Boleh percaya boleh tidak, fakta di balik ciuman ternyata lebih bikin deg-degan ketimbang fimnya!
Berita baiknya dulu, silakan catat, ciuman bisa membuat pelakunya lebih sehat, secara fisik maupun psikis. Artinya, di samping untuk memuaskan hasrat, ciuman memang punya manfaat nyata. Tapi, ada tapinya lo, ciuman itu ternyata bisa juga menjadi vektor (perantara) menularnya penyakit-penyakit tertentu. Yang kalau disepelekan, dampaknya bisa menyeramkan.
Bahaya pakai lidah
  • Ciuman, apa pun gayanya, tentu melibatkan kontak bibir. Kecuali ciuman jarak jauh, atau cium kangen yang dititipkan pada surat cinta atau angin puting beliung.
Saat kontak bibir itulah, proses penularan sejumlah penyakit sangat mungkin terjadi. Memang prosesnya tidak bisa disamaratakan untuk semua penyakit. Namun, tetap saja harus membuat siapa pun orangnya, berhati-hati sebelum mencium.
Misalnya, saat mencium orang yang riwayat kesehatannya belum diketahui secara pasti, seperti pacar baru, calon pacar, kenalan di bioskop, teman lama yang telah 15 tahun tak bertemu, dan sejenisnya. Kalau nekat, apalagi dilakukan di depan umum, bukan cuma da’i kondang Aa Gym yang bakal tidak setuju, drg. Sunarso B., M.Sc., ahli mikrobilogi oral dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pun geleng-geleng kepala.
Menurut Sunarso, penularan penyakit lewat ciuman memang kerap ditanyakan awam. Pertanyaan yang paling sering diajukan, apakah ciuman bisa menularkan virus HIV/AIDS? Masih kata Sunarso, hingga saat ini kalangan dokter baru meyakini empat media penularan HIV/AIDS. Yakni lewat hubungan seksual (heteroseksual maupun homoseksual), tranfusi
darah, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama, dan lewat plasenta (dari ibu ke bayi yang dikandung).

Transmisi HIV lewat ciuman sampai saat ini belum bisa dibuktikan. Barangkali, karena jumlah virus HIV di dalam air ludah relatif lebih kecil ketimbang di dalam darah, air mani, atau cairan vagina. Selain itu, air ludah mengandung bahan-bahan penghambat pertumbuhan mikroorganisme, seperti enzim lisosim dan laktoperosidase, serta sekretori imunoglobulin-A. Sebab lainnya, virus HIV hanya bermarkas di dalam sel limfosit-T, yang daerah kekuasaannya ada di dalam darah.
Menurut Sunarso, jika ciuman hanya berupa cipok, ciuman ringan, kecupan sayang, cium kening, pipi, atau bibir luar saja, HIV diyakini tidak menular. Tetapi jika aksinya menjurus pada french kissing yang penuh birahi dan menyertakan lidah sebagai faktor penambah nikmat, sehingga terjadi pertukaran cairan mulut, maka bisa saja HIV bermigrasi. Lebih-lebih jika terdapat luka di mulut, baik berupa lecet ringan, seriawan, maupun radang.
Celakanya, keberadaan luka kadang tidak disadari. Bisa karena begitu kecil, sehingga tidak dirasa sama sekali. Namun, karena ukuran virus atau bakteri jauh lebih renik, maka luka sekecil apa pun tetap bisa menjadi jalan masuk bagi makhluk-makhluk tak kasat mata telanjang ini.
Di luar HIV, masib ada sederet lagi penyakit infeksi yang bisa menular lewat french hissing. Dari deretan virus, misalnya, terdapat hepatitis (A, B, maupun C), dan herpes labialis. Balikan menurut Sunarso, keduanya memiliki risiko penularan lebih tinggi daripada HIV. Dari kelompok bakteri, ada sifilis, gonore (GO), dan tuberkulosis. Sedangkan dari kelas jamur ada Candida albicans.
Romantis tapi mematikan
  • Umumnya penyakit yang menular lewat ciuman adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan infeksi.
Hal ini wajar, karena makhluk-makhluk “halus” itu memang suka sekali keluyuran dari satu korban ke korban lain dengan cara menumpang cairan tubuh. Namun, meski tak ada riwayat infeksi, setiap orang tetap harus berhati-hati, terutama mereka yang alergi terhadap makanan tertentu.
David Steensma, dokter ahli hematologi di RS Mayo Clinic, Amerika Serikat, pernah melaporkan sebuah kasus unik.
Dia menangani seorang wanita muda (20 tahun) yang masuk instalasi rawat darurat akibat terlalu hot berciuman, dan jelas bukan sembarang ciuman. Ternyata, satu jam sebelum masuk rumah sakit, si cewek mendapat kado dari kekasihnya.Kadonya begitu istimewa, ciuman selamat malam yang sangat menggairahkan.

Namun, selang satu menit kemudian, muncul reaksi alergi di bibirnya, yang makin lama makin parah. Disusul kulit memerah, perut kram, tenggorokan bengkak, dan saluran napas menyempit sehingga dia susah bernapas. Kepada Steensma, si cewek mengaku punya riwayat alergi udang dan kerang-kerangan. Usut punya usut akhirnya ketahuan, ciuman fantastis itulah biang keladinya. Karena “kado mematikan” itu dihadiahkan kurang dari satu jam setelah si cowok makan udang.

Lewat kontak mulut, bahan alergen dari udang tampaknya ngelencer dari mulut si cowok ke mulut pacarnya. Kasus ini sekaligus membuktikan, pengidap alergi makanan wajib waspada tidak hanya terhadap apa yang dimakan, tapi juga berhati-hati terhadap orang yang menciumnya. Kecuali memang ingin berurusan dengan selang infus rumah sakit.

Namun, seperti dibilang Bryant Stamford, Ph.D., profesor dan direktur Health Promotion Center di University of Louisville, dampak ciuman tak 100% menakutkan. Soalnya, pada saat melakukan ciuman, kecepatan metabolisme meningkat dua kali lipat. Artinya, pembakaran kalori juga meningkat. Meski demikian, Stamford mengingatkan, ciuman belum cukup dijadikan sebagai pengganti joging atau olahraga kardiovaskuler lainnya. “Semua hal bisa mempercepat detak jantung. Itu hanya masalah adrenalin,” tandasnya.
Sementana Joy Davidson, Ph.D., psikolog dan seksolog di Seattle mengatakan, “Ciuman adalah meditasi sensual yang bisa meredakan ketegangan pikiran.” Ketika seseorang melakukannya dengan orang yang ia cintai, suami atau istrinya, tubuhnya akan mengalami perubahan fisiologis yang mirip ketika melakukan meditasi. Jika dilakukan secara rutin, tradisi sun sing suwe yang dilandasi kasih sayang bisa membuat pelakunya lebih berdaya tahan, awet muda, dan panjang umur.
Jelas sudah, berciuman memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Yang paling penting, pastikan yang Anda cium bukan pacar, istri, atau suami orang!

Sumber : http://kuliahbidan.wordpress.com