Teknik Bercerita

Bookmark and Share

KATA PENGANTAR

            Segala puji dan rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul  “ TEKNIK BERCERITA’’ ini.
            Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua, yang berjasa telah  besar dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam memenuhi segala kebutuhan ananda, sehingga penulis sekses dalam menuntut ilmu untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
            Karya tulis ini merupakan tugas akhir yang disusun sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional di SMA Negeri 1 Tapung Hulu Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.
            Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika pembahasannya, sebab pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak oleh sebab itu  penulis sangat mengharpkan masukan atau kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
            Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
  1. Bapak Edi Rusma Dinata, M. Pd selaku Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Tapung Hulu Kabupaten Kampar.
  2. Bapak Parulian Manalu, SP selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum.
  3. Bapak Muhammad Yusnarwan, S. Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Humas sarana dan prasarana.
  4. Bapak Syamsurizal, S. Pd  selaku wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan.
  5. Bapak Sutrisno, SE selaku Pembina OSIS.
  6. Ibu Krismiwidianingsih, A.Md Selaku guru pembimbing bidang studi Sosiologi
  7. Bapak  Masari, S. Pd  selaku Wali Kelas XII IPS 2
  8. Bapak / Ibu  Majelis Guru SMA Negeri 1 Tapung Hulu  yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama kurang lebih 3 tahun, sehingga menambah wawasan yang baru kepada penulis.
  9. Keluarga Besar SDN 002 Kasikan Kecamatan Tapung Hulu yang telah membantu memberikan informasi dan ilmunya guna terselesaikannya karya tulis ini.
  10. Untuk seluruh temanku di SMA N 1 Tapung Hulu yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
  11. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun penulis dalam penyelesaian karya tulis ini.

Akhirnya dengan penuh harapan mudah-mudahan dengan adanya karya tulsis ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua, dan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Kasikan,     Februari 2010


Penulis 
DAFTAR ISI

JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN
MOTTO
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B.   Identifikasi Masalah........................................................................................ 3
C.   Pembatasan Masalah..................................................................................... 3
D.   Perumusan Masalah...................................................................................... 4
E.   Tujuan Penelitian............................................................................................ 4
F.   Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

BAB II 
KERANGKA TEORI
A.  Makna Bercerita atau mendongeng.............................................................. 6
B.  Manfaat bercerita atau mendongeng............................................................ 6
C.  Hilangnya tradisi mendongeng..................................................................... 6

BAB III
METODE PENELITIAN
A.   Metode yang Digunakan ............................................................................... 9
B.   Latar dan Waktu Penelitian........................................................................... 9
C.   Penentuan Responden................................................................................. 9
D.   Sumber Data.................................................................................................... 9
E.   Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 10

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Cara Bercerita .................................................................................................... 11
B. Modal dalam bercerita ...................................................................................... 12
C. Persiapan sebelum bercetita .......................................................................... 13
D. Pedoman Ketika Bercerita .............................................................................. 14

BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan ..................................................................................................... 16
B.  Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
 Kebiasaan mendongeng atau bercerita secara lisan sudah menjadi tradisi yang cukup lama dalam masyarakat Indonesia, diantaranya yang terkenal adalah bercerita menjelang tidur yang biasanya dilakukan oleh seorang Ibu kepada anaknya atau seorang nenek terhadap cucunya, dongeng bukan hanya sekedar sarana hiburan melainkan secara tidak langsung cerita atau dongeng berfungsi sebagai media pendidikan dan transpormasi nilai – nilai dan melalui dongeng seseorang atau seorang anak tidak hanya mendapat hiburan melainkan mereka dapat merangsang pantasi dan intelektualnya dan juga menerima pesan moral, ajaran budi pekerti, bahkan tuntunan hidup sengaja disampaikan oleh pendongeng dalam sebuah kebersamaan yang suasananya menyenangkan dan terkesan tidak menggurui.
Tetapi seiring dengan bergulirnya waktu menjelang datangnya abat ke 21, kehidupan ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi, sehingga tradisi mendongeng di dalam keluarga dan masyarakat perlahan mulai tergusur, digantikan oleh peranan media hiburan modern yang lebih menari, praktis dan canggih. Media seperti radio, tape rekorder, televise dan lain sebagainya menjama orang sampai ke kamar – kamar tidur mereka.
Apresiasi anak terhadap media tersebut benar – benar demikian tingginya sehingga ia benar – benar menjadi sarana atau media hiburan, pendidikan dan transpormasi nilai kehidupan, hanya sayangnya suguhan materi yang diberikan media modern tersebut tidak selalu positif, dan tidak terlalu cocok dengan budaya, nilai  - nilai etika dan moral serta pendidkan yang ada pada masyarakat.
Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu adanya upaya  dan usaha dari komponen anak bangsa untuk menggali dan mengapresiasikan kembali tradisi mendongeng kepada masyaarakat yang tampaknya sangat mendesak untuk dilakukan dan dilaksanakan di tengah – tengah masyarakat. Kalau tidak dalam tempo yang singkat kita akan melihat kenyataan bahwa anak Indonesia akan tercabut dari akar budaya bangsanya. Karena salah satu media hiburan, pendidikan yang efektif yakni mendongeng lenyap begitu saja dari bumi pertiwi yang kita cintai ini, sehingga sentuhan dan nuansa hiburan, pendidikan dan pranspotmasi yang dapat membentangi anak – anak dari arus budaya asing itu pun ikut hilang ditelan kemajuan zaman.   
B.           Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis perlu mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain sebagai berikut :
1.    Apa makna  mendongeng / bercerita  itu…..
2.    Bagaimana cara mendongeng…..
3.     Apa keuntungan dari mendongeng…..
4.    Apa keunggulan dongeng dibandingkan dengan sarana hiburan modern….

C.           Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luasnya pokok permasaalahan yang akan diteliti serta dibahas dalam karya tulis ini, maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1.    Apa makna dari dongeng
2.    Bagaiman cara menjadi pendongeng yang baik

D.           Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latarbelakang, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Adakah pengaruh yang signifikan terhadap anak yang selalu mendengar dongeng sebelum tidur
2.    Adakah pengaruh yang signifikan terhadap alat penghibur modern terhadap anak


E.           Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakan penelitian ini adalah :
1.    Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran  2009/2010 di SMA Negeri 1 Tapung Hulu Kabupaten Kampar.
2.    Untuk mengkaji bagaimana cara bercerita yang baik
3.    Sebagai sarana peningkatan wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri khusunyaa tentang teknik bercerita yang baik sehingga para yang mendengarkan tidak bosan mendengarkan cerita tersebut.

F.            Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis ini adalah :

1.    Dengan adanya penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan keberanian dan juga mentalitas penulis sebagai bekal dalam menghadapi masa depan yang penuh persaingan.
2.    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan bagaimana cara menjadi pencerita yang baik 
3.    Dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan akar budaya bangsa tentang bercerita atau mendongeng.
4.    Dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam penelitian ataupun penulisan karya ilmiah kedepannya, sehingga membawa manfaat bagi adik-adik kelas selanjutnya.
BAB II
KERANGKA TEORI

A.           Makna Bercerita atau Mendongeng
Langka pertama bagi seorang pencerita sebelum memilki kemampuan dan keterampilan menjadi pencerita  terlebih dahulu memahami dan mengerti tentang bercerita. Dalam kamus bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadaminta menuliskan bahwa bercerita atau mendongeng adalah kejadian yang aneh – aneh atau cerita yang tidak benar benar terjadi. Sedangkan Prof. Dr. James Danadjaya menyebutkan bahwa bercerita atau mendongeng adalah suatu peristiwa pendek yang kolektif, kesastraan lisan atau cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar – benar terjadi. Selanjutnya Usman Effendi didalam bukunya yang berjudul “ 200 tanya jawab tentang sastra Indomesia “ menuliskan bahwa bercerita atau mendongeng adalah cerita yang semata – mata besifat khayal , biasanya cerita bermain pada masa  yang sangat lama / silam dan masih hidup sebagai kebudayaan rakyat.
Dari ketiga kutipan diatas kita sudah dapat memetik pengertian dan pemahaman yang jelas tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah bercerita atau mendongeng ini. Bererita atau mendongeng secara sederhana maksudnya adalah beecerita atau menceritakan dongeng.


B.           Manfaat bercerita atau Mendongeng
            Jika kita perhatikan bercerita atau mendongeng adalah suatu hal yang biasa terjadi sekeliling kita, dan kadang kala kita menganggab reme tentang suatu cerita hal ini disebabkan kita tidak mengetahui makna dari cerita atau dongeng yang sengaja diceritakan atau didongengkan oleh seseorang kepada orang lain. Adapun manfaat cerita atau dongeng adalah pencerita secara tidak langsung dapat menjadikan suatu cerita sebagai media pendidikan dan tranpormasi nilai -  nilai, melalui dongeng orang atau yang mendengarkan dongeng atau cerita tidak hanya mendapatkan hiburan tetapi pendengar cerita dapat merangsang fantasi dan intelektualnya, tetapi pendengar cerita dapat menerima pesan moral, ajaran budi pekerti, bahkan tuntunan hidup yang sengaja disampaikan oleh pencerita atau pendongeng kepada yang mendengarkan cerita atau dongeng tanpa merasa digurui.   

C.           Hilangnya Tradisi Mendongeng
Bersamaan dengan bergulirnya waktu seiring dengan datangnya abad ke 21, kehidupan ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi, sehingga tradisi mendongeng di dalam keluarga dan masyarakat perlahan mulai tergusur, digantikan oleh peranan media hiburan modern yang lebih menari, praktis dan canggih. Media seperti radio, tape rekorder, televise dan lain sebagainya menjama orang sampai ke kamar – kamar tidur mereka.
Apresiasi anak terhadap media tersebut benar – benar demikian tingginya sehingga ia benar – benar menjadi sarana atau media hiburan, pendidikan dan transpormasi nilai kehidupan, hanya sayangnya suguhan materi yang diberikan media modern tersebut tidak selalu positif, dan tidak terlalu cocok dengan budaya, nilai  - nilai etika dan moral serta pendidkan yang ada pada masyarakat
BAB III
METODE PENELITIAN

A.        Metode yang digunakan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode penjelasan suatu masalah. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanatori, yaitu metode yang menjelaskan apa, bagaimana hasil dari pada penelitian itu sendiri.

B.        Latar dan Waktu Penelitian
            Penelitian dilaksanakan  selama kurang lebih 1 minggu, terhitung 1 Februari hingga 7 Februari 2010.
        
C.        Penetuan Responden
            Para Majelis guru yang sehariannya atau kegiatan sehari – harinya selalu bercerita dalam melakukan pengajaran terhadap murid – muridnya

D.         Sumber Data
1.         Data  Primer
Yaitu data yang didapat langsung dari responden , dalam hal ini para majelis guru SD Negeri 002 Kasikan Kecamatan Tapung Hulu.

2.    Data Sekunder
            Yaitu data yang diambil dari berbagai buku dan karya ilmiah yang ada di perpustakaan SMA Negeri 1 Tapung Hulu, dan buku – buku lainya yang berkaitan dengan karya tulis yang penulis sajikan pada kesempatan ini.

E.           Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1.            Wawancara
Yaitu mewawancarai langsung sumber informasi khususnya yang berhubungan dengan judul penelitian ini, dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap majelis Guru itu sendiri, sehingga dihasilkan data yang valid.
2.            Study Kepustakaan
Dalam teknik ini menjadikan buku – buku  yang berhubungan dengan penelitian sebagai referensi, sehingga ada korelasi antara judul karya tulis dengan teori serta pelaksanaan penelitian itu sendiri.
3.            Observasi
Yaitu dengan cara penulis langsung terjun kelapangan guna mendapatkan data yang benar – benar  valid sehingga dapat dipertanggungjawabkan, dan juga sesuai antara teori dengan praktek.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.           Cara Bercerita
Setelah mengetahui tentang bercerita atau mendongeng, maka kita perlu juga mengetahui bagaimana bercerita atau  mendongeng yang baik sehingga yang mendengaarkan cerita tersebut tidak menjadi bosan, seorang pencerita atau pendongeng dapat melakukan dengan dua hal :
  1. Bercerita atau mendongeng tanpa alat peraga
Yakni bercerita atau mendongeng dengan hanya menggunakan kata – kata saya seperti yang dilakukan oleh nenek atau ibu kepada cucu atau anaknya sambil mengelus rambut cucu atau anaknya.
  1. Bercerita atau mendongeng dengan menggunakan alat peraga
Yakni bercerita dengan menggunakan alat sebagai media yang dipergunakan sebagai alat memimpin, menunjuk jalan, merangsang dan mengajak imajinasi dan fantasi anak – anak, mengenai alat peraga ini sebenarnya sangat variatif tergantung dari kereasi serta insiatif si pencerita atau pendongeng.
B.           Modal Dalam Bercerita
Seorang daklamator dapat memukau penonton dan menarik minat serta perhatian penonton ketika ia membaca sajak atau puisi, kata – kata dan suku kata mengalir dalam setiap baris kalimat yang ia ucapkan dengan jelas dan penuh ekpresi, suaranya terkadang melingking tinggi keras, menggetarkan dan terkadang sebaliknya ia mengeluarkan suara yang lembut mendayu – dayu bahkan bisa pula berubah menjadi merintih dan meratap terasa perih menusuk kalbu orang – orang mendengarnya.
Sama halnya saat kita tanpa sadar kita seperti disihir, emosi dan perasaan kita hanyut saat mendengar sebuah lagu atau melihat seorang penyanyi yang tengah melantunkan sebuah lagu, dimana ia dituntut untuk mampu mengepresikan suara  yang dimilikinya sesuai dengan isi lagu yang sedang ia nyanyikan. Disamping itu ia mempergunakan seluruh potensi tubuhnya untuk menunjang penampilannya.  
Hal ini sebenarnya berlaku pula bagi seorang yang akan tampil bercerita atau mendongeng. Artinya kekuatan penampilan seorang pendongeng atau pencerita saat ia bercerita akan sangat tergantung atau tertumpuan mendayagunakan potensi anggota  tubuhnya, suara, ekpresi, imajinasi, maupun konsentrasi serta naluri yang dimilikinya. Dengan sendirinya seorang pendongeng harus menyadari bahwa kesemuanya itu merupakan modal utama yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan dirinya manakala ia bercerita atau mendongeng sehingga cerita menjadi hidup menarik dan menyenangkan anak – anak.
Selanjutnya bila diringkas modal seorang pendongeng adalah dirinya sendiri, terdiri darinya sendiri, terdiri dari jasmani dan rohani. Untuk yang bersifat jasmani secara kasat mata dapat kita ketahui seperti anggota tubuh    ( terdri dari tangan, kaki, kepala, dan yang lainnya ), sedangkan yang bersifat rohani seperti nalar, wawasan, imajinasi, fantasi, naluri, dan lain sebagainya. Semua itu harus diolah untuk dapat mendekati sempurna maupun paripurna melalui latihan olah tubuh, olah suara, olah rasa, dan olah lainnya. 

C.            Persiapan Sebelum Bercerita
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan atau dikerjakan oleh seorang pencerita atau pendongeng adalah membuat persiapan yang memadai sebelum mendongeng atau bercerita, persiapan itu adalah :
  1. Mampu memilih materi cerita dan mengenal dengan baik audience sekaligus :
-       Mengetahui bagian yang mengesankan atau yang membosankan dari cerita tersebut
-       Daapat memilih  kata yang tepat sehingga dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang berkesinambungan
-       Pandai menggambarkan peristiwa dan suasana ( Setting ) cerita latar belakangnya
-       Memperhatikan jumlah audience pendengarnya dan kemampuan menerima materi serta memelihara komunikasi timbale balik secara memadai, sekaligus memelihara suasana perasaan emosi.

  1. Mempersiapkan alat peraga sesuai dengan kebutuhan materi cerita dan proses visualisasinya
  2. Membuat kerangka cerita ( ringkasan ) sekaligus menyusunnya menjadi urut – urutan pendengarnya. Disamping itu perlu juga melakukan latihan uji coba penampilan sebelum tanpil yang sebenarnya.
  3. Persiapan busana yang serasi, nyaman, leluasa untuk bergerak dan berekpresi
  4. Rencanakan juga materi acara pendekatan kepada audience berikut kopinsasi hadiyahnya, agar tidak ada jarak antara pencerita dengan audience.

D.           Pedoman Ketika Bercerita
  1. Lakukanlah kegiatan pendahuluan yang sifatnya menggali pusat minat audience dengan rencana yang telah dipersiapkan sebelumnya.
  2. Tampil dengan wajar maksudnya relax tidak tegang baik rohani maupun jasmani sehingga mampu beradaptasi dengan situasi, kondisi, yang ada serta bisa  berkonsentrasi secara baik, meyakinkan dan penuh percaya diri.
  3. Berusaha agar dapat memulai dan mengakhiri cerita dengan baik serta mampu menyesuaikan alat peraga dengan materi cerita.
  4. Jalan cerita disampaikan dengan runtut sesuai dengan urutan adegan yang telah disusun sebelumnya dan penggambaran ( Visualisasi ) adegan dilakukan dengan penuh penghayatan sambil terus melakukan penyesuaian terhadap improvisasi, imajinasi, dan fentasi, agar bisa berintegrasi ( menyatu ) dengan cerita yang dibawakan.
  5. Mendayagunakan seluruh kemampuan atau potensi yang dimiliki dirinya.
  6. Tidak lengah mengamati reaksi, emosi, dan terus menjaga suasana yang menyenangkan serta tidak menimbulkan rasa takut para audience.  
BAB V
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan penulisan karya tulis ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa teknik bercerita itu secara teoritas perlu diimplementasikan dalam bentuk latihan maupun praktik secara baik dan benar, penulis merasa perlu untuk menekankan bahwa proses latihan dan praktek yang dilakukan selama kegiatan pendidikan dan pelatihan perlu ditindak lanjuti, dengan latihan kembali dengan teratur dan berkesinambungan dikemudian hari.
B.           Saran
Para pencerita atau pendongeng yang telah atau yang belum memiliki kemapuan bercerita agar dapat mengembangkan bakat bercerita dengan mengikuti pelatihan – pelatihan atau seminar guna mempertahankan suatu budaya bangsa yang sewaktu – waktu bisa hilang di makan masa dan kita semua tiada menyadari hal itu.
DAFTAR PUSTAKA

Hj, Herayulita, S.Sos. 2006. Cara menjadi pencerita yang baik.  Pekanbaru. Staff Ahli LP3 Anak Negeri. Pustakawan Perpustakaan dan Arsip Propinsi Riau.
Husen, Umar. 1996. Petunjuk Lengkap Membuat Karya Tulis Dan Tesis. Jakarta. Rajawali Pres.
Kohar, S.Pd.SD. 2010., Kepala SDN 002 Kaikan. Kasikan Kec. Tapung Hulu
Kadar Muhammad. 2010. Admistrator SDN 002 Kasikan. Kec. Tapung Hulu
Hidayad Risno, A.Ma. 2010. Majelis Guru SDN 002 Kasikan. Kasikan

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment