PENGARUH KEBIJAKAN HARGA DAN PERIKLANAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PERUSAHAAN RAKET ABADI MALANG

Bookmark and Share
BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Mengingat semakin pesatnya pertumbuhan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, semakin bertambah banyak, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan saling berpacu agar dapat memuaskan kebutuhan konsumen dengan cara menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan keinginan konsumen. Keadaan ini mengakibatkan terciptanya persaingan sesama perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa yang sejenis.
Untuk menghadapi persaingan ini memaksa perusahaan untuk berorientasi pada kegiatan pemasaran. Kegiatan yang dilakukan perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemasaran memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perusahaan di dalam meningkatkan penjualan.
Agar tujuan perusahaan untuk meningkatkan hasil penjualan tercapai maka perusahaan harus mempunyai cara-cara atau metode-metode yang digunakan sebagai pedoman terutama dalam bidang pemasaran. Strategi pemasaran adalah cara yang paling tepat dalam upaya meningkatkan penjualan, caranya ialah dengan menetapkan harga, promosi serta saluran distribusi, terhadap barang dan jasa yang bisa memberikan kepuasan kepada konsumen.
Dari beberapa strategi pemasaran tersebut di atas, harga dan promosi dalam hal ini periklanan merupakan bagian yang penting serta berpengaruh terhadap peningkatan hasil penjualan. Pada penjualan Perusahaan Raket Abadi Malang yang bergerak dalam bidang industri alat olahraga, meningkatnya volume penjualan tidak hanya tergantung pada promosi yang dilakukan perusahaan tetapi juga tergantung dari layanan kebijakan harga yang diberikan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman dan situasi pasar sekarang.
Dengan adanya promosi dalam bentuk kebijakan harga dan periklanan yang dilaksanakan perusahaan diharapkan penjualan akan dapat ditingkatkan. Agar perusahaan dapat menggunakan periklanan dan harga secara efektif, maka sebelum mengadakan kegiatan tersebut hendaknya diadakan suatu perencanaan yang baik dengan memperhatikan segala faktor yang berkaitan dengan kebijakan harga dan periklanan sehingga apa yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan maksud dari periklanan yang dapat menarik konsumen yang nantinya membuat minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan perusahaan.
Pengetahuan akan bauran pemasaran yang baik dalam upaya pelaksanaan kegiatan pemasaran secara intensif menjadi faktor penting yang harus diketahui perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan menjangkau konsumen sebanyak-banyaknya. Dengan adanya penelitian tentang bauran pemasaran diharapkan bisa membantu untuk mewujudkan suatu tujuan perusahaan.
Berdasarkan alasan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul skrispi tentang: “PENGARUH KEBIJAKAN HARGA DAN PERIKLANAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PERUSAHAAN RAKET ABADI MALANG”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Sejauhmana pengaruh kebijakan harga dan periklanan terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Raket Abadi Malang?
2. Variabel bauran pemasaran (yang terdiri dari kebijakan harga dan periklanan) manakah yang berpengaruh dominan terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Raket Abadi Malang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan harga dan periklanan terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Raket Abadi Malang
2. Untuk mengetahui pengaruh yang dominan antara harga dan periklanan terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Raket Abadi Malang
D. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan bagi pihak-pihak berikut:
1. Bagi penulis
Untuk menerapkan teori-teori dan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah ke dalam masalah yang sebenarnya terjadi pada suatu perusahaan khususnya mengenai bauran pemasaran yang dilaksanakan pada suatu perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi perusahaan terutama sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang perusahaan khususnya dalam hal pemasaran.
3. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi maupun sebagai acuan khususnya bagi yang berminat pada permasalahan bauran pemasaran.

BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam upaya untuk memberikan jalan keluar masalah yang dihadapi perusahaan, maka peneliti akan mengemukakan dasar-dasar teori berhubungan dengan masalah. Tujuannya adalah sebagai titik tolak untuk mencari kebenaran atau kaitannya dengan suatu masalah.
Adapun teori yang dikemukakan sesuai dengan permasalahan ini adalah sebagai berikut :
A. Pengertian pemasaran
Pemasaran mengandung arti yang luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa.
Menurut Kotler (2002:9) yang diterjemahkan Ancellawati: “Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Proses pertukaran melibatkan kerja. Penjual harus mencari pembeli, mengenali kebutuhan mereka, merancang produk yang tepat, mempromosikan produk tersebut, menyimpan dan mengangkutnya, menetapkan harganya, memberikan layanan purna jual dan sebagainya. Kegiatan seperti pengembangan produk, penelitian, komunikasi, distribusi, penetapan harga dan layanan merupakan inti kegiatan pemasaran.
Lebih lanjut mengenai pengertian manajemen pemasaran didefinisikan oleh Kotler (2002:10): “Penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai sasaran perusahaan”
Apabila kedua definisi di atas dibandingkan maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa pada dasarnya kegiatan manajemen pemasaran meliputi proses penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam hubungannya dengan produk barang dan jasa untuk memperoleh apa yang diinginkan.
B. Pengertian Bauran Pemasaran
Pada dasarnya bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang dipakai perusahaan dalam kegiatan pemasarannya. Banyak pendapat dari para ahli yang menegaskan hal tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Amstrong (2001:18): “Bauran pemasaran adalah seperangkat alat taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran”.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Saladin (2005:6): “Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat elemen pokok (product-price-place-promotion) yang terdapat dalam program pemasaran”
Jadi program pemasaran yang efektif memadukan seluruh elemen bauran pemasaran menjadi program yang rekoordinasi yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran perusahaan. Bauran pemasaran memberlakukan sarana taktis perusahaan untuk membangun posisi yang kuat di dalam pasar sasaran.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dinyatakan bahwa variabel-variabel dalam bauran pemasaran merupakan sekelompok variabel yang terdiri dari produk, harga, saluran distribusi dan promosi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam program pemasaran.
C. Tinjauan Tentang Kebijakan Harga
1. Pengertian Harga dan Kebijakan Harga
Harga memegang peranan penting dalam pemasaran baik itu bagi penjual maupun pembeli. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dikemukakan pengertian tentang harga yang dikemukakan oleh para ahli:
Menurut Kotler (2002:114) mengatakan bahwa: “Harga yaitu jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk produk itu”.
Menurut Swastha (2002:211) pengertian harga adalah: “Sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang beserta pelayanannya”.
Sedangkan menurut Kotler (2002:442); “Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Secara lebih luas lagi harga adalah jumlah yang memiliki atau nilai yang dinyatakan produk atau jasa tersebut”.
Menurut Irawan (2006:110) pengertian harga adalah: “Pencerminan nilai yang dinyatakan dengan rupiah”.
Menurut Saladin (2005:69) pengertian harga adalah: “Nilai yang disebutkan dalam dollar ($) atau sen, atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar”.
Menurut Alma (2005:79) bahwa: “Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang”.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa harga adalah merupakan alat tukar untuk mengukur suatu nilai uang yang terkandung dalam suatu barang atau jasa, sedangkan yang dipakai sebagai alat pengukur adalah uang.
Dari pengertian di atas, timbullah pengertian tentang kebijakan harga, dimana dalam pelaksanaannya akan diikuti oleh kebijakan harga tertentu yang sebelumnya diputuskan oleh perusahaan. Kebijakan harga tersebut dimaksudkan dengan langkah guna mendukung dan mengarahkan harga agar tercipta suatu hubungan antara produsen dan konsumen.
Untuk memperjelas tentang kebijakan harga harga, disini akan dikemukakan pendapat menurut Effendi (2007:197), yaitu:
Syarat-syarat ketetapan harga terpisah dan berbeda dari penentuan tingkat harga, karena kebijakan harga yang ada dapat sama untuk harga yang berlainan dan perbedaan kebijakan merupakan suatu perhatian sebagai keputusan rutin mereka membantu sebagai jalan bagi pimpinan perusahaan dalam mengikuti penentuan keputusan harga.

Menurut Moekijat (2003:441) mengenai: “Kebijakan harga adalah suatu keputusan-keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti untuk suatu jangka tertentu”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga yang ditetapkan oleh perusahaan, biasanya kebijakan harga tersebut berlaku untuk sementara waktu saja selama masa menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mengikuti perkembangan harga dan situasi pasar. Unsur harga tersebut dalam waktu tertentu dirubah atau tidak. Apabila selama batas waktu tertentu keadaan menguntungkan, maka kebijakan harga harga tersebut ditinjau kembali apabila situasi dan kondisi perusahaan mengalami perubahan, sehingga tidak mungkin lagi untuk dipertahankan agar produsen maupun konsumen tidak saling dirugikan.
2. Tujuan Kebijakan harga
Pada umumnya perusahaan dalam mengadakan kebijakan harga mempunyai beberapa tujuan. Tujuan kebijakan harga tersebut dikemukakan sebagai berikut:
Menurut Lamarto (2006:314), yaitu:
a. Berorientasi pada laba, untuk:
1) Mencapai target laba investasi atau laba penjualan bersih
2) Memaksimalkan laba
b. Berorientasi pada penjualan untuk:
1) Meningkatkan penjualan
2) Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar
c. Berorientasi pada status quo, untuk:
1) Menstabilkan harga
2) Menangkal persaingan

Selanjutnya akan diuraikan mengenai tujuan kebijakan harga sebagai berikut:
a. Berorientasi pada laba
1) Mencapai target laba investasi atau laba penjualan bersih:
Perusahaan menetapkan harga produknya atau jasa yang diberikan atas dasar sasaran pencapaian prosentase tertentu untuk pengembalian investasi atau laba penjualan bersih. Sasaran seperti ini menjadi kacau baik bagi perusahaan maupun pialangnya.
2) Memaksimalkan laba
Sasaran penetapan harga atau dasar menghasilkan uang sebanyak-banyaknya mungkin merupakan sasaran yang paling banyak dianut oleh perusahaan. Dalam teori ekonomi atau praktek bisnis, tidak ada yang salah dengan sasaran seperti ini. Secara teoritis apabila laba menjadi terlalu besar karena penawaran lebih kecil dibandingkan permintaan, modal baru akan tertanam dalam bidang usaha ini. Dengan sendirinya hal ini akan mengurangi laba sampai setingkat normal.
b. Berorientasi pada penjualan
1) Meningkatkan volume penjualan
Sasaran penetapan harga biasanya dinyatakan dalam prosentase kenaikan volume penjualan selama periode tertentu. Katakanlah satu tahun atau tiga tahun. Para pengecer mendayagunakan sasaran semacam ini. Sewaktu mereka berusaha meningkatkan penjualan tahun lalu dengan prosentase tertentu. Namun untuk meningkatkan volume penjualan mungkin bisa atau tidak bisa taat dengan konsep pemasaran yang dianut volume penjualan yang menguntungkan. Di satu pihak, sasaran perusahaan bisa meningkatkan volume penjualan tetapi dengan tetap mempertahankan tingkat labanya. Disegi lain, manajemen bisa memutuskan dan meningkatkan volume penjualannnya melalui strategi penetapan harga yang agresif dengan kerugian. Dalam hal ini manajemen bisa memutuskan untuk pendek dengan perhitungan bahwa melalui peningkatan volume penjualan dapat menancapkan kakinya dalam pasar.
2) Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar
Perusahaan yang mempunyai sasaran penetapan harga tipe ini memutuskan perhatian pada upaya mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar. Satu sektor yang membuat sasaran ini tercapai adalah perusahaan biasanya dapat menentukan pangsa pasar apa yang diinginkan. Dalam beberapa hal, pangsa pasar merupakan indikator kondisi perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan target laba investasi artinya, sasaran penetapan harganya yang lebih baik. Hal ini bisa terjadi terutama pada waktu pasar total sedang berkembang dan perusahaan bisa memperoleh laba yang bisa diharapkan. Akan tetapi jika manajemen tidak mengetahui bahwa pasar sedang berkembang, akibatnya pangsa pasar perusahaan bisa mengalami kemunduran.
c. Berorientasi pada status quo
1) Menstabilkan harga
Stabilitas harga sering menjadi sasaran industri-industri yang mempunyai pemimpin harga (price leader)
2) Menangkal persaingan
Banyak perusahaan, tidak tergantung dari besar kecilnya, secara sadar memberi harga produknya untuk memenangkan persaingan. Meskipun perusahaan sudah besar, hanya mempunyai peranan yang kecil dalam menentukan harga pasar.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan ditetapkannya kebijakan harga, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
a. Mencapai target laba atau laba tertentu
b. Memaksimalkan laba
c. Meningkatkan penjualan
d. Mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar
e. Mentabilkan harga
f. Menangkal persaingan.
3. Macam-Macam Kebijakan Harga
Kebijakan harga dapat dibedakan menjadi beberapa macam, seperti yang dikemukakan oleh Lamarto (2006:350), yaitu:
a. Potongan dan kelonggaran (discount and allowance)
b. Strategi penetapan-penetapan harga geografis
c. Strategi harga tanggal lawan strategi harga variabel
d. Penetapan harga unit (unit pricing)
e. Strategi lini harga (price lining)
f. Sarana pengendalian harga eceran
g. Penetapan harga pelopor dan undang-undang
h. Penetapan harga psikologis
i. Penetapan harga dimasa inflasi
j. Persaingan harga lawan persaingan non harga


Berikut ini merupakan penjelasan dari macam-macam kebijakan harga harga tersebut di atas:
a. Potongan dan kelonggaran (discount and allowance)
Potongan dan kelonggaran adalah hasil pengurangan dari harga dasar atau harga tercatat atau harga terdaftar (list prices)
b. Strategi penetapan-penetapan harga geografis
Dalam menetapkan harga produk, seorang penjual harus mempertimbangkan pula biaya angkutan dari pabrik sampai ke pembeli. Faktor ini menjadi bertambah penting, karena biaya angkutan sekarang dimasukkan ke dalam biaya variabel total. Kebijakan harga penetapan harga bisa mencakup tiga variasi: pembeli menanggung seluruh biaya angkutan, atau penjual menanggung seluruh biaya angkutan atau dapat juga ditanggung kedua belah pihak.
Strategi apa yang dapat dipilih bisa sangat mempengaruhi:
1) Batas tempat fasilitas produksi
2) Lokasi tempat produksi
3) Sumber bahan baku produksi
4) Daya saing dalam berbagai pasar
c. Strategi harga tanggal lawan strategi harga variabel
Sebelum menentukan strategi penetapan harga apa yang dianut oleh perusahaan, manajemen perlu terlebih dahulu mengkaji dengan cermat dua pilihan, strategi tunggal atau strategi harga variabel.
Menganut strategi yang satu bukan berarti membuang jauh-jauh strategi yang lain, meskipun biasanya penentuan strategi apa yang akan didayagunakan bersifat mengikat. Dengan strategi harga tunggal, perusahaan menetapkan harga sama atau harga ke seluruh pelanggan yang membeli produk dalam kualitas sama. Di bawah strategi harga variabel, perusahaan akan dapat menjual produk dengan harga yang berlainan meskipun transaksi dilakukan dalam kuantitas sama dengan pembeli yang sama. Kebijakan harga tunggal bisa membina kepercayaan konsumen kepada penjual tingkat eceran, grosir atau pabrik. Pembeli yang kurang pandai menawar tidak perlu kuatir akan tertipu. Kebijakan harga variabel juga mempunyai kelebihan, misalnya penjual bisa membeli konsensi harga kepada pembeli agar penjual bisa memberi harga khusus pada pembeli yang mempunyai potensi menjadi pelanggan besar.
d. Penetapan harga unit (unit pricing)
Penetapan harga unit adalah strategi pelaporan informasi tentang harga eceran yang sampai sekarang tetap didayagunakan secara luas oleh rangkaian pasar raya atau super market. Walaupun demikian, metode penetapan harga tipe ini bisa diadaptasikan ke berbagai tipe toko dan produk lainnya. Sebagai strategi ia merupakan reaksi bisnis terhadap proses-proses konsumen mengenai pemakaian ukuran kemasan.
Praktek-praktek yang ada membuat konsumen sukar membandingkan harga produk-produk serupa. Latar belakang pemakaian strategi ini didasarkan atas harapan bahwa konsumen diharapkan makin sadar dan memahami strategi ini. Biaya yang dikeluarkan untuk mempraktekkan strategi ini diimbangi oleh manfaat yang dapat dipetik dari masyarakat.
e. Strategi lini harga (price lining)
Penetapan lini harga banyak didayagunakan oleh para pengecer pakaian jadi. Pada intinya strategi ini menyeleksi harga yang terbatas jumlahnya yang akan dicapai untuk setiap lini barang dagangan, misalnya sebuah toko sepatu menjual lini produk yang terdiri dari beberapa model sepatu seharga Rp. 15.000,- sepasang, lini model lain seharga Rp. 20.000,- dan lini termahal dengan harga Rp. 30.000,- sepasang. Bagi konsumen, keuntungan utama dari penetapan lini harga adalah penyederhanaan keputusan beli. Dari sudut pengecer strategi ini juga menguntungkan karena membantu perencanaan dan membelanjakan di toko. Kendala yang mungkin dihadapi oleh strategi lini, perubahan lini harga yang harus selalu dilakukan setiap kali biaya naik sehingga pengecer akan bingung. Keseringan merubah lini harga akan merusak citra toko. Apabila situasi harga tetap, margin laba ditekan serendah mungkin, pengecer bisa selalu mencari harga produk yang tidak terlalu tinggi. Pihak produsen juga bisa menolong para pengecer melalui penyederhanaan kemasan atau kualitas produk (berarti biaya lebih murah) pengecer bisa mempertahankan harga pada tingkat yang tetap.
f. Sarana pengendalian harga eceran
Beberapa pabrik ingin mengendalikan harga eceran produknya, ada yang mencantumkan pedoman harga-harga eceran yang diajukan oleh produknya, ada juga yang secara tegas mencantumkan harga eceran tinggi, mereka yang melanggar bisa dicabut hak menjual produknya. Kebijakan yang memperbolehkan pengecer menambah atau mengurangi dengan potongan harga. Kebijakan yang kedua harga bisa jalan untuk produk yang laku.
g. Penetapan harga pelopor dan undang-undang
Gagasan yang mendasari adalah pelanggan ke toko membeli produk dengan harga pelopor dan kemudian tertarik untuk membeli produk lain dengan harga biasa. Hasil diharapkan bisa berupa laba total dan volume penjualan total. Tujuan umum dari undang-undang ini baik, yaitu mencegah praktek penurunan harga seenaknya sendiri. Namun demikian undang-undang ini masih mengijinkan praktek banting harga sebagai strategi promosi dan strategi harga. Lagi pula tujuan daripada bisnis adalah menghasilkan laba dari operasi total tidak perlu dari setiap penjualan masing-masing produk.
h. Penetapan harga psikologis
Ditingkat penjualan eceran, strategi bagi penetapan harga psikologis adalah memberi harga dengan gasal seperti misalnya permen coklat seharga Rp. 5.995,- dan buku seharga Rp. 6.000,-. Beberapa studi lapangan kurang mendorong keyakinan di atas, harga gasal kurang disenangi toko-toko yang eksekutif.
i. Penetapan harga dimasa inflasi
Infalsi yang melanda ekonomi sebagian besar melanda negara di dunia selama beberapa tahun ini belum terlihat tanda-tanda akan mereda. Bagi eksekutif pemasaran terutama dalam penetapan harga inflasi memaksa mereka untuk mengembangkan strategi penetapan harga yang kreatif dan inovatif.
j. Persaingan harga lawan persaingan non harga
Di dalam upaya mengembangkan program pemasaran manajemen mempunyai pilihan antara penekanan persaingan harga atau persaingan non harga. Pilihan dapat mempengaruhi bagian-bagian lain dari sistem pemasaran perusahaan. Dengan harga yang rendah biasanya pelayanan yang ditawarkan juga menjadi berkurang. Dahulu rangkaian toko dan pusat-pusat penjualan dengan potongan harga selalu bersaing dengan cara seperti ini. Dari sebuah perusahaan juga mendayagunakan harga dalam persaingan melalui:
1) Perubahan harga
2) Reaksi terhadap perubahan harga yang dilakukan oleh para pesaingnya.
Persaingan non harga makin banyak digunakan dalam program pemasaran paling tidak ingin menentukan jalannya sendiri. Dalam persaingan non harga, dasar pandangan seperti ini bisa terjadi karena posisi perubahan sebagai penjual tidak terlalu berubah, meskipun pesaing mulai banting harga. Juga kesetiaan pembeli terhadap produk akan tetap terjaga, karena harga bukan satu-satunya ciri pembeda perusahaan. Dengan strategi persaingan harga pembeli akan setia pada perusahaan selama perusahaan dapat menawarkan produk dengan harga rendah.
Dua metode utama persaingan non harga adalah promosi dan pembeda produk. Selain itu juga perusahaan yang akan menekan keragaman dan kualitas pelayanan perusahaan pada pelanggan. Salah satu bentuk persaingan non harga (diluar promosi dan pembedaan produk) adalah kartu dagang atau kartu yang dapat ditukarkan dengan uang atau hadiah-hadiah lain.
4. Jenis-Jenis Potongan
Untuk memperoleh gambaran secara lebih jelas mengenai teori di atas maka sesuai dengan pemecahan masalah yang ada, dibawah ini akan diuraikan tentang maam-macam atau jenis-jenis potongan (discount) menurut Lamarto (2006:350) sebagai berikut:
a. Potongan kuantitas (quality discount)
b. Potongan dagang (rate discount)
c. Potongan atau rabat kontan (cash discount)
d. Potongan musiman (seasonal discount)
e. Pencatatan maju (forward discount)
f. Kelonggaran promosi (Promotional discount)

Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis potongan harga sebagai berikut:
a. Potongan kuantitas (quality discount)
Potongan kuantitas adalah pengurangan dari harga tercatat yang ditawarkan oleh seorang penjual untuk menarik seorang pelanggan membeli dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Potongan berdasarkan pada jumlah pembelian dalam rupiah atau dalam unit. Potongan kuantitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu:
1) Potongan non kumulatif
2) Potongan kumulatif
b. Potongan dagang (trade discount)
Potongan dagang kadang-kadang disebut potongan fungsional, merupakan potongan dari harga tercatat (daftar harga) yang ditawarkan ke pembeli yang diharapkan akan mempunyai fungsi pemasaran. Contohnya produsen memberikan potongan kepada agen 15 % dengan syarat yang 10% diberikan kepada pengecer.
c. Potongan atau rabat kontan (cash discount)
Potongan kontan merupakan potongan harga yang diberikan kepada pembeli karena membayar kontan atau membayar dalam jadwal pelunasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Potongan dihitung dari nilai sisa setelah dikurangi potongan kuantitas dan potongan dagang dari harga dasar.
Setiap potongan kontan mencakup tiga unsur:
1) Potongan prosentase
2) Jadwal pembayaran untuk memperoleh potongan
3) Batas akhir waktu pelunasan hutang
Setiap industri biasanya menerapkan sendiri ketiga unsur tersebut diatas.
d. Potongan musiman (seasonal discount)
Potongan musiman merupakan korting yang biasa dipakai oleh para produsen musiman seperti payung hujan. Misalnya pembeli yang memesan sejumlah payung hujan di musim panas akan menerima potongan sebesar 5%, 10% dan 15%. Pesanan-pesanan yang tiba diluar musim (off season) membantu pabrik tetap mendayagunakan produknya.
e. Pencatatan maju (forward discount)
Potongan tipe ini merupakan kombinasi antara potongan kontan dengan potongan musiman. Misalnya pabrik peralatan memancing mencari pesanan daripada grosir dan pengecer selama musim salju. Tetapi tagihan akan diberikan tanggal 1 April tahun depan, kondisinya 2/10 dan n/30. Pesanan yang diberikan dalam musim dingin ini (Desember/Januari) membantu effisiensi operasi produksi perusahaan. Tagihan yang diberi catatan maju (tagihan mundur) memungkinkan pengecer menunggu membayar hutangnya setelah musim salju tiba dan beberapa barang mulai laku.
f. Kelonggaran promosi (promotional allowances)
Kelonggaran promosi merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual sebagai imbalan promosi yang dilakukan oleh pembeli. Misalnya pabrik alat-alat besar bangunan membeli beberapa jenis barang gratis untuk para penyalur sebagai imbalan pemeragaan produk eceran teratur. Atau pabrik akan menanggung 50% biaya iklan toko pengecer yang mengiklankan produknya.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa jenis potongan harga dapat digunakan sesuai dengan jenis perusahaan dalam memilih jenis potongan harga.
5. Tujuan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga perlu ditentukan terlebih dahulu, karena tujuan perusahaan dapat tercapai. Hal ini penting karena tujuan perusahaan merupakan dasar atau pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan pemasaran termasuk kebijakan penetapan harga. Tujuan ini berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu berusaha menetapkan harga barang dan jasa setepat mungkin.
Adapun dari penetapan harga menurut Assauri (2004:204):
a. Memperoleh laba yang maksimum
b. Mendapatkan share pasar tertentu
c. Memerah pasar (market skimming)
d. Mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan maksimum pada waktu itu.
e. Mencapai keuntungan yang ditargetkan
f. Memproduksikan produknya.


6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Harga

Dalam kenyataan, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Swastha (2002:242) antara lain:
a. Keadaan perekonomian
b. Penawaran dan permintaan
c. Elastisitas permintaan
d. Persaingan
e. Biaya
f. Tujuan perusahaan
g. Pengawasan pemerintah

D. Tinjauan Tentang Periklanan
1. Pengertian periklanan
Di dalam dunia periklanan yang semakin modern, tingkat persaingan antar perusahaan saling berlomba untuk menjual hasil produksi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian perusahaan dituntut untuk meningkatkan pemasaran. Adapun alat pemasaran yang sering digunakan adalah periklanan, karena periklanan merupakan kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan atau dengan penglihatan (berupa berita) tentang suatu produk, jasa atau ide.
Menurut Ranupandojo, (2006:44), pengertian periklanan adalah:
Periklanan adalah penyebaran atau pemberitaan secara terbuka baik secara tergambar atau secara tertulis/lisan melalui tempat/ruang/ waktu/lain-lain alat penghubung (media) untuk pengenalan, pemberitahuan, membujuk untuk berbuat atau percaya pada satu hal.

Menurut pendapat Swastha (2002:35) adalah:
Periklanan adalah suatu pesan yang sengaja tertentu dan disampaikan melalui beberapa media komunikasi massa. Periklanan adalah komunikasi persuasif, periklanan tidak netral; periklanan tidak bias; periklanan mengatakan, “saya akan menjual kepada anda sebuah produk atau gagasan”. Dalam banyak hal, periklanan merupakan bentuk propaganda yang paling jujur dan terus terang.

Dari uraian di atas dapat diringkas sebagai berikut: periklanan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mempengaruhi konsumen dan tujuan dari periklanan adalah untuk meningkatkan volume penjualan.
2. Tujuan periklanan dan fungsi periklanan
Tujuan periklanan yang nyata adalah mengadakan komunikasi secara efektif, yang menjadi sasaran dalam periklanan adalah masyarakat atau pasar, jadi bukannya seorang individu. Dengan adanya periklanan yang baik maka masyarakat yang menerima berita atau iklan tersebut akan dapat terpengaruh dan ingin merubah sikap atau tingkah laku mereka.
Adapun tujuan periklanan menurut Swastha (2002:223) adalah sebagai berikut:
a. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain.
b. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh salesman dalam jangka waktu tertentu.
c. Mengadakan hubungan dengan para penyalur
d. Memasuki daerah pemasaran baru

Menurut Swastha, (2002:369) tujuan periklanan bagi suatu barang akan sangat tergantung pada tahapan yang ada pada siklus kehidupan produk (product life cycle), biasanya periklanan produk ini dilakukan untuk:
“a. Memberi kesadaran pada pembeli tentang adanya produk baru
b. Mendorong distribusi merk baru
c. Menunjukkan kepada pembeli dengan suatu alasan bagi produk tersebut.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari periklanan adalah untuk meningkatkan permintaan bagi produk. Permintaan dapat ditingkatkan dengan cara: menaikkan jumlah pembeli atau menaikkan penggunaan barang diantara pembeli yang ada:
Beberapa fungsi periklanan di dalam pemasaran produk perusahaan menurut Swastha, (2002:246), antara lain adalah:
a. Memberikan informasi
b. Membujuk atau mempengaruhi
c. Menciptakan kesan (image)
d. Memuaskan keinginan
e. Periklanan merupakan alat komunikasi

Untuk lebih jelasnya fungsi-fungsi periklanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memberikan informasi

Periklanan dapat memberikan informasi yang lebih banyak, baik tentang harganya atau informasi lainnya yang mempunyai kegunaan bagi konsumen. Nilai yang diciptakan oleh periklanan tersebut dinamakan faedah informasi pada orang yang tidak mengetahui banyak tentang suatu barang. Kadang-kadang dijumpai bahwa pembeli memasang iklan untuk mencari barang yang mereka butuhkan dan penjual memasang iklan untuk berusaha menjual barangnya. Dengan demikian periklanan menyediakan suatu alat bagi penjual juga pembeli memberitahukan kepada pihak lain tentang kebutuhan dan keinginan mereka. Sehingga kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipenuhi dengan mengadakan pertukaran yang memuaskan.
b. Membujuk atau mempengaruhi

Periklanan tidak hanya bersifat memberitahu saja, tetapi juga membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial dengan menyatakan bahwa suatu produk yang lain. Dalam hal ini, periklanan yang bersifat membujuk lebih baik dipasang pada media seperti televisi atau majalah. Umumnya orang tidak ingin atau didorong untuk membeli produk yang sudah ada, namun jelas sangat memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Tetapi apabila ada dua produk yang sejenis, penjual akan mengeluarkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk membujuk agar orang percaya bahwa produknya lebih baik dari produk lain.
c. Menciptakan kesan (image)

Dengan memasang iklan, orang akan mempunyai kesan tertentu tentang apa yang diiklankan. Dalam hal ini pemasang iklan selalu berusaha untuk menciptakan iklan yang sebaik-baiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi, bentuk dan tampilan yang menarik. Kadang-kadang pembelian suatu barang lebih terdorong untuk mempertahankan atau meningkatkan gengsi seperti pembelian mobil, rokok, rumah yang megah dan sebagainya. Dari segi lain, periklanan juga dapat menciptakan kesan pada masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis.
d. Memuaskan keinginan

Sebelum memilih dan membeli produk, kadang-kadang orang ingin diberitahu terlebih dahulu misalnya tentang gizi, vitamin, dan harga pada sebuah makanan yang paling baik untuk keluarga. Periklanan adalah suatu alat untuk membuka suatu komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara efisien dan efektif. Dalam hal ini komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan hubungan yang saling memuaskan.
e. Periklanan merupakan alat komunikasi
Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara yang efisien dan efektif. Dalam hal ini komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk mengadakan pertukaran yang saling memuaskan misalnya untuk mencari pekerjaan, mencari barang yang hilang, mengemukakan keluhan-keluhan karena tidak sesuai barang tersebut dengan apa yang sebenarnya dan sebagainya. Dengan iklan semacam ini dapat memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk menghubungi yang bersangkutan, sehingga akan terjadi pembicaraan dua pihak.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kelima fungsi periklanan tersebut sangat penting di dalam memasarkan produk perusahaan, karena berhasil tidaknya suatu produk juga sangat tergantung kepada iklan yang dibuat.
3. Macam-Macam Periklanan
Beberapa macam cara dalam periklanan dapat digolongkan atas dasar penggunaannya oleh pimpinan, karena perbedaan tersebut tergantung pada tujuan perusahaan dalam program periklanan. Menurut Swatha (2002:249) ada 4 macam periklanan yaitu:
a. Periklanan barang
1) Primary demand advertising
2) Selektif demand advertising
b. Periklanan kelembagaan
1) Patronage institutional advertising
2) Publik relation institutional advertising
c. Periklanan nasional, regional dan lokal
1) Periklanan nasional
2) Periklanan regional
3) Periklanan lokal
d. Periklanan pasar
1) Consumer Advertising
2) Trade Advertising
3) Industrial Advertising

Untuk lebih jelasnya macam periklanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Periklanan barang (product advertising)
Dalam advertising barang, pemasangannya dinyatakan kepada pasar tentang produk yang ditawarkan. Advertising ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Primary demand advertising
Merupakan periklanan yang berusaha mendorong permintaan untuk jenis produk secara keseluruhan tanpa menyebutkan merk atau nama produsen.
2) Selektif demand advertising
Cara ini sama dengan primari demand advertising hanya perbedaannya dalam selektif demand. Periklanan menyebutkan nama merk barang yang ditawarkan.
b. Periklanan kelembagaan
Hal ini dilakukan untuk menimbulkan rasa simpati terhadap penjual dan ditujukan untuk menciptakan goodwill kepada perusahaan.
Sedang periklanan kelembagaan perusahaan ini digolongkan menjadi :
1) Patronage institutional advertising
Dalam advertising ini penjual berusaha untuk mengikat konsumen dengan menyatukan suatu motif membeli kepada penjual dan bukannya motif produk tertentu.
2) Public relation institutional advertising
Cara ini dipakai untuk membuat pengertian yang baik tentang perusahaan kepada karyawan, pemilik perusahaan atau masyarakat.
3) Public service institusional advertising
Periklanan ini menggambarkan tentang suatu dorongan kepada masyarakat untuk menggunakan kendaraan dengan hati-hati. Disini perusahaan asuransi jiwa dapat membantu dengan memberikan petunjuk kepada masyarakat dalam memilih kendaraan.
c. Periklanan nasional, regional dan lokal
1) Periklanan nasional
Merupakan advertising yang biasanya disponsori oleh produsen dengan distribusi nasional.
2) Periklanan regional
Adalah advertising yang terbatas di daerah tertentu dari sebuah negara.
3) Periklanan lokal
Biasanya dilakukan pengecer dan ditujukan kepada pasar lokasi saja.
4) Periklanan pasar
Periklanan yang didasarkan pada jenis atau sifat pasar. Jadi yang dilakukan di sini tergantung pada sasaran yang dituju, apakah konsumen peranan pedagang atau pemakai industri di mana jenis advertising ini adalah :
a) Consumer Advertising
Yaitu jenis periklanan yang langsung ditujukan kepada konsumen
b) Trade Advertising
Yaitu jenis periklanan yang ditujukan kepada perantara pedagang terutama pengecer.
c) Industrial Advertising
Yaitu jenis periklanan yang ditujukan kepada pemakai industri
4. Pemilihan Media Periklanan
Di dalam usaha mempromosikan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, dapat dilakukan dengan suatu media periklanan. Dimana pihak manajemen dihadapkan pada masalah pemilihan media yang akan dipakai. Masalah ini sangat penting karena tidak semua media dapat digunakan. Namun ada juga media yang sesuai untuk dipakai untuk mengiklankan hampir semua barang yaitu surat kabar.
Menurut Swatha (2002:253), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan media yang akan digunakan untuk periklanan adalah:
a. Tujuan periklanan
b. Sirkulasi media
c. Keperluan berita
d. Waktu dan lokasi di mana keputusan membeli dibutuhkan
e. Biaya advertising
f. Kerjasama dan bantuan promosi yang ditawarkan oleh media
g. Karakteristik media
h. Kebaikan dan keburukan media

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan periklanan
Dari beberapa tujuan periklanan yang ada misalnya perusahaan mengutamakan kecepatan sampainya berita kepada masyarakat atau pasar di luar waktu yang relatif pendek, satu atau dua hari. Untuk mencapai tujuan tersebut akan lebih tepat apabila perusahaan radio atau surat kabar sebagai media periklanan.
b. Sirkulasi media
Sirkulasi media yang akan dipakai harus sesuai atau seluas pola distribusi produksinya, apabila distribusi produknya hanya meliputi daerah lokal saja, maka iklan yang diperlukan cukup dipasang pada media yang memiliki sirkulasi daerah lokal tersebut. Dari segi lain untuk produk-produk yang dipasarkan pada segmen pasar tertentu, misalnya produk untuk wanita dapat diiklankan melalui majalah kewanitaan.
c. Keperluan berita
Ada beberapa produk yang dalam periklanannya perlu disertai dengan gambar tidak hanya tulisan saja. Jadi berita yang harus disampaikan ditangani dengan gambar. Misalnya iklan untuk kursi, meja, lemari dan rumah dan sebagainya.
d. Waktu dan lokasi
Dimana keputusan membeli dibuat faktor waktu dan tempat dimana keputusan membeli dibuat juga memberikan pengaruh dalam pemilihan media yang akan digunakan. Sering terjadi bahwa setelah seseorang melihat sebuah iklan. Kemudian dalam jangka waktu yang pendek mengambil keputusan untuk membeli. Perlu pula diperhatikan bahwa keputusan yang diambil tidak selalu terjadi di rumah. Tetapi dapat terjadi di jalan, di kantor atau tempat lain, misalnya untuk film iklan, manajemen dapat memilih surat kabar sebagai media periklanannya karena mudah sekali dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan melihat iklan film di surat kabar yang dipasang di tepi jalan seseorang yang ingin melihat film akan cepat mengambil keputusan tentang film mana yang akan dilihat.
e. Biaya advertising
Pertimbangan biaya ini dihubungkan dengan jumlah dana yang tersedia dan sirkulasi media yang akan digunakan. Makin luas sirkulasi media tersebut, makin tinggi pula biaya pemasangan iklan. Namun tingginya biaya tersebut diimbangi dengan makin banyaknya jumlah pembaca atau pendengar yang dapat dicapai diharapkan jumlah pembelinya akan semakin besar.
f. Kerjasama dan bantuan promosi yang ditawarkan oleh media
Pada umumnya manajemen lebih condong untuk memilih media yang tersedia mengadakan kerjasama yang baik dan memberikan bantuan promosi yang lebih besar, kerjasama tersebut dapat dilakukan secara terus menerus dengan memberikan kesempatan pembayaran biaya advertensi kepada perusahaan dalam jangka waktu yang lebih lama.
g. Karakteristik media
Untuk mengambil keputusan tentang media yang akan dipilih, perlu dipertimbangkan karakteristiknya. Misalnya radio yang merupakan media yang menimbulkan keinginan, melalui telinga, sedangkan surat kabar merupakan media yang dapat menimbulkan keinginan melalui mata. Apabila iklan yang disiarkan memerlukan pendengaran seperti iklan lagu-lagu, maka media yang lebih cepat adalah radio atau televisi atau slide di bioskop. Adapun karakteristik lainnya adalah fleksibel, keawetan dan mutu produksinya.
h. Kebaikan dan keburukan media
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media ini adalah faktor kebaikan dan keburukan dari media yang akan digunakan. Adapun kebaikan-kebaikan serta beberapa keburukan media-media yang ada adalah sebagai berikut:
1) Surat kabar
Kebaikan
a. Biayanya relatif tidak mahal
b. Sangat fleksibel
c. Dapat dinikmati lebih lama
Keburukan:
a. Mudah diabaikan
b. Cepat basi
2) Majalah
Kebaikan:
a) Dapat dinikmati lebih lama
b) Pembacanya lebih selektif
c) Dapat mengemukakan gambar yang menarik
Keburukan:
a) Biayanya relatif tinggi
b) Fleksibilitasnya rendah
3) Televisi
Kebaikan:
a) Dapat dinikmati oleh siapa saja
b) Waktu dan acara siarannya sudah tertentu
c) Dapat memberikan kombinasi antara suara dengan gambar yang menarik.
Keburukan:
a) Biayanya relatif tinggi
b) Hanya dapat dinikmati sebentar
c) Kurang fleksibel
4) Radio
Kebaikan:
a) Biayanya relatif rendah
b) Dapat diterima oleh siapa saja
c) Dapat menjangkau daerah yang luas
Keburukan:
a) Waktu yang terbatas
b) Tidak dapat mengemukakan gambar
c) Pendengar sering kurang mendengarkan secara penuh karena sambil melakukan pekerjaan lain
5) Masih banyak lagi media-media periklanan yang lain seperti : direct mail (kartu pos), buku kecil, surat edaran dan Sut door (spanduk, papan reklame dan lain sebagainya).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut telah jelaslah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan periklanan dan pada kesimpulannya adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana cara periklanan yang dilakukan dapat menjadi sasaran calon konsumen.
b) Sampai dimana sasaran yang dapat dicapai oleh aktivitas perusahaan.
c) Sampai seberapa jauh efektivitas dari masing-masing media tersebut, terdapat produk yang terserap dari periklanan tersebut terhadap sasarannya yaitu berita yang disajikan dan strategi bersaing dalam periklanan.
d) Biaya-biaya media yang ditempuh tergantung dari media yang dipakai dengan memakai frekuensi yang tinggi, berarti biaya yang dipergunakan besar.
E. Konsep Penjualan
Menurut Sigit (2005:55): “Penjualan adalah sasaran inti di antara kegiatan-kegiatan lainnya, sebab disini dilakukan perundingan persetujuan tentang serah terima barang serta pembayaran”.
Menurut Kotler, (2002:16): “Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen jika diabaikan biasanya tidak akan membeli produk organisasi dalam jumlah cukup. Karena itu organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.”
Konsep ini mengasumsikan bahwa konsumen malas atau enggan melakukan pembelian dan untuk itu harus didorong. Juga diasumsikan bahwa perusahaan memiliki cara penjualan dan peralatan promosi yang efektif untuk merangsang lebih banyak pembelian.
F. Hubungan kebijakan harga dan periklanan dengan tingkat Volume Penjualan
Sedangkan konsep penjualan sendiri adalah bahwa konsumen jika diabaikan biasanya tidak akan membeli produk organisasi dalam jumlah cukup. Karena itu organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.” (Kotler, 2000:16).
Dengan demikian hubungan antara bauran pemasaran dengan penjualan jelas bahwa varibel harga dalam hal ini adalah potongan harga yang diberikan dan promosi dalam hal ini periklanan yang dilakukan sangat berperan untuk kelangsungan penjualan perusahaan karena penjualan tanpa adanya bauran pemasaran tidak akan terjadi suatu penjualan.
Seperti halnya hukum permintaan apabila harga produk atau barang naik maka permintaan akan produk atau barang akan menurun. Demikian pula sebaliknya apabila harga produk atau barang turun dalam hal perusahaan memberikan potongan harga maka permintaan akan bertambah banyak. Begitu pula pada bauran pemasaran apabila variabel bauran pemasaran (periklanan dan kebijakan harga) tidak dilakukan dengan baik maka penjualan akan turun begitu pula sebaliknya.
G. Hipotesis
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Menurut Sugiyono (2004:57) : “Hipotesa adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya”. Dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis yang dikemukakan nantinya bukanlah suatu jawaban yang benar secara mutlak, tetapi dipakai sebagai jalan untuk mengatasi permasalahan yang ada, dan masih harus dibuktikan kebenarannya.
Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
1.Diduga bahwa bauran pemasaran kebijakan harga dan periklanan berpengaruh signifikan terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Raket Abadi Malang
2.Diduga bahwa variabel kebijakan harga mempunyai pengaruh dominan terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Raket Abadi Malang
BAB III METODE PENELITIAN...... dst


BAB III METODE PENELITIAN...... dst
(MOHON MAAF!! TAMPILAN TABEL, GAMBAR, DAN RUMUS MENGGUNAKAN EQUATION KESULITAN UNTUK BISA DI UPLOAD) 
 
Sumber : http://judul-pemasaran.blogspot.com

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment