Analisis Risiko Investasi Terhadap Return Saham Pada Industri Telekomunikasi Di Indonesia (KE-63)

Bookmark and Share


Penelitian-penelitian keuangan dan juga teori-teori keuangan biasanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga disebut teori pasar modal (capital market theory) dan keuangan korporasi (corporate finance). Investasi berkaitan dengan pengujian bagaimana pasar modal menetapkan harga sekuritas dengan mempelajari bagaimana investor individu memilih di antara berbagai macam aset keuangan berdasarkan tingkat kesukaannya pada risiko dan return(Gumanti, 2011:49).
Salah satu bagian terpenting dalam mempelajari investasi adalah bagaimana kita mengukur risiko dan return. Definisi risiko dan return bisa jadi tidak akan pernah sama antara satu dengan investor lainnya, bahkan tingkat kesukaan risiko dan returntidak akan pernah sama.
Setiap investor yang ingin memaksimalkan kekayaan akan tertarik pada suatu investasi yang memberikan tingkat expected returnyang lebih tinggi dibandingkan dengan peluang investasi lainnya. Dalam kenyataannya hampir semua investasi mengandung ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya, sehingga investor hanya bisa memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dan seberapa jauh hasil yang sebenarnya menyimpang dari yang diharapkan. Pilihan investasi tidak dapat hanya mempertimbangkanreturnyang diharapkan tetapi juga tingkat risiko yang akan dihadapi.
Perusahaan telekomunikasi yang Go-publicmerupakan perusahaan yang tercatat sahammnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perdagangan sekuritas pada sektor industri telekomunikasi saat ini menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan, sehingga menyebabkan banyak investor yang tertarik untuk terlibat dalam bisnis di bidang telekomunikasi (Fahmi, 2010:215).

Pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan seberapa besar minat investor untuk membeli saham-saham dari masing-masing perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Di bawah ini digambarkan pergerakan harga saham dari masing-masing perusahaan telekomunikasi di Indonesia (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., PT Indosat Tbk., PT XL Axiata Tbk., PT Smartfren Telecom Tbk., PT Bakrie Telecom Tbk.) sejak bulan Januari 2006 hingga Desember 2011, sebagai berikut:
Sumber: Data Diolah, 2012
Grafik 1.1 Harga Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., Tahun 2006-2011
Dari grafik di atas, diketahui bahwa harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., bergerak secara fluktuasi dari tahun 2006-2012, harga penutupan tertinggi berada pada harga Rp 11.200 di bulan Juli tahun 2007, dan harga penutupan terendah berada pada harga Rp 5.400 di bulan Oktober tahun 2008.
Sumber: Data Diolah, 2012
Grafik 1.2 Harga Saham PT Indosat Tbk., Tahun 2006-2011
Dari grafik di atas, diketahui bahwa harga saham PT Indosat Tbk., bergerak secara fluktuasi dari tahun 2006-2012, harga penutupan tertinggi berada pada harga Rp 8.700 di bulan Oktober tahun 2007, dan harga penutupan terendah berada pada harga Rp 4.200 di bulan Februari tahun 2009.
Sumber: Data Diolah, 2012
Grafik 1.3 Harga Saham PT XL AxiataTbk., Tahun 2006-2011
Dari grafik di atas, diketahui bahwa harga saham PT XL Axiata Tbk., bergerak secara fluktuasi dari tahun 2006-2012, harga penutupan tertinggi berada pada harga Rp 6.800 di bulan April tahun 2011, dan harga penutupan terendah berada pada harga Rp 850 di bulan November tahun 2008.

Sumber: Data Diolah
Grafik 1.4 Harga Saham PT Smartfren Telecom Tbk., Tahun 2006-2011
Dari grafik di atas, diketahui bahwa harga saham PT Smartfren Telecom Tbk., di buka pada November 2006, bergerak secara fluktuasi dari tahun 2007-2008, kemudian konstan meningkat per tahun hingga tahun 2011. Harga penutupan tertinggi berada pada harga Rp 4.062 di bulan Desember tahun 2006, dan harga penutupan terendah berada pada harga Rp 635 di bulan Oktober 2008 hingga November tahun 2010.
Sumber: Data Diolah
Grafik 1.5 Harga Saham PT Bakrie Telecom, Tbk., Tahun 2006-2011
Dari grafik di atas, diketahui bahwa harga saham PT Bakrie Telecom Tbk., di buka pada Februari 2006, bergerak secara fluktuasi dari tahun 2006-2011. Harga penutupan tertinggi berada pada harga Rp 446 di bulan Oktober tahun 2007, dan harga penutupan terendah berada pada harga Rp 50 di bulan Januari2009.
Terjadinya pergerakan harga saham secara fluktuatif dari masing-masing perusahaan menunjukkan harga saham yang terus bergerak seiring dengan permintaan pembelian saham dari investor. Tentunya hal ini akan menyebabkan risiko tersendiri.Dalam industri telekomunikasi, faktor risiko akanterus bermunculan seiring perubahan dalamindustri telekomunikasi itu sendiri, maupun dinamikadari Perseroan. Manajemen menerapkan prinsipmanajemen risiko yang senantiasa dikelola agarPerseroan dapat terus tumbuh dan berkembang.
Ada beberapa faktor risiko utama yang dianggap dapatmenghambat atau menjadi ancaman bagi Perseroan,yaitu industri telekomunikasi yang semakin kompetitifdengan banyaknya produk-produk yang barudengan tarif yang semakin bersaing, pertumbuhan pelanggan dan penggunaan jaringan oleh pelanggan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan jumlah kapasitas jaringan yang memadai dapat berdampak negatif pada kinerja dan kegiatan usaha Perseroan, kegagalan atas operasi jaringan Perseroan secara berkesinambungan, sistem-sistem utama tertentu, atau titik interkoneksi (gateway) ke jaringan penyelenggara lainnya, dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha Perseroan, Perseroan yang beroperasi pada teknologi CDMA, di tengah penggunaan teknologi GSM yang lebih populer, sehingga terdapat risiko perubahan teknologi yang dapat memengaruhi kegiatan usaha Perseroan. Terlebih lagi, Perseroan juga menghadapi persaingan dari kehadiran teknologi Wi-Max, yang lisensinya telah dikeluarkan oleh Pemerintah kepada beberapa perusahaan (Annual Report PT Smartfren Telecom Tbk, 2011:53-54).
Risiko-risiko yang muncul dalam industri telekomunikasi ini tentunya akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk, yang pada akhirnya berdampak pada tingkat keutungan yang dihasilkan perusahaan nantinya. Oleh karena itu, langkah-langkah mengatasi risikoperlu terus diperkuat agar stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan prospekyang positif. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dantahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukanfungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran, dan menyebar risiko secara baik.
Manajemen risiko pada industri telekomunikasi menjadi salah satu unsur penting, baik menyangkut keberhasilan maupun kegagalan perusahaan. Karena risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya industri telekomunikasi dalam menghasilkan laba yang atraktif, mengingat industri yang pada teknologi tersebut menyerap dana yang tidak sedikit, baik dalam pendiriannya maupun dalam pengoprasiannya, sehingga  penekanan pada perusahaan tersebut agar dapat memperoleh keuntungan  yang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya.Untuk memberikan kepuasan maksimum kepada para investor tersebut, maka banyak pakar financemenganalisis korelasi return dan risiko.Dalam pasar yang sempurna dan efisien, maka akan berlaku ‘hukum’ hubungan positif antara return dengan risiko. Semakin tinggi return yang diharapkan, semakin tinggi risikonya, dan sebaliknya.
Returnadalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Fahmi, 2012:189).
Returndibedakan menjadi dua, pertama returnyang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa akan datang.
Expected return adalah returnyang diharapkan oleh seorang investor di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya (Fahmi, 2012:203).Expected returnmerupakan returnyang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi (Jogiyanto, 2010:222). Returnini penting dibandingkan dengan returnhistoris karena returnekspektasian merupakan returnyang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan.
Komponen returnmeliputi, yaitu (1) capital gainmerupakan keuntungan bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual di atas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder, dan (2) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan (Halim, 2003:08).
Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2012:189). Risiko seringkali disebut sebagai ketidakpastian (uncertainty). Jika menggunakan konsep risiko dalam investasi saham, maka risiko diartikan sebagai variabilitas return yang dikaitkan dengan suatu saham. Jika diterapkan dalam konteks sekuritas umum, maka risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan melencengnya atau tidak tercapainya harapan diperolehnya return tertentu (Gumanti, 2011:50).
Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probabilities) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik ke sangat buruk.
Menurut Emery dan Finnerty dalam Gumanti (2011:51), risiko secara definisi memiliki dua dimensi, yaitu (1) ketidakpastian tentang hasil yang diperoleh di masa mendatang dan (2) kemungkinan akan diperolehnya kegagalan yang tinggi – hasil yang jelek (rugi). Maksud dari jelek di sini adalah hasil yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki.
Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) investor yang suka terhadap risiko (risk seeker), (2) investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality), (3) investor yang tidak suka risiko (risk averter) (Halim, 2005:42).
Risiko selalu muncul dalam kegiatan apapun, termasuk semua aktivitas bisnis yang kita lakukan (Pramana, 2011:37). Earning Volatility atau biasa disebut Business Risk adalah variabel indikator yang menggambarkan risiko yang diciptakan akibat tidak efisiennya operasional perusahaan, dimana terdapat kegagalan internal kontrol yang mengakibatkan kerugian yang tidak diperkirakan sebelumnya (Pandey, 2001).
Kondisi dan situasi pasar dengan berbagai stabilitas dan instabilitasnya mampu memberikan pengaruh pada kontinuetasdan return perusahaan. Jika situasi dan kondisi tersebut masih ada berada dalam posisi kendali manajemen (management control) maka itu masih dianggap aman, namun jika itu sudah berada di luar kendali (uncontroller) perusahaan akan mengalami risiko, baik secara finansial maupun non finansial.
Financial riskatau risiko keuangan adalah variabel indikator yang menggambarkan kebijakan penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan dimana risiko keuangan diukur dengan rasio variabilitas laba pemegang saham yaitu rasio laba sebelum bunga dan pajak dengan laba bersih sebelum pajak.
Selain itu, perusahaan dengan berbagai instrumen kebijakan yang dimiliki berusaha maksimal untuk meminimalisasi dan bahkan berusaha menghilangkan risiko pasar.Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar kendali perusahaan (Fahmi, 2010:69). Besarnya risiko pasar suatu saham ditentukan oleh beta pasar. Beta pasar menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan) (Fahmi, 2012:293).
Dalam pembahasan Model CAPMdan berbagai rumus yang diterapkan beta pasar selalu saja dipergunakan. Beta pasar diartikan sebagai risiko saham sistematis (Fahmi 2012:293). Menurut Jogiyanto (2010:375), beta pasar merupakan pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau portofolio terhadap returnpasar.
  ini menunjukkan harga saham perusahaan adalah lebih mudah berubah dibandingkan indeks pasar.
  ini menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar.
  ini menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.
Pada saat  menunjukkan kondisi saham menjadi lebih berisiko, dalam arti jika pada saat terjadinya perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalami perubahan lebih besar 1% atau saham  (Fahmi, 2012:293).
Dengan menghitung besarnya expected return, market risk/ beta pasar, financial risk, dan business risk, investor dapat melihat hubungan antara risiko dan returnsaham suatu investasi industri telekomunikasidi Indonesia.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Investasi Terhadap ReturnSaham Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia”.

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment