutupi kekurangan. Ini disebabkan orang-orang yang percaya diri telah benar-benar memahami dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga telah bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.  
Fenomena tutup mulut, tidak mau berbicara yang terjadi pada mahasiswa untuk mengungkapkan pendapatnya ketika terjadi diskusi bukanlah sikap dan tindakan yang dapat memajukan keilmuan bagi dirinya. Sikap seperti ini dapat terjadi disebabkan oleh minimnya percaya diri. Karena pada dasarnya ia ingin melakukan itu akan tetapi karena tidak percaya diri maka diam saja, karena perasaan takut, cemas, minder sehingga sesudah itu, akan menyesali keadaannya yang tidak mampu berbicara dan mengungkapkan apa yang ada dibenaknya. Apalagi, ketika apa yang ingin diungkapkan tersebut ternyata disampaikan oleh orang lain maka ia langsung menyesali tindakan diam yang diambilnya.
Berdakwah adalah aktivitas mulia. Allah memuji para da'i sebagai orang-orang yang memiliki perkataan paling baik. Akan tetapi, banyak umat Islam yang tidak percaya diri melakukan tugas mulia ini. Bahwa pe-de (percaya diri) itu hampir selalu dikaitkan dengan kesuksesan, tak dapat disangkal. Ia memang bekal utama dalam menghadapi tantangan hidup.
Teori-teori psikologi banyak mengungkap tentang fenomena ini berdasarkan pandangan mereka terhadap kepribadian manusia. Percaya diri muncul dari konsep dan citra diri yang dimiliki oleh setiap orang. Teori kepribadian eksistensialis mengungkapkan bahwa seperti apa manusia membayangkan maka seperti itulah ia. Teori kepribadian behavioris menegaskan bahwa manusia adalah hasil dari pengaruh-pengaruh di sekelilingnnya. Teori keperibadian psikoanalisa menjelaskan bahwa setiap manusia adalah totalitas dari mana ia bergantung berkembang sendiri. Dan teori  aktualisasi diri menjelaskan bahwa manusia adalah realisasi dari potensinya yang terbesar. Percaya diri muncul dari bagaimana seseorang memandang dirinya.
Al-Qur'an, sebagai  kalamullah atau mukjizatul Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh manusia. Ajaran Islam, merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta, rahmatan lilalamin. Pada hakikatnya, al-Qur'an telah berbicara tentang seluruh persoalan manusia yang berupa prinsip-prinsip dasar.
Al-Qur'an berbicara  kepada akal dan perasaaan manusia; mengajar mereka tentang aqidah tauhid; membersihkan jiwa mereka dengan berbagai praktek ibadah; memberi mereka petunjuk untuk kebaikan dan kepentingannya, baik dalam kehidupan individu maupun sosial; menunjukkan kepada mereka jalan terbaik, guna mewujudkan jati dirinya, mengembangkan kepribadiannya dan meningkatkan dirinya menuju kesempurnaan insani, sehingga mampu mewujudkan kebahagiaan bagi dirinya, di dunia dan akhirat. Al-Qur'an sebagai rujukan pertama juga menegaskan tentang percaya diri dengan jelas dalam beberapa ayat-ayat yang mengindikasikan percaya diri seperti:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 139)

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Fusshilat: 30).

Ayat-ayat di atas dapat dikategorikan dengan ayat yang berbicara tentang persoalan percaya diri karena berkaitan dengan sifat dan sikap seorang mukmin yang memiliki nilai positif terhadap dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat. 

Dari ayat di atas nampak bahwa orang yang percaya diri dalam al-Qur'an di sebut sebagai orang yang tidak takut dan sedih serta mengalami kegelisahan adalah orang orang yang beriman dan orang-orang yang istiqomah. Banyaknya ayat-ayat lain yang menggambarkan tentang keistimewaan kedudukan manusia di muka bumi dan juga bahkan tentang keistimewaan umat Islam, yang menurut penulis merupakan ayat-ayat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Ma'rifatunnafsi atau mengenal diri sendiri terkenal dengan ungkapan "barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya", Dapat disejajarkan dengan konsep diri, self conceptyaitu bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Khusnudzon  atau prasangka yang baik juga dapat disejajarkan dengan berpikir positif. Kata-kata yang terus beriringan dalam al-Quran yaitu iman dan amal merupakan penegasan dari harus adanya keyakinan dan tindakan. Untuk menyikapi semua tindakan-tindakan dan hasil yang diperoleh atas semua usahanya Islam memberikan konsep lain seperti tawakal, syukr dan muhasabah yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Akumulasi konsep-konsep tersebut jika diteliti secara berkesinambungan akan menimbulkan dan mengisyaratkan adanya konsep percaya diri yang terungkap dalam al-Qur'an.

Sirah Rasullulah dan para sahabat yang hidup pada masa kejayaan Islam merupakan kisah yang marak dengan bukti-bukti kepercayaan diri umat Islam dalam menghadapi umat atau individu lain. Kisah-kisah tentang Rasulullah dan para sahabat ini tentunya juga dapat dijadikan objek kajian sebagai perbandingan bagaimana kepribadian Rasul dan generasi awal yang berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga akhirnya mereka mampu membawa Islam menuju zaman keemasan.
Pada akhirnya, konsep-konsep kepribadian yang dikemukakan oleh berbagai aliran psikologi, karena teori-teori ini berasal dari masyarakat budaya "Barat" yang diyakini sedikit banyak, berbeda dari masyarakat "Timur" ada kemungkinan teori yang mereka sampaikan terasa asing bagi masyarakat timur atau bahkan bertentangan dengan konsep-konsep Islam. Maka perlu kiranya bagi ilmuwan Muslim untuk mencari konsep-konsep tersebut dengan mengggunakan tolok ukur yang telah ditentukan oleh al-Qur'an dan Sunnah agar tidak terjebak ke dalam "lubang biawak". Dengan bertitik tolak pada konsep al-Qur'an akan dapat dipahami bagaimana ajaran Islam terhadap konsep-konsep keilmuan yang dalam hal ini adalah konsep percaya diri.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment