SISTEMATIKA PROPOSAL PTK

Bookmark and Share
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
  1. JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
  1. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
  1. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
  1. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

  1. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
  1. RENCANA PENELITIAN
  1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
  1. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
  1. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
  1.  
    1. Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
    2. Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
    3. Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
    4. Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
  1. Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
  1. Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
  1. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
  1. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
  1. RENCANA ANGGARAN
  1. Komponen – komponen pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
  1. Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
  1. Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
  1. Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
  1. Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan
Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan.
  1.  
    1. Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian
  1.  
    1. Honorarium
  1. Ketua Peneliti
  2. Anggota tim peneliti
  3. Tenaga Administrasi
Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan
  1.  
    1. Bahan dan Peralatan penelitian
  1. Bahan habis pakai
  2. Alat habis
  3. Sewa alat
  1.  
    1. Perjalanan
  1. Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan
  2. Transportasi local sesuai harga setempat
  3. Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan
  4. Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari
  5. Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari
  1.  
    1. Laporan Penelitian
  1. Penggandaan
  2. Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris
  3. Pengiriman
  1.  
    1. Seminar
  1. Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
  2. Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)
  1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
Proposal PTK
PENGGUNAAN CD PENGAJARAN BICARA SEBAGI SUPLEMEN
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM
PRAKTEK PENGAJARAN BICARA KONSONAN S
PADA ANAK TUNARUNGU

Disusun Oleh :
Budi Susetyo,dkk
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2005
  1.  
    1. Judul Penelitian :
Penggunaan CD pengajaran bicara sebagai suplemen untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran bicara konsonan S pada anak Tunarungu
  1.  
    1. Latar Belakang
Mata kuliah artikulasi merupakan mata kuliah yang khusus diberikan pada mahasiswa spesialisasai anak tunarungu. Mata kuliah ini mempunyai dua aspek sasaran yang ingin dicapai yaitu pengetahuan tentang cara – cara pengajaran bicara dan keterampilan dalam memperbaiki serta membentuk bicara pada anak tunarungu.
Mata kuliah artikulasi I berisikan konsep – konsep dasar pembinaan bicara pada ank tunarungu. Oleh karena itu pada mata kuliah artikulasi I lebih menekankan pada aspek kognitif. Pengetahuan diperlukan sebagai dasar dalam mealkukan perbaikan bicara pada anak tunarungu. Sedangkan mata kuliah artikulasi II lebih menekankan pada praktek penanganan bicara anak tunarungu. Oleh karena itu aspek keterampilan mahasiswa dalam menangani anak tunarungu lebih ditekankan.
Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan artikulasi belum menunjukkkan hasil yang memuaskan terutama dalam praktek penanganan dan pembentukan bicara pada anak tunarungu. Hal ini tampak dari hasil yang diberikan mahasiswa setelah melakukan praktek di lapangan. Pada umumnya mereka mengalami kesulitan, sehingga dalam menagani dan memperbaiki bicara belum memuaskan. Kondisi semacam ini jika dianalisis banyak faktor penyebabnya salah satunya terbatasnya kemampuan mahasiswa dalam menggunakan audio visual dalam pengajaran konsonan S pada anak tunarungu.
Menyadari banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekurang berhasilan, maka dalam pembelajaran mata kuliah artikulasi perlu dikaji faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Melalui pengkajian dapat ditemukan dan sekaligus ditentuakn langkah – langkah untuk memperbaikinya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam memperbaiki system perkuliahan antara lain dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium semaksimal mungkin untuk simulasi, perubahan penyampaian materi perkuliahan, penambahan waktu praktek lapangan. Beberapa usaha telah dilakukan, tetapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, terutam adlam keterampilan memperbaiki bicara anak. Atas dasar kenyataan yang demikian, maka perlu dicari alternative lainnya dengan melakukan inovasi –inovasi baik dalam metode penyampaian maupun penggunaan fasilitas laboratorium serta pemanfaatan multi media untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menangani permasalahan bicara terutama pembentukan konsonan S pada anak Tunarungu yang tidak dapat bicara.
Peningkatan kualitas mahasiswa dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan dalam bidang pengetahuan dan bidang keterampilan. Peningkatan dalam bidang pengetahuan dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai literature, memperhatikan perkuliahan dosen di kelas dan sebagainya. Peningkatan dalam bidang keterampilan perlua adanya praktek dalam penanganan dan pembentukan bicara pada subyek yang sesungguhnya yaitu anak tunarungu. Kemampuan dalam bidang keterampilan perlu dilakukan secara sendiri –sendiri oleh mahasiswa dengan praktek di lapangan. Penguasaan pengetahuan secara teoritis diperlukan sebagai media untuk menguasai keterampilan secara praktis. Satu kelemahan yang sering terjadi khususnya mahasiswa adalah penguasaan pada bidang keterampilan atau pada aplikasi di lapangan. Penggunaan audio visual dalam praktek pembentukan konsonan S pada anak tunarungu selama ini belum banyak dilakukan oleh mahasiswa.
  1.  
    1. Perumusan masalah
Permasalahan yang terjadi pada mata kuliah artikulasi yaitu tidak adanya subyek (anak tunarungu) untuk praktek di dalam kampus. Untuk mengatasi permasalahan diatas dilakukan praktek di berbagai SLB-B. Dengan demikian waktu pertemuan dalam pengajaran bicara sangat terbatas, sehingga menyulitkan mahasiswa untuk trampil melakukan perbaikan bicara pada anak. Untuk itu perlu dilakukan inovasi – inovasi dalam perkuliahan, sehingga kemampuan mahasiswa dalam praktek pembentukan konsonan/vocal dapat meningkat. Inovasi yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu memanfaatkan fasilitas yang dimiliki jurusan dan teknologi multi media semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran. Adapun inovasi yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam penggunaan audio visual sebagai sarana pembelajaran. Dengan demikian diharapkan kesulitan mahasiswa dalampraktek pembentukan bicara yaitu konsonan S pada anak tunarungu dapat teratasi seefektif dan efisien mungkin.
  1.  
    1. Cara Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu melakukan percobaan – percobaan dengan memggunakan media CD pembelajaran bicara yang dilakukan di laboratorium/kelas yang diberikan tentang teknik – teknik perbaikan bicara. Adapun langkah – langkah sebagai berikut :
  1. Penyiapan dengan menyusun rencana topic materi sesuai dengan tingkat kesulitan pada masing – masing konsonan maupun vocal.
  2. Memperlihatkan kepada mahasiswa masing – masing teknik dalam memperbaiki bicara lengkap dengan penggunaan berbagai sarana pembelajaran dan peralatan peraga yang di perlukan.
  3. Melakukan diskusi tentang berbagai teknik perbaikan bicara.
  4. Mengumpulakan dan menganalisis data.
Untuk lebih jelasnya, maka desain inovasi yang digunakan dalam pembelajaran dapat dilihat pada bagian di bawah ini :
Bagan desain pembelajaran artikulasi II dengan CD pembelajaran bicara
Materi Perkuliahan teori dan Praktek
Analiss hasil praktek 2 dari perekaman audio visual dan diskusi dalam rangka perbaikan praktek berikutnya
Analisis hasil praktek 1 dari perekaman audio visual dan diskusi dalam rangka perbaikan praktek
  1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian adalah menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembentukan bicara pada konsonan S pada anak tunarungu.
  1. Kontribusi/Manfaat Penelitian
Kontribusi yang ingin dicapai adalah bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pendidikan luar biasa serta dapat diaplikasi secara praktis di lapangan dan di kelas sebagai salah satu bentuk pembelajaran di ruang kuliah, sehingga mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan konsonan S. dengan demikian inovasi yang telah ditemukan dapat digunakan dalam pengajaran bicara yaitu pembentukan konsonan S pada siswa tunarungu.
  1. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan
  1. Tinjauan Pustaka
  1. Pembelajaran bicara (konsonan s)
Belajar adalah kegiatan para siswa, baik dengan bimbingan guru atau dengan usaha sendiri. Pendidik berusaha membantu agar siswa belajar lebih terarah, cepat, lancer, dan berhasil baik. Atau istilah lain dengan membelajarkan siswa. Pembelajaran agar berhasil perlu dilaksanakan ssistematis, secara bulat dengan mempertimbangkan segala aspek.
Sebelum mengenal pembelajaran secara khusus perlu mengenal pembelajaran secara umum. Pembelajaran di dalam kelas baik secara klasikal atau individual dibutuhkan adanya model pembelajaran. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu pengertian model secara umum. Model dalam kehidupan sehari – hari merupakan suatu pola yang di contoh, baik dalam bentuk fisik suatu hasil kerja atu suatu pola tertentu menghasilkan perilaku belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan penyederhanaan dari hubungan berbagai komponen yang ada dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Komponen – komponen pembelajaran meliputi : metode belajar, sarana dan prasarana, guru, siswa, kurikulum, alat evaluasi, dan sebagainya. Menurut Zamroni, (1988:79), mengatakan model merupakan inti dari teori dalam bentuk sederhana , sehingga mudah dibaca dan dipahami. Sedangkan menurut Winardi (1986:53-55), mengatakan ada tiga cara untuk menyatakan model, yaitu : (1) secara verbal menerangkan dengan kata – kata, (2) secara grafis yaitu menerangkan dengan menyajikan diagram, dan (3) secara matematis pada ilmu pasti.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pada anak tunarungu yaitu :
  1. Prinsip Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan suatu proses bantuan atau tuntutan terhadap individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Layanan pengajaran merupakan bantuan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan – kesulitan dalam kegiatan pengajaran sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.
  1. Prinsip Pengayaan
Pengayaan dalam pembelajaran dimaksudkan dengan adanya pengayaan pada kurikulum yang dipelajari oleh siswa. Kemampuan siswa dapat ditingkatkan melalui perluasan kurikulum yang dipelajari akan mengakibatkan pengetahuan mahasiswa semakin luas dan mendetail. Pengayaan kurikulum dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : berorientasi pada proses, berorientasi pada konten, materi yang harus dipelajari, dan berorientasi pada produk atau hasil.
  1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu system belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa tujuan (basic learning objective) tertentu secara tuntas. Penguasaan terhadap tujuan sehingga dapat dikatakan tuntas memiliki standar tertentu sesuai dengan tuntutan masing – masing tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian standar dalam belajar tuntas pada umumnya para siswa diharapkan minimal menguasai 85 % dari jumlah populasi peserta didik dan dari 85 % siswa harus menguasai sekurang – kurangnya 75 % tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
  1. Individu dalam proses pembelajaran
Individu sebagai peserta dalam proses pembelajaran memilikiperbedaan antara individu yang satu dengan yamg lainnya dalam berbagai hal, yaitu : waktu dan irama perkembanagan , motif, intelegensi, dan emosi, kecepatan belajar, dan pembawaan dan lingkungan. Perbedaan – perbedaan tersebut dalam individu akan mengakibatkan hasil belajar yang dicapai akan berbeda – beda pula. Oleh karena itu dalam pembelajaran pendidik bertugas memberikan pelayanan yang tepat dan menyediakan waktu yang cukup, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai semaksimal mungkin oleh siswa.
  1. Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalh alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.
P
Penetapan Isi dan Metoda
Guru dengan Media
Siswa
ola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajarn yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumber – sumber di samping guru dapat digambarkan sebagai berikut :
Tujuan
Gambar 2.1 Pola pembelajaran dibantu media (Arifin,2000)
Dalam praktek pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Salah satu gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tigkatan pengalaman yang dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lambing verbal (abstrak). Semakin diatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut – urutan ini tidak berarti prosesw belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi mempertimbangkan situasi belajarnya.
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Hamalik, 1994)
Dasar pengembanagan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena melibatkan indera pengluhatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan Learning by doing karena memberi dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
  1.  
    1. Penggunaan Komputer dalam Pembelajaran
Teknologi informasi (TI) merupakan salah satu bagian teknologi yang berkembang dengan pesat dan aplikasinya sangat luas dewasa ini.aplikasi TI yang nyata misalnya dengan hadirnya multimedia dan web, dalam bidang pendidikan yang melahirkan terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran.
Komputer telah diterapkan dalam bidang pendidikan semenjak awal perkembangannya. Walaupun sangat bersifat administrative yaitu berupa pembuatan aplikasi database dan komputerisasi, namun dalam bentuk yang awal tersebut sudah mulai memasuki aspek pendidikan yang manual dan modul kerja sampai pada bentuk simulasi sederhana dalam suatu proses misalnya dalam kegiatan industri, penelitian dan administrasi.
Berkembangnya hardwere komputer dalam 2 dekade terkhir dari mainframe yang mahal sampai PC dalam bentuk sekarang yang kemampuannya secara bertahap telah meningkat drastis, memungkinkan penggunaan komputer dalam pendidikan paad berbagai bentuknya, seperti yang paling akhir ini, pendidikan jarak jauh lewat internet dan softwere pengajaran berbagai bidang studi dalam bentuk CD softwere multimedia yang memuat animasi, film, gambar, musik dan suara yang interaktif.
Pengajaran dengan bantuan komputer dikembangkan dari model belajar terprograma (programmed instruction). Belajar terprograma ini merupakan istilah umu pada system belajar yang berbeda untuk tingkat – tingkat berbeda pula. Penekanannya terletak paad perlunya respon dengan tujuan untuk pembentukan hasil belajar melalui control dari feedback atau reinforcement (pemberian support yang akan berpengaruh pada psikologis siswa)
  1.  
    1. Multimedia dalam pembelajaran bicara
Penggunaan komputer dalam pembelajaran kimia sebenarnya sudah ada sejak beberapa decade terakhir. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, buku – buku teks banyak dilengkapi dengan softwere (multimedia) yang merupakan suplemen materi. Suplemen tersebut biasanya berisikan hal – hal yang tidak dapat dihadirkan langsung oleh buku, misalnya peristiwa – peristiwa yang terjadi secara kebetualn atau sengaja dilakukan.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran bicara belum banyak diteliti, sehingga hasilnya belum banyak dipublikasikan. Namun pada beberapa penelitian di bidang lain menunjukkan bahwa penggunaan multimedia tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep – konsep (sanger,2001)
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahn besar tersebut ialah dengan memanfaatkan multimedia yang dapat mempresentasikan semua domain berpikir dalm pembelajaran bicara. Multimedia tersebut haruslah memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir baik dari segi konsep maupun praktis.
Penggunan alat bantu pengajaran sangat membantu mahasiswa peserta didik CD pembelajaran bicara merupakan salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien dalam waktu. Melalui multimedia dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada kegiatan pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kelebihan dan atau kesalahan yng dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan bicara anak tunarungu. Melalaui analisis tersebut, hasil praktek yang telah direkam, dapat diketahui mana yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelajaran selanjutnya berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, paad anak tunarungu sangat diperlikan adanya peralatan bantu yang memadai, karenha anak tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya.
  1.  
    1. Tunarungu dan permasalahannya
  1. Pengertian
Tunarungu adalah peristilahan secara umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangan/gangguan pendengaran, sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari – hari. Secara garis besar tunarungu dibedakan menjadi dua yaitu tuli dan kurang dengar. Menurut Smith, M (1975:392-394); tuli bilaman mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilamana ia mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilaman ia mengalami kerusakan pendengaran, tetapi alat pendengarannya masih berfungsi.
  1. Karakteristik Tunarungu
Ada beberapa karakteristik tunarungu yaitu :
  1. Intelegensi
Karakteristik dalam segi intelegensi, secara potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya; ada yang pandai, sedang, dan bodoh. Namun demikian secara fungsional intelegensi mereka berada di bawah anak normal. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam memahami bahasa.
  1. Emosi dan sosial
Keterbatasan yang terjadi dalm berkomunikasi pada tuanrungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk memahami danmengikuti secra menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya pada diri sendiri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan orang normal, hal ini disebabkan keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan.
  1. Bahasa dan Bicara
Tunarungu dalam segi bahasa dan bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara denagn ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga tunarungu dalam segi bahasa yang dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas dalam kosa kata, sulit mengartikan arti kiasan, kata – kata yang abstrak.
  1. Media Komunikasi Tunarungu dalam Belajar
Media komunikasi tunarungu ada tiga yaitu : oral, isyarat, dan komunikasi total.
  1. Media oral
Media yang digunakan tunarungu dalam belajar menggunakan bicara. Proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru kepada tunarungu menggunakan media bicara sebagaimana proses pembelajaran pada anak normal dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebagai konsekuensi logis dalam menggunakan media oral yaitu guru harus mengajarkan bicara ada tunarungu.
  1. Media Isyarat
Media yang digunakan oleh guru dalm proses pembelajaran menggunakan isyarat – isyarat sebagai pengganti kata huruf, tidak menggunakan media bicara.Isyarat yang digunakan kadang – kadang masih bersifat lokal sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan sesame tunarungu di tempat lain. Untuk mengatasi masalah tersebut telah disusun kamus isyarat bahasa Indonesia. Oleh karena itu semua tunarungu harus belajar isyarat tersebut.
  1. Media komunikasi total
Komunikasi total merupakan perpaduan dari kedua media yang terdahulu. Media ini digunakan secara bersama – sama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan harapan bila siswa tidak mengerti dari bentuk ucapannya, diharapkan siswa dapat mengerti melalui isyaratnya. Untuk itu tunarungu harus belajar bicara dan belajar isyarat.
  1. Metode pengajaran yang efektif bagi tunarungu
Untuk menentukan metode yang efektif bagi tunarungu, langkah yang pertama adalah memahami segala karakteristik tunarungu terutama dalam segi bahasa dan langkah yang kedua adalah ciri khas tunarungu adalah visual/pemata. Dalam pembelajaran tidak perlu menggunakan kata – kata yang sulit untuk dipahami tunarungu, apalagi menggunakan kata yang abstrak, tetapi menggunakan kata – kata yang singkat, jelas dan nyata (jika memungkinkan). Dalam proses pembelajaran segala sesuatu yang diucapkan guru atau diisyaratkan harus berada di jangkauan mata (dapat dilihat) tuanrungu, jika tidak dapat dilihat oleh anak tunarungu maka pembelajaran tidak ada manfaatnya.
  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari pengertian belajar, model pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dan individu sebagai peserta didik maka kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan diantara komponen dalam belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang pendidikan termasuk di sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu pengajaran sangat membantu peserta didik audio visual salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien dalam waktu. Audio visual dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada proses pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan dan atau kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan direkam, dapat diketahui mana yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelanjaran selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, konsonan S pada anak tunarungu sangat diperlukan adanya peralatan bantu yang memadai, karena anak tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya. Sebelum mereka diajarkan berbagai pengetahuan, mereka perlu ditangani terlebuh dahulu pada komunikasi secara lisan (bicara). Pembentukan bicara pada anak tunarungu merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu dicari inovasi – inovasi dalam pembelajaran bicara , sehingga kesulitan yang dihadapi para pendidik dana calon pendidik dapat terpecahkan.
Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran bicara sebagai suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran bicara konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B.
  1.  
    1. Rencana Penelitian
  1. Setting penelitian
Penelitian dilakjukan di laboratorium dengan melihat tayangan CD mengenai pembelajaran konsonan S denga segala permasalahannya dan SLB B sebagai tempat praktek pembelajaran pembentukan konsonan.
  1. Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktek pembentukan/perbaikan konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B. Di samping variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu : 1) input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur evaluasi dsb. 2) proses KMB: Interaksi belajar, gaya guru mengajar, implementasi berbagai metode perbaikan konsonan S dsb. 3)Out put : Hasil belajar siswa beruapa ucapan konsonan S pada waktu berbicara, motivasi siswa, dsb.
  1. Rencana Tindakan
  1. Perencanaan
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan secara teoritik perlu di tingkatkan dengan kegiatan dilaboratorium. Kegiatan latihan ini untuk pembetulan konsonan S dengan simulasi sesame mahasiswa dengan berbagai teknik perbaikan guan memperoleh keterampilan nyata yang sesungguhnya. Pada simulasi ini dikaji mulai dari mengetahui jenis kesulitan ynag dialami siswa pada konsonan S, termasuk sarana yang akan digunakan. Kegiatan simulasi jika dipandang cukup maka kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penanganan pada siswa tuanarungu secara langsung di lapangan (SLB-B) dan dilakukan perekaman.
  1. Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dicobakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat yaitu proses perbaikan konsonan S pada anak Tunarungu.
  1. Observasi dan Implementasi
Observasi ini dilakaukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak ada penyimpangan – penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan konsonan S pada anak tunarungu. Observasi dilakukan oleh teman sejawat dalam satu tim dan juga dilakukan perekaman lewat video record.
  1. Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan pembentukan konsonan S yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk mengetahui kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh praktikan dan kemudian didiskusikan dengan dosen dan sesame mahasiswa untuk mencari penyelesaiannya yang efektif pada kegiatan pembentukan bicara berikutnya pada tahap berikutnya.
  1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi baik secra manual maupun melalui perekaman video, khususnya untuk data langsung prosedur/proses. Data ini digunakan untuk melihat proses/prosedur pelaksanaan perbaikan konsonan S dan akan digunakan sebagai dasar penilaian pada segi perencanaan kegiatan. Disamping itu data dikumpulkan melalui tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengucapkan konsonan S. Data ini diperlukan untuk menentukan keberhasilan perencanaan perbaikan konsonan S yang telah dibuat.
  1. Indikator kinerja
Sebagai tolak ukur keberhasilan bagi mahasiswa yaitu anak tunarungu dapat mengucapkan konsonan S. Indikator ini merupakan tempat dari rencana yang telah dibuat dan imlikasinya dalam rangka memperbaiki konsonan S pada anak Tunarungu.
  1. Personalia Penelitian
1. Ketua peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Budi Susetyo,M.Pd
b. Golongan / pangkat / NIP : IVa/Pembina/131 662 488
c Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Fakultas/jurusan : FIP/Pendidikan Luar Biasa
e. Perguruan Tinggi : UPI
f. Bidang Keahlian : Pend. Aank Tunarungu/Penelitian dan
Evaluasi
g. Waktu untuk penelitian ini : 15 Jam/minggu
h. Tugas :
1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
2. Menyusun perencanaan PBM berbasis multi media
3. Terlibat dalam semua jenis kegiatan
4. Mentyusun Laporan
2. Anggota Peneliti 1 (teman sejawat)
a. Nama lengkap dan gelar :
b. Golongan/pangkat/NIP :
c. Jabatan Fungsional :
d. Fakultas/jurusan :
e. Perguruan Tinggi :
f. Bidang keahlian :
g. Waktu untuk penelitian ini :
h. Tugas :
1. Menganalisis konsep yang ada di GBPP
2. Menyusun perencanaan PBM berbasis multi media
3. Menyusun instrument
  1. Jadwal pelaksanaan
No
Jenis Kegiatan
Bulan Ke
1
1
Penyusunan Proposal
2
Analisis Pokok Bahasan dan Media
3
Pendesainan media pembelajaran yang digunakan
4
Pelaksanaan PBM dengan audio visual
5
Evaluasi Hasil Belajar Siswa
6
Evaluasi Proses Pembelajaran
7
Analisis hasil evaluasi
8
Seminar hasil penelitian
9
Penyusunan Laporan
  1. Biaya yang diusulkan
Rekapitulasi biaya
No
Uraian
Jumlah Biaya (Rp)
1
Honor Pelaksana
Rp. 1.340.000
2
Bahan habis pakai
Rp. 1.840.000
3
Peralatan
Rp. 2.800.000
4
Perjanjian
Rp. 800.000
5
Lain – lain
Rp. 300.000
Jumlah Biaya
Rp. 7.080.000
Rincian Biaya yang diusulkan
  1.  
    1. Honor Pelaksana
Pelaksana
jumlah
Jml jam/mig
Jml mig/bl
Honor/jam
Jumlah
Ketua
1
15
32
Rp. 2000
Rp. 960.000
Anggota
1
10
32
Rp. 1500
Rp. 480.000
Jumlah
Rp. 1.340.000
  1.  
    1. Bahan habis pakai
Bahan
Jumlah
Biaya
Jimlah Biaya
Disket
1 boks
Rp. 50.000
Rp. 50.000
ATK
2 set
Rp. 150.000
Rp. 300.000
Kertas HVS
5 rim
Rp. 30.000
Rp. 150.000
Tinta Printer
2 buah
Rp. 200.000
Rp. 400.000
Transfer ke CD
10 buah
Rp. 30.000
Rp. 300.000
Pita Video
10 buah
Rp. 40.000
Rp. 400.000
CD
20 buah
Rp. 7000
Rp. 140.000
Akses Internet
Rp. 100.000
Jumlah
Rp. 1.840.000
    1. Peralatan
Jenis Peralatan
Spesifikasi
Jumlah
Komputer dan Printer
Sewa
Rp. 1.250.000
Proyektor LCD
Sewa
Rp. 500.000
Handycam
Sewa
Rp. 750.000
VCD
Sewa
Rp. 300.000
Jumlah
Rp. 2.800.000
  1.  
    1. Perjalanan
Perjalanan
Volume
Biaya
Jumlah
Lokal, Ketua
1 x 32
Rp. 10.000
Rp. 400.000
Lokal Anggota
1 x 32
Rp. 10.000
Rp. 400.000
Jumlah
Rp. 800.000
  1.  
    1. Lain –lain
Uraian
Jumlah
Foto copy
Rp. 300.000
Jumlah
Rp. 300.000
DAFTAR PUSTAKA
Boothroyd,A. (1982). Hearing Impairments inYong Children. Practice Hall Inc.
Engelewoods Cliffs.N.Y.
Fram, M. (1985). Auditory Training. Glendongnald School For Deaf Children.
Victoria. Australia
Hagen, A. Van. Vermeulen R. dan Jong, M.de. Zikelbach E. (1990). Latihan mendengar. Jakarta
Vembrianto. (1981). Pengajaran Modul. Paramita. Yogyakarta.
Vride Varecmb. (1987). Perbaikan Bicara. BNIKS. Jakarta
Zamroni. (1988). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Jakarta
Kurikulum Vitae
1. Nama : Drs. Budi Susetyo,M.pd.
2. NIP : 131 662 488
3. Pangkat/Golonagan : Penata Tingkat I/IVa
4. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
5. Fakultas : Ilmu Pendidikan
6. Pengalaman Penelitian :
  • Keefektivan bentuk Tes IPS bagi anak Tunarungu di Sekolah Dasar Luar Biasa
  • Relevensi Kurikulum SDLB-C tahun 1994 Mata Pelajaran Matematika dengan kemampuan Aanak Tunagrahita Ringan di Jabar (1998)
  • Validasi Tes EBTANAS IPS untuk Sekolah Luar Biasa (2000)
  • Kajian pengembangan kebijakan penanganan Diskriminasi Sosial (2001)
  • Kesiapan Otonomi daerah dalam penyelenggaraan Pendidikan (2002)
7. Bidang Keahlian : Pendidikan Anak Tunarungu (SI)
Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan(S2)
Bandung, 18 Maret
Drs. Budi Susetyo,M.Pd.


{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment