Pengertian halusinasi dapat diartikan sebagai gangguan dalam hal persepsi panca indera dan terjadinya tanpa ada rangsangan dari luar yang bisa meliputi keseluruhan indera kita dan terjadinya pada saat kesadaran seseorang itu baik (sadar penuh). Karena jenis maca halusinasi juga banyak.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini dapat berbentuk suara-suara yang bising atau pun mendengung, tetapi yang paling sering terjadi adalah berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien jiwa yang berupa sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Hal tersebut mengakibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi yang didengarnya itu. Seringkali pasien halusinasi juga terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain sebagainya.
Halusinasi itu sendiri terbagi menjadi :
- Halusinasi Pendengaran (akustik, auditorik), Hal ini seringkali ditunjukkan dengan sikap pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.
- Halusinasi Penglihatan (visual), Ditunjukkan dengan perilaku pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
- Halusinasi Pembauan / hirup (olfaktori). Halusinasi jenis ini jarang didapatkan. Terlihat dari sikap pasien yang mengalami halusinasi ini mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
- Halusinasi Pengecapan (gustatorik). Halusinasi ini biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
- Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Halusinasi jenis ini seseorang yang bersangkutan merasa ada orang lain yang meraba atau memukul. Bila raban ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui, namun beberapa faktor pencetus atau yang mempengaruhinya bisa berupa :
- Faktor biologis.
- Faktor psikologis
- Faktor sosial budaya.
- Stress lingkungan.
- Pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
- Cenderung menarik diri.
- Sering pasien halusinasi didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu.
- Tersenyum atau bicara sendiri.
- Bisa secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain.
- Gelisah.
- Kadang terlihat seperti sedang melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, berbicara dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter.
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien.
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment