BAGAIMANA DARAH HAID TERJADI ?

Bookmark and Share



Bismillah,
Wanita makhluk ciptaan Allah, sesuai dengan fitrahnya, dan secara sunnatullah disiapkan berpasangan dengan ciptaan Allah dari jenis laki-laki. Allah menciptakan sedemikian rupa, sehingga kaum wanita sudah ditakdirkan untuk mengandung dan melahirkan generasi penerus selanjutnya. Bila sudah baligh, maka otomatis alat-alat khusus yang sudah tercipta dariNya akan mengalami perubahan fungsi. Tiap bulan akan mengeluarkan darah, sebagai tanda juga bahwa sang wanita tersebut secara fisik sudah bisa hamil. Datangnya haid tiap bulan pun akan menghalangi pula para wanita untuk beribadah kepadaNya, misalnya shalat, puasa, dan lain-lain. Dan ini sudah menjadi ketentuan Allah yang harus ditaati.

Sebagaimana ‘Aisyah menjelaskan ketika ditanya Mua’dzah: “Mengapakah wanita haidh mengqhada shaum dan tidak mengqadha shalat?” ‘Aisyah menjelaskan.

كَانَ يُصِيْبُنَا ذَلِكَ مَعَ رَسُوْلِ الله فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَوْمِ وَ لاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ

Kami mengalami hal itu pada masa Rasulullah, maka kami diperintah untuk mengqadha shaum dan tidak tidak diperintah mengqadha shalat. [Muttafaqun alaih]

Sungguh luas dan besar ilmu Allah dalam penciptaan seorang wanita dengan peralatan yang rumit di dalamnya, dan tidak ada seorang pun yang bisa menandingiNya. Dan di berikut ini, kita akan melihat sekelumit tentang terjadinya darah haid. Mudah-mudahan kita akan semakin bersyukur kepada Allah atas karunia kepada hambaNya di bumi ini.

MENGENAL ALAT REPRODUKSI WANITA
Sebelum lebih jauh mengenal mekanisme normal darah haid, perlu kita kenali alat-alat reproduksi wanita yang ada hubungannya dengan darah haid tersebut. Ini menyangkut alat reproduksi wanita terutama bagian dalam.
Urutan dari bawah ke atas:

1. Vagina (Saluran Kemaluan).
Organ ini merupakan penghubung antara pintu vagina ke dalam rahim (uterus). Saluran ini tersusun dari otot-otot, dan di dalamnya berbentuk lipatan-lipatan yang bisa melebar pada saat persalinan.

2. Uterus (Rahim).
Mirip dengan buah advokat atau buah peer. Uterus memang berbentuk seperti buah tersebut, tetapi sedikit gepeng ke arah muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Uterus ini terdiri dari fundus uteri, yaitu bagian depan. Disini terdapat tempat masuknya saluran penghubung (tuba fallopi) antara indung telur dan rahim, corpus uteri (badan rahim) dan serviks uteri (bagian bawah berhubungan dengan vagina).

Otot yang menyusunnya dari dalam rongga ke luar, yaitu endometrium di corpus uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot polos dan lapisan luar (serosa). Endometrium ini terdiri dari kelenjar-kelenjar dan jaringan yang banyak pembuluh darah dan arahnya berkelok-kelok. Endometrium melapisi seluruh rongga uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid.

3. Tuba Fallopi.
Merupakan saluran penghubung antara indung telur (ovarium) ke dalam rahim.

4. Ovarium (Indung Telur).
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Ovarium kira-kira sebesar ibu jari tangan dengan panjang 4 cm dan tebal 1,5 cm. Secara umum, di dalam ovarium terdapat folikel-folikel primordial (primer) yang berfungsi sebagai perkembangan sel telur (ovum). Diperkirakan pada wanita terdapat 100.000 folikel primer. Tiap bulan rata-rata 1 buah folikel akan keluar dan kadang-kadang 2 folikel.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KELUARNYA SEL TELUR DAN DARAH HAID
Keluarnya sel telur dari ovarium yang terdapat dalam folikel disebut ovulasi. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya ovulasi dan keluarnya darah haid, terutama hormon, baik yang dipengaruhi dari otak maupun di dalam ovarium sendiri. Selain itu juga hormon-hormon lainnya dari kelenjar gondok, ginjal dan sebagainya. Semuanya itu bekerja sama saling timbal balik dan harmonis yang berpusat di otak, terutama bagian yang disebut dengan hipotalamus, dengan mengeluarkan releasing faktor (RF) untuk mempengaruhi bagian otak yang disebut hipofisis, yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran hormon-hormon berikutnya. Diantaranya yang terpenting adalah:

• FSH-RF (Follicle Stimulating Hormone – Releasing Factor).
• LH- RF (Luteinizing Hormone- Releasing Factor).
• PIF (Prolactine Inhibiting Factor, hormon ini berpengaruh pada kelenjar payudara).
• Estrogen dan progesteron yang berasal dari ovarium.

Selain faktor dari hormon tersebut, faktor-faktor luar juga bisa mempengaruhi kondisi ovulasi dan menstruasi. Misalnya hal-hal yang bersifat psikologik (kejiwaan) diri seseorang, adanya rangsangan cahaya, bau-bauan, suhu dan lain-lainnya.

MEKANISME SIKLUS HAID
Pada tiap siklus haid, atas pengaruh RF di hipotalamus, hipofisis bagian depan mengeluarkan hormon FSH untuk perkembangan folikel primer di ovarium, yang akhirnya berkembang menjadi folikel sekunder (De Graaf). Folikel ini menghasilkan hormon estrogen. Dan estrogen ini mempengaruhi endometrium, sehingga endometrium tumbuh atau berproliferasi. Keadaan ini disebut masa proliferasi

Selanjutnya, hormon estrogen mempunyai reaksi umpan balik sehingga menekan produksi FSH, dan akhirnya hipofise bagian depan mengeluarkan hormon yang ke dua, yakni LH. Dibawah pengaruh LH ini, folikel sekunder menjadi lebih matang, pada akhirnya mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum atau sel telur dilepas dari ovarium).

Pada saat ovulasi, kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang perut bagian bawah dan menimbulkan rasa nyeri, yang biasa disebut intermenstrual pain. Kadang pula diikuti sedikit perdarahan pada vagina. Sisa folikel tadi akan membentuk badan yang disebut korpus rubrum, juga akibat perdarahan korpus rubrum berwarna kemerahan.

Dibawah pengaruh hormon LH dan LTH (Luteotropic hormone), korpus rubrum berubah menjadi badan kuning (korpus luteum). Korpus luteum ini mempengaruhi progesteron yang akan mempengaruhi endometrium yang telah tumbuh, sehingga menyebabkan kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan getah (bersekresi). Keadaan ini disebut masa sekresi. Bila tak ada pembuahan, korpus luteum mengalami kemunduran (degenerasi) dan mengakibatkan kadar estrogen serta progesteron menurun, sehingga berpengaruh pada saluran pembuluh darah yang berkelok-kelok di endometrium tadi. Aliran darah menyempit, dan pada akhirnya endometrium menjadi jaringan yang mati (nekrotik). Sesudah itu, terjadilah degenerasi serta perdarahan diikuti pelepasan endometrium. Peristiwa ini disebut dengan haid atau menstruasi. Tetapi diingat, apabila terjadi pembuahan (sperma dan ovum bertemu), maka korpus luteum tetap dipertahankan.

Lamanya siklus haid yang normal, atau yang dianggap sebagai siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2 sampai 3 hari. Siklus ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal atau sehat. Jadi pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, sebagai berikut:

• Masa haid selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas dan pengeluaran hormon-hormon dari ovarium paling rendah.

• Masa proliferasi, setelah masa haid, sampai hari ke 14. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke 12-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut dengan ovulasi.

• Sesudah masa proliferasi, disebut masa sekresi. Pada saat ini korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Dibawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium tumbuh berkelok-kelok dan mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini kondisi endometrium memang disiapkan untuk nidasi, yaitu menempelnya hasil pembuahan dari ovarium melalui tuba fallopi menuju ke endometrium, dan akhirnya berkembang menjadi kehamilan selanjutnya.

CARA MENILAI ADANYA OVULASI
Cara sederhana untuk menilai, apakah ada ovulasi bisa dinilai dari getah serviks. Pada hari ke 9-15 siklus haid, getah serviks lebih cair dan jernih. Bila diambil dari kanalis servikalis (saluran serviks) dengan pinset getah tersebut tidak terputus-putus sampai sepanjang 10-20 cm. Bila getah serviks dikeringkan di atas kaca obyek dan dilihat di bawah mikroskop,maka akan tampak kristalisasi dalam bentuk daun pakis.

Cara yang lain yang mudah dikerjakan sendiri, yaitu dengan melihat suhu basal wanita. Ukurlah suhu tubuh setiap bangun tidur sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikutnya. Usaha ini dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan, makan atau minum. Thermometer dimasukkan ke dalam dubur atau mulut di bawah lidah selama 5 menit. Hasil pembacaannya dicatat pada kurva. Dapat dilihat bahwa suhu basal pada saat menjelang ovulasi turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu basal naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid lagi. Bentuk grafik suhu basal dengan demikian adalah bifasis dengan dataran pertama lebih rendah daripada dataran kedua dengan saat ovulasi diantaranya. Atau bisa dikatakan, pada fase proliferasi suhu pada tingkat rendah, dan pada fase sekresi pada tingkat lebih tinggi. Suhu paling rendah pada saat ovulasi dan naik kembali sesudah ovulasi, serta menetap di sekitar 37 derajat Celcius. Selisih suhu sebelum ovulasi dengan sesudahnya, paling sedikit 0,4 derajat Celcius. Kenaikan suhu lebih dari 19 hari menunjukkan kemungkinan telah terjadi pembuahan. Tetapi ingat, bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya infeksi, kurang tidur (istirahat), minum alkohol dan lain-lain.

MENENTUKAN USIA SUBUR
Masa subur yang juga disebut fase ovulasi adalah mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 setelah ovulasi. Sebelum dan sesudahnya, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur. Namun hal ini hanya prakiraan saja, bukan penilaian pasti, dan biasa dengan siklus haid teratus serta normal (28 hari ditambah dan dikurangi 2-3 hari).

• Tentukan tanggal keluarnya darah haid pertama.
• Dalam empat belas hari, diperkirakan ada ovulasi atau lebih tepat lagi jika dibarengi dengan mengukur suhu basal kemudian ditambah atau dikurangi 2-3 hari.

Sebagai contoh, darah haid keluar tanggal 5, maka diperkirakan ovulasi pada tanggal 18. Jadi usia subur diperkirakan antara tanggal 15 sampai 21 (dengan rentang penambahan dan pengurangan 3 hari). Jadi, bagi pasangan suami istri baru yang ingin cepat mendapat buah hati dengan izin Allah, bisa meningkatkan frekuensi bersanggama pada saat usia subur ini, tetapi tidaklah terlalu ketat, karena sperma bisa bertahan di lendir serviks selama 8 hari.

Kadang sulit juga untuk menentukan secara tepat dari ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi 14 hari ditambah dan dikurang 2-3 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian, pada wanita dengan haid yang tidak teratur saat terjadinya ovulasi sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan. Selain itu ada kemungkinan bahwa wanita dengan haid teratur, oleh salah satu sebab, misalnya karena sakit, ovulasi tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya.

Pada wanita dengan siklus haid tidak teratur, akan tetapi dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat ditetapkan masa subur dengan suatu perhitungan. Dimana siklus haid terpendek dikurangi dengan 11 hari dan siklus terpanjang dikurangi 18 hari atau diasumsikan pertengahan dari siklus haid. Untuk dapat menggunakan cara ini, wanita yang bersangkutan sekurang-kurangnya harus mempunyai catatan tentang lama siklus haidnya selama 6 bulan, atau lebih baik jika wanita tersebut mempunyai catatan tentang lama haid selama 1 tahun penuh. Misalkan siklus terpendek 21 hari, maka hari pertama subur hari ke 10 dan siklus terpanjang 35 hari, maka hari terakhir subur adalah hari ke 17. Wallahua a’lam.

PENUTUP
Apa yang telah diterangkan di atas merupakan teori ilmiah yang berdasarkan penelitian (sebagian terhadap hewan percobaan), sehingga belum tentu secara mutlak bisa diterapkan pada manusia. Adakalanya seorang wanita mandapatkan haid setiap bulannya, tetapi belum tentu sang wanita tersebut berovulasi (mungkin sudah diciptakan Allah dalam keadaan mandul), atau sebaliknya saat darah haid tidak keluar, boleh jadi sang wanita tersebut tetap menghasilkan sel telur. Sehingga seorang wanita yang belum mendapatkan karunia si buah hati, ataupun mereka yang sudah mendapatkan momongan apalagi dalam jumlah banyak, tetaplah harus bersyukur kepada Sang Pencipta, sembari diiringi dengan usaha yang tidak melanggar syar’i dan tidak lupa berdo’a serta tawakal. Dan yang penting tetap harus ikhlas menerima takdirNya. Semua akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Khaliq dalam rangka ibadah kepadaNya. (dr. Ira)
Wallahu a'lam.



[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta]

Sumber : http://almanhaj.or.id/content/3034/slash/0

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment