SISTEMATIKA
PROPOSAL PTK
- JUDUL
Judul PTK
hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan
yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul
hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan
sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
- LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar
belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan
yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang
mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian
pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada
juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi
permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik
khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian
di bagian ini.
- PERMASALAHAN
Permasalahan
yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci
dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah
keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK.
Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara
teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis
masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang
perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian
ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK
harus secara konsisten tertampilkan.
- CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian
ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang
mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus
terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka
pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau
berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan
PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
- TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
Tujuan PTK
hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan
perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang
dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi
tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di
bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA
melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan
strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian
tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat
dikuantifikasikan.
Disamping
tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam
hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang
dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct
beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan –
rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda
dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi
dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan
kehadirannya tidak ditolak.
- KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian
ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik
yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan
diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik
pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku
PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai
kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka
konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan
dirumuskan.
- RENCANA PENELITIAN
- Setting penelitian dan
karakteristik subjek penelitian
Pada bagian
ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan
bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan
wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan
permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive
permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III
SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
- Variabel yang diselidiki
Pada bagian
ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik
incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa
(1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber
belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2)
variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa,
implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3)
varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
- Rencana Tindakan
Pada bagian
ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
- Perencanaan, yaitu persiapan
yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan
entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah.
Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka
implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan
tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga
diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan
alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka
perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga
dikemukakan pada bagian ini.
- Implementasi Tindakan yaitu
deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan
dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
- Observasi dan Interpretasi
yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai
proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
- Analisis dan Refleksi yaitu
uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar,
personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan
daur berikutnya.
- Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian
ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan
dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan
tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping
itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas
seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi
aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam
yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik),
pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan
sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan
bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data,
bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya
semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian
kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin
saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi
perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang
dalam rangka analisis dan interpretasi data.
- Indikator kinerja
Pada bagaian
ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit
sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang
bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria
keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat
kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari
implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
- Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian
ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas
peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap
minggu untuk kegiatan penelitian.
- JADWAL PENELITIAN
Jadwal
kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan
dari awal sampai akhir.
- RENCANA ANGGARAN
- Komponen – komponen pembiayaan
Rencana
anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan
penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih
rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
- Persiapan
Kegiatan
persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan
jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian,
menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
- Kegiatan operasional di
lapangan
Dalam
kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan
analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan
tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan,
pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
- Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan
yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep
laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian,
seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam
pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan
artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
- Cara Merinci Kegiatan dan
Pembiayaan
Biaya
penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari
metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional
itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang
diperlukan dan output yang diharapkan.
- Beberapa patokan pembiayaan
satuan kegiatan penelitian
- Honorarium
- Ketua Peneliti
- Anggota tim peneliti
- Tenaga Administrasi
Besarnya
honorarium tergantung pada sumber pandanaan
- Bahan dan Peralatan penelitian
- Bahan habis pakai
- Alat habis
- Sewa alat
- Perjalanan
- Biaya perjalanan sesuai dengan
ketentuan
- Transportasi local sesuai harga
setempat
- Lumpsum termasuk konsumsi
sesuai dengan ketentuan
- Monitoring dari PGSM minimal
untuk satu orang, satu kali, selama dua hari
- Konsultasi ketua tim peneliti
ke PGSM selama dua hari
- Laporan Penelitian
- Penggandaan
- Penyusuinan artikel berbahasa
Indonesia dan inggris
- Pengiriman
- Seminar
- Seminar lokal, konsumsi sesuai
harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
- Seminar nasionala minimal untuk
dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)
- Daftar Pustaka
Daftar
pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar –
benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN
LAIN – LAIN
Bagian
lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti.
Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat
pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai
penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian
termasuk di PTK.
Hal – hal
lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat
disertakan dalam usulan penelitian ini.
Proposal PTK
PENGGUNAAN
CD PENGAJARAN BICARA SEBAGI SUPLEMEN
UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM
PRAKTEK
PENGAJARAN BICARA KONSONAN S
PADA ANAK
TUNARUNGU
Disusun Oleh :
Budi Susetyo,dkk
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2005
- Judul Penelitian :
Penggunaan
CD pengajaran bicara sebagai suplemen untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam praktek pengajaran bicara konsonan S pada anak Tunarungu
- Latar Belakang
Mata kuliah
artikulasi merupakan mata kuliah yang khusus diberikan pada mahasiswa
spesialisasai anak tunarungu. Mata kuliah ini mempunyai dua aspek sasaran yang
ingin dicapai yaitu pengetahuan tentang cara – cara pengajaran bicara dan
keterampilan dalam memperbaiki serta membentuk bicara pada anak tunarungu.
Mata kuliah
artikulasi I berisikan konsep – konsep dasar pembinaan bicara pada ank
tunarungu. Oleh karena itu pada mata kuliah artikulasi I lebih menekankan pada
aspek kognitif. Pengetahuan diperlukan sebagai dasar dalam mealkukan perbaikan bicara
pada anak tunarungu. Sedangkan mata kuliah artikulasi II lebih menekankan pada
praktek penanganan bicara anak tunarungu. Oleh karena itu aspek keterampilan
mahasiswa dalam menangani anak tunarungu lebih ditekankan.
Mahasiswa
dalam mengikuti perkuliahan artikulasi belum menunjukkkan hasil yang memuaskan
terutama dalam praktek penanganan dan pembentukan bicara pada anak tunarungu.
Hal ini tampak dari hasil yang diberikan mahasiswa setelah melakukan praktek di
lapangan. Pada umumnya mereka mengalami kesulitan, sehingga dalam menagani dan
memperbaiki bicara belum memuaskan. Kondisi semacam ini jika dianalisis banyak
faktor penyebabnya salah satunya terbatasnya kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan audio visual dalam pengajaran konsonan S pada anak tunarungu.
Menyadari
banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekurang berhasilan, maka
dalam pembelajaran mata kuliah artikulasi perlu dikaji faktor utama yang
memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Melalui
pengkajian dapat ditemukan dan sekaligus ditentuakn langkah – langkah untuk
memperbaikinya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam memperbaiki system
perkuliahan antara lain dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium semaksimal
mungkin untuk simulasi, perubahan penyampaian materi perkuliahan, penambahan
waktu praktek lapangan. Beberapa usaha telah dilakukan, tetapi belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, terutam adlam keterampilan memperbaiki bicara
anak. Atas dasar kenyataan yang demikian, maka perlu dicari alternative lainnya
dengan melakukan inovasi –inovasi baik dalam metode penyampaian maupun
penggunaan fasilitas laboratorium serta pemanfaatan multi media untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menangani permasalahan bicara
terutama pembentukan konsonan S pada anak Tunarungu yang tidak dapat bicara.
Peningkatan
kualitas mahasiswa dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan dalam bidang
pengetahuan dan bidang keterampilan. Peningkatan dalam bidang pengetahuan dapat
dilakukan dengan mengkaji berbagai literature, memperhatikan perkuliahan dosen
di kelas dan sebagainya. Peningkatan dalam bidang keterampilan perlua adanya
praktek dalam penanganan dan pembentukan bicara pada subyek yang sesungguhnya
yaitu anak tunarungu. Kemampuan dalam bidang keterampilan perlu dilakukan
secara sendiri –sendiri oleh mahasiswa dengan praktek di lapangan. Penguasaan
pengetahuan secara teoritis diperlukan sebagai media untuk menguasai
keterampilan secara praktis. Satu kelemahan yang sering terjadi khususnya
mahasiswa adalah penguasaan pada bidang keterampilan atau pada aplikasi di
lapangan. Penggunaan audio visual dalam praktek pembentukan konsonan S pada
anak tunarungu selama ini belum banyak dilakukan oleh mahasiswa.
- Perumusan masalah
Permasalahan
yang terjadi pada mata kuliah artikulasi yaitu tidak adanya subyek (anak
tunarungu) untuk praktek di dalam kampus. Untuk mengatasi permasalahan diatas
dilakukan praktek di berbagai SLB-B. Dengan demikian waktu pertemuan dalam
pengajaran bicara sangat terbatas, sehingga menyulitkan mahasiswa untuk trampil
melakukan perbaikan bicara pada anak. Untuk itu perlu dilakukan inovasi –
inovasi dalam perkuliahan, sehingga kemampuan mahasiswa dalam praktek
pembentukan konsonan/vocal dapat meningkat. Inovasi yang dilakukan dalam
pembelajaran yaitu memanfaatkan fasilitas yang dimiliki jurusan dan teknologi
multi media semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran. Adapun inovasi yang
dipilih dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam penggunaan audio visual
sebagai sarana pembelajaran. Dengan demikian diharapkan kesulitan mahasiswa
dalampraktek pembentukan bicara yaitu konsonan S pada anak tunarungu dapat
teratasi seefektif dan efisien mungkin.
- Cara Pemecahan Masalah
Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu melakukan percobaan – percobaan dengan
memggunakan media CD pembelajaran bicara yang dilakukan di laboratorium/kelas
yang diberikan tentang teknik – teknik perbaikan bicara. Adapun langkah –
langkah sebagai berikut :
- Penyiapan dengan menyusun
rencana topic materi sesuai dengan tingkat kesulitan pada masing – masing
konsonan maupun vocal.
- Memperlihatkan kepada mahasiswa
masing – masing teknik dalam memperbaiki bicara lengkap dengan penggunaan
berbagai sarana pembelajaran dan peralatan peraga yang di perlukan.
- Melakukan diskusi tentang
berbagai teknik perbaikan bicara.
- Mengumpulakan dan menganalisis
data.
Untuk lebih
jelasnya, maka desain inovasi yang digunakan dalam pembelajaran dapat dilihat
pada bagian di bawah ini :
Bagan desain pembelajaran artikulasi II dengan CD pembelajaran bicara
Materi
Perkuliahan teori dan Praktek
Analiss
hasil praktek 2 dari perekaman audio visual dan diskusi dalam rangka perbaikan
praktek berikutnya
Analisis
hasil praktek 1 dari perekaman audio visual dan diskusi dalam rangka perbaikan
praktek
- Tujuan Penelitian
Tujuan yang
ingin dicapai melalui kegiatan penelitian adalah menemukan pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam pembentukan bicara pada konsonan S pada anak
tunarungu.
- Kontribusi/Manfaat Penelitian
Kontribusi
yang ingin dicapai adalah bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam pendidikan luar biasa serta dapat diaplikasi secara
praktis di lapangan dan di kelas sebagai salah satu bentuk pembelajaran di
ruang kuliah, sehingga mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan
konsonan S. dengan demikian inovasi yang telah ditemukan dapat digunakan dalam
pengajaran bicara yaitu pembentukan konsonan S pada siswa tunarungu.
- Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Tindakan
- Tinjauan Pustaka
- Pembelajaran bicara (konsonan
s)
Belajar
adalah kegiatan para siswa, baik dengan bimbingan guru atau dengan usaha
sendiri. Pendidik berusaha membantu agar siswa belajar lebih terarah, cepat,
lancer, dan berhasil baik. Atau istilah lain dengan membelajarkan siswa.
Pembelajaran agar berhasil perlu dilaksanakan ssistematis, secara bulat dengan
mempertimbangkan segala aspek.
Sebelum
mengenal pembelajaran secara khusus perlu mengenal pembelajaran secara umum.
Pembelajaran di dalam kelas baik secara klasikal atau individual dibutuhkan
adanya model pembelajaran. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu pengertian
model secara umum. Model dalam kehidupan sehari – hari merupakan suatu pola
yang di contoh, baik dalam bentuk fisik suatu hasil kerja atu suatu pola
tertentu menghasilkan perilaku belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan
penyederhanaan dari hubungan berbagai komponen yang ada dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Komponen – komponen pembelajaran meliputi : metode
belajar, sarana dan prasarana, guru, siswa, kurikulum, alat evaluasi, dan sebagainya.
Menurut Zamroni, (1988:79), mengatakan model merupakan inti dari teori dalam
bentuk sederhana , sehingga mudah dibaca dan dipahami. Sedangkan menurut
Winardi (1986:53-55), mengatakan ada tiga cara untuk menyatakan model, yaitu :
(1) secara verbal menerangkan dengan kata – kata, (2) secara grafis yaitu
menerangkan dengan menyajikan diagram, dan (3) secara matematis pada ilmu
pasti.
Ada beberapa
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pada anak
tunarungu yaitu :
- Prinsip Bimbingan
Bimbingan
dapat diartikan suatu proses bantuan atau tuntutan terhadap individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Layanan pengajaran merupakan bantuan
kepada siswa dalam mengatasi kesulitan – kesulitan dalam kegiatan pengajaran
sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.
- Prinsip Pengayaan
Pengayaan
dalam pembelajaran dimaksudkan dengan adanya pengayaan pada kurikulum yang
dipelajari oleh siswa. Kemampuan siswa dapat ditingkatkan melalui perluasan
kurikulum yang dipelajari akan mengakibatkan pengetahuan mahasiswa semakin luas
dan mendetail. Pengayaan kurikulum dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :
berorientasi pada proses, berorientasi pada konten, materi yang harus
dipelajari, dan berorientasi pada produk atau hasil.
- Belajar Tuntas
Belajar
tuntas merupakan suatu system belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa
tujuan (basic learning objective) tertentu secara tuntas. Penguasaan terhadap
tujuan sehingga dapat dikatakan tuntas memiliki standar tertentu sesuai dengan
tuntutan masing – masing tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian standar dalam
belajar tuntas pada umumnya para siswa diharapkan minimal menguasai 85 % dari
jumlah populasi peserta didik dan dari 85 % siswa harus menguasai sekurang –
kurangnya 75 % tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
- Individu dalam proses
pembelajaran
Individu
sebagai peserta dalam proses pembelajaran memilikiperbedaan antara individu
yang satu dengan yamg lainnya dalam berbagai hal, yaitu : waktu dan irama
perkembanagan , motif, intelegensi, dan emosi, kecepatan belajar, dan pembawaan
dan lingkungan. Perbedaan – perbedaan tersebut dalam individu akan
mengakibatkan hasil belajar yang dicapai akan berbeda – beda pula. Oleh karena
itu dalam pembelajaran pendidik bertugas memberikan pelayanan yang tepat dan
menyediakan waktu yang cukup, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai semaksimal mungkin oleh siswa.
- Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan
pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep,
prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan
dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode
dan teknik yang digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan
pengajaran sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam
metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media
pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalh alat untuk
mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.
P
Penetapan Isi dan Metoda
Guru dengan
Media
Siswa
ola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajarn yang memanfaatkan
media pembelajaran sebagai sumber – sumber di samping guru dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tujuan
Gambar 2.1
Pola pembelajaran dibantu media (Arifin,2000)
Dalam praktek pembelajaran
sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi
yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Salah satu gambar yang paling banyak
dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar
adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman dale). Kerucut ini merupakan
elaborasi yang rinci dari konsep tiga tigkatan pengalaman yang dikemukakan oleh
bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian
melalui benda tiruan sampai kepada lambing verbal (abstrak). Semakin diatas
puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa
urut – urutan ini tidak berarti prosesw belajar dan interaksi mengajar belajar
harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis
pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa
yang dihadapi mempertimbangkan situasi belajarnya.
Gambar 2.3
Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Hamalik, 1994)
Dasar
pengembanagan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat
keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi
pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh
dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu, oleh karena melibatkan indera pengluhatan, pendengaran,
perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan Learning by doing karena
memberi dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa.
- Penggunaan Komputer dalam
Pembelajaran
Teknologi
informasi (TI) merupakan salah satu bagian teknologi yang berkembang dengan
pesat dan aplikasinya sangat luas dewasa ini.aplikasi TI yang nyata misalnya
dengan hadirnya multimedia dan web, dalam bidang pendidikan yang melahirkan
terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
pembelajaran.
Komputer
telah diterapkan dalam bidang pendidikan semenjak awal perkembangannya.
Walaupun sangat bersifat administrative yaitu berupa pembuatan aplikasi
database dan komputerisasi, namun dalam bentuk yang awal tersebut sudah mulai
memasuki aspek pendidikan yang manual dan modul kerja sampai pada bentuk
simulasi sederhana dalam suatu proses misalnya dalam kegiatan industri,
penelitian dan administrasi.
Berkembangnya
hardwere komputer dalam 2 dekade terkhir dari mainframe yang mahal sampai PC
dalam bentuk sekarang yang kemampuannya secara bertahap telah meningkat
drastis, memungkinkan penggunaan komputer dalam pendidikan paad berbagai
bentuknya, seperti yang paling akhir ini, pendidikan jarak jauh lewat internet
dan softwere pengajaran berbagai bidang studi dalam bentuk CD softwere
multimedia yang memuat animasi, film, gambar, musik dan suara yang interaktif.
Pengajaran
dengan bantuan komputer dikembangkan dari model belajar terprograma (programmed
instruction). Belajar terprograma ini merupakan istilah umu pada system belajar
yang berbeda untuk tingkat – tingkat berbeda pula. Penekanannya terletak paad
perlunya respon dengan tujuan untuk pembentukan hasil belajar melalui control
dari feedback atau reinforcement (pemberian support yang akan berpengaruh pada
psikologis siswa)
- Multimedia dalam pembelajaran
bicara
Penggunaan
komputer dalam pembelajaran kimia sebenarnya sudah ada sejak beberapa decade
terakhir. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, buku – buku teks banyak
dilengkapi dengan softwere (multimedia) yang merupakan suplemen materi.
Suplemen tersebut biasanya berisikan hal – hal yang tidak dapat dihadirkan
langsung oleh buku, misalnya peristiwa – peristiwa yang terjadi secara
kebetualn atau sengaja dilakukan.
Penggunaan
multimedia dalam pembelajaran bicara belum banyak diteliti, sehingga hasilnya
belum banyak dipublikasikan. Namun pada beberapa penelitian di bidang lain
menunjukkan bahwa penggunaan multimedia tersebut dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami konsep – konsep (sanger,2001)
Salah satu
upaya untuk mengatasi permasalahn besar tersebut ialah dengan memanfaatkan
multimedia yang dapat mempresentasikan semua domain berpikir dalm pembelajaran
bicara. Multimedia tersebut haruslah memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir
baik dari segi konsep maupun praktis.
Penggunan
alat bantu pengajaran sangat membantu mahasiswa peserta didik CD pembelajaran
bicara merupakan salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang
sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana
serta lebih efisien dalam waktu. Melalui multimedia dapat dipergunakan untuk
menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa. Dengan
audio visual dapat dilakukan analisis pada kegiatan pembelajaran yang kemudian
dapat dilakukan berbagai analisis dari kelebihan dan atau kesalahan yng
dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan bicara anak tunarungu. Melalaui
analisis tersebut, hasil praktek yang telah direkam, dapat diketahui mana yang
perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelajaran
selanjutnya berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian
hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, paad anak tunarungu
sangat diperlikan adanya peralatan bantu yang memadai, karenha anak tersebut
telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya.
- Tunarungu dan permasalahannya
- Pengertian
Tunarungu
adalah peristilahan secara umum yang diberikan kepada anak yang mengalami
kehilangan/gangguan pendengaran, sehingga ia mengalami gangguan dalam
melaksanakan kehidupan sehari – hari. Secara garis besar tunarungu dibedakan
menjadi dua yaitu tuli dan kurang dengar. Menurut Smith, M (1975:392-394); tuli
bilaman mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang berat sehingga
pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilamana ia mengalami kerusakan
pendengarannya dalam taraf yang berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi.
Kurang dengan bilaman ia mengalami kerusakan pendengaran, tetapi alat
pendengarannya masih berfungsi.
- Karakteristik Tunarungu
Ada beberapa
karakteristik tunarungu yaitu :
- Intelegensi
Karakteristik
dalam segi intelegensi, secara potensial tidak berbeda dengan anak normal pada
umumnya; ada yang pandai, sedang, dan bodoh. Namun demikian secara fungsional
intelegensi mereka berada di bawah anak normal. Hal ini disebabkan karena
kesulitan dalam memahami bahasa.
- Emosi dan sosial
Keterbatasan
yang terjadi dalm berkomunikasi pada tuanrungu mengakibatkan perasaan terasing
dari lingkungannya. Tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak
mampu untuk memahami danmengikuti secra menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi
yang tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya pada diri sendiri. Dalam
pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan orang normal, hal ini
disebabkan keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan.
- Bahasa dan Bicara
Tunarungu
dalam segi bahasa dan bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya
hubungan yang erat antara bahasa dan bicara denagn ketajaman pendengaran,
mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga
tunarungu dalam segi bahasa yang dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas
dalam kosa kata, sulit mengartikan arti kiasan, kata – kata yang abstrak.
- Media Komunikasi Tunarungu
dalam Belajar
Media
komunikasi tunarungu ada tiga yaitu : oral, isyarat, dan komunikasi total.
- Media oral
Media yang
digunakan tunarungu dalam belajar menggunakan bicara. Proses belajar mengajar
yang diberikan oleh guru kepada tunarungu menggunakan media bicara sebagaimana
proses pembelajaran pada anak normal dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Sebagai konsekuensi logis dalam menggunakan media oral yaitu guru harus
mengajarkan bicara ada tunarungu.
- Media Isyarat
Media yang
digunakan oleh guru dalm proses pembelajaran menggunakan isyarat – isyarat
sebagai pengganti kata huruf, tidak menggunakan media bicara.Isyarat yang
digunakan kadang – kadang masih bersifat lokal sehingga sulit untuk berkomunikasi
dengan sesame tunarungu di tempat lain. Untuk mengatasi masalah tersebut telah
disusun kamus isyarat bahasa Indonesia. Oleh karena itu semua tunarungu harus
belajar isyarat tersebut.
- Media komunikasi total
Komunikasi
total merupakan perpaduan dari kedua media yang terdahulu. Media ini digunakan
secara bersama – sama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan
harapan bila siswa tidak mengerti dari bentuk ucapannya, diharapkan siswa dapat
mengerti melalui isyaratnya. Untuk itu tunarungu harus belajar bicara dan
belajar isyarat.
- Metode pengajaran yang efektif
bagi tunarungu
Untuk
menentukan metode yang efektif bagi tunarungu, langkah yang pertama adalah
memahami segala karakteristik tunarungu terutama dalam segi bahasa dan langkah
yang kedua adalah ciri khas tunarungu adalah visual/pemata. Dalam pembelajaran
tidak perlu menggunakan kata – kata yang sulit untuk dipahami tunarungu,
apalagi menggunakan kata yang abstrak, tetapi menggunakan kata – kata yang
singkat, jelas dan nyata (jika memungkinkan). Dalam proses pembelajaran segala
sesuatu yang diucapkan guru atau diisyaratkan harus berada di jangkauan mata
(dapat dilihat) tuanrungu, jika tidak dapat dilihat oleh anak tunarungu maka
pembelajaran tidak ada manfaatnya.
- Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
uraian dari pengertian belajar, model pembelajaran, prinsip – prinsip belajar
dan individu sebagai peserta didik maka kegiatan pembelajaran diperlukan adanya
keterpaduan diantara komponen dalam belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua
jenjang pendidikan termasuk di sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu
pengajaran sangat membantu peserta didik audio visual salah satu alat bantu
pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal
abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien dalam waktu. Audio
visual dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan
oleh masing – masing mahasiswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis
pada proses pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan
dan atau kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan direkam,
dapat diketahui mana yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek.
Proses pembelanjaran selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan
dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara,
konsonan S pada anak tunarungu sangat diperlukan adanya peralatan bantu yang
memadai, karena anak tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya.
Sebelum mereka diajarkan berbagai pengetahuan, mereka perlu ditangani terlebuh
dahulu pada komunikasi secara lisan (bicara). Pembentukan bicara pada anak
tunarungu merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu dicari inovasi – inovasi
dalam pembelajaran bicara , sehingga kesulitan yang dihadapi para pendidik dana
calon pendidik dapat terpecahkan.
Berdasarkan
uraian diatas maka diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran
bicara sebagai suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek
pengajaran bicara konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B.
- Rencana Penelitian
- Setting penelitian
Penelitian
dilakjukan di laboratorium dengan melihat tayangan CD mengenai pembelajaran
konsonan S denga segala permasalahannya dan SLB B sebagai tempat praktek
pembelajaran pembentukan konsonan.
- Variabel
Variabel
yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan keterampilan mahasiswa
dalam melakukan praktek pembentukan/perbaikan konsonan S pada anak tunarungu di
SLB-B. Di samping variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu
: 1) input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa,
prosedur evaluasi dsb. 2) proses KMB: Interaksi belajar, gaya guru mengajar,
implementasi berbagai metode perbaikan konsonan S dsb. 3)Out put : Hasil
belajar siswa beruapa ucapan konsonan S pada waktu berbicara, motivasi siswa,
dsb.
- Rencana Tindakan
- Perencanaan
Untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan secara teoritik
perlu di tingkatkan dengan kegiatan dilaboratorium. Kegiatan latihan ini untuk
pembetulan konsonan S dengan simulasi sesame mahasiswa dengan berbagai teknik
perbaikan guan memperoleh keterampilan nyata yang sesungguhnya. Pada simulasi
ini dikaji mulai dari mengetahui jenis kesulitan ynag dialami siswa pada
konsonan S, termasuk sarana yang akan digunakan. Kegiatan simulasi jika
dipandang cukup maka kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penanganan pada
siswa tuanarungu secara langsung di lapangan (SLB-B) dan dilakukan perekaman.
- Implementasi Tindakan
Rencana yang
telah disusun dicobakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat yaitu proses
perbaikan konsonan S pada anak Tunarungu.
- Observasi dan Implementasi
Observasi
ini dilakaukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat
dengan baik tidak ada penyimpangan – penyimpangan yang dapat memberikan hasil
yang kurang maksimal dalam perbaikan konsonan S pada anak tunarungu. Observasi
dilakukan oleh teman sejawat dalam satu tim dan juga dilakukan perekaman lewat
video record.
- Analisis dan Refleksi
Hasil
kegiatan pembentukan konsonan S yang telah direkam, diputar kembali untuk
dianalisis untuk mengetahui kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh
praktikan dan kemudian didiskusikan dengan dosen dan sesame mahasiswa untuk
mencari penyelesaiannya yang efektif pada kegiatan pembentukan bicara
berikutnya pada tahap berikutnya.
- Pengumpulan Data
Data
dikumpulkan melalui observasi baik secra manual maupun melalui perekaman video,
khususnya untuk data langsung prosedur/proses. Data ini digunakan untuk melihat
proses/prosedur pelaksanaan perbaikan konsonan S dan akan digunakan sebagai
dasar penilaian pada segi perencanaan kegiatan. Disamping itu data dikumpulkan
melalui tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengucapkan konsonan S. Data
ini diperlukan untuk menentukan keberhasilan perencanaan perbaikan konsonan S
yang telah dibuat.
- Indikator kinerja
Sebagai
tolak ukur keberhasilan bagi mahasiswa yaitu anak tunarungu dapat mengucapkan
konsonan S. Indikator ini merupakan tempat dari rencana yang telah dibuat dan
imlikasinya dalam rangka memperbaiki konsonan S pada anak Tunarungu.
- Personalia Penelitian
1. Ketua
peneliti :
a. Nama
Lengkap dan Gelar : Drs. Budi Susetyo,M.Pd
b. Golongan
/ pangkat / NIP : IVa/Pembina/131 662 488
c Jabatan
Fungsional : Lektor Kepala
d.
Fakultas/jurusan : FIP/Pendidikan Luar Biasa
e. Perguruan
Tinggi : UPI
f. Bidang
Keahlian : Pend. Aank Tunarungu/Penelitian dan
Evaluasi
g. Waktu
untuk penelitian ini : 15 Jam/minggu
h. Tugas :
1. Bertanggung
jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
2. Menyusun
perencanaan PBM berbasis multi media
3. Terlibat
dalam semua jenis kegiatan
4. Mentyusun
Laporan
2. Anggota
Peneliti 1 (teman sejawat)
a. Nama
lengkap dan gelar :
b.
Golongan/pangkat/NIP :
c. Jabatan
Fungsional :
d.
Fakultas/jurusan :
e. Perguruan
Tinggi :
f. Bidang
keahlian :
g. Waktu
untuk penelitian ini :
h. Tugas :
1.
Menganalisis konsep yang ada di GBPP
2. Menyusun
perencanaan PBM berbasis multi media
3. Menyusun
instrument
- Jadwal pelaksanaan
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan Ke
|
1
|
||
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|
2
|
Analisis
Pokok Bahasan dan Media
|
|
3
|
Pendesainan
media pembelajaran yang digunakan
|
|
4
|
Pelaksanaan
PBM dengan audio visual
|
|
5
|
Evaluasi
Hasil Belajar Siswa
|
|
6
|
Evaluasi
Proses Pembelajaran
|
|
7
|
Analisis
hasil evaluasi
|
|
8
|
Seminar
hasil penelitian
|
|
9
|
Penyusunan
Laporan
|
- Biaya yang diusulkan
Rekapitulasi biaya
No
|
Uraian
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
1
|
Honor
Pelaksana
|
Rp.
1.340.000
|
2
|
Bahan
habis pakai
|
Rp.
1.840.000
|
3
|
Peralatan
|
Rp. 2.800.000
|
4
|
Perjanjian
|
Rp.
800.000
|
5
|
Lain –
lain
|
Rp.
300.000
|
Jumlah Biaya
|
Rp.
7.080.000
|
Rincian Biaya yang diusulkan
- Honor Pelaksana
Pelaksana
|
jumlah
|
Jml
jam/mig
|
Jml mig/bl
|
Honor/jam
|
Jumlah
|
Ketua
|
1
|
15
|
32
|
Rp. 2000
|
Rp.
960.000
|
Anggota
|
1
|
10
|
32
|
Rp. 1500
|
Rp.
480.000
|
Jumlah
|
Rp.
1.340.000
|
- Bahan habis pakai
Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Jimlah
Biaya
|
Disket
|
1 boks
|
Rp. 50.000
|
Rp. 50.000
|
ATK
|
2 set
|
Rp.
150.000
|
Rp.
300.000
|
Kertas HVS
|
5 rim
|
Rp. 30.000
|
Rp.
150.000
|
Tinta
Printer
|
2 buah
|
Rp.
200.000
|
Rp.
400.000
|
Transfer
ke CD
|
10 buah
|
Rp. 30.000
|
Rp.
300.000
|
Pita Video
|
10 buah
|
Rp. 40.000
|
Rp.
400.000
|
CD
|
20 buah
|
Rp. 7000
|
Rp.
140.000
|
Akses
Internet
|
Rp.
100.000
|
||
Jumlah
|
Rp.
1.840.000
|
- Peralatan
Jenis
Peralatan
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Komputer
dan Printer
|
Sewa
|
Rp. 1.250.000
|
Proyektor
LCD
|
Sewa
|
Rp.
500.000
|
Handycam
|
Sewa
|
Rp.
750.000
|
VCD
|
Sewa
|
Rp.
300.000
|
Jumlah
|
Rp.
2.800.000
|
- Perjalanan
Perjalanan
|
Volume
|
Biaya
|
Jumlah
|
Lokal,
Ketua
|
1 x 32
|
Rp. 10.000
|
Rp.
400.000
|
Lokal
Anggota
|
1 x 32
|
Rp. 10.000
|
Rp.
400.000
|
Jumlah
|
Rp.
800.000
|
- Lain –lain
Uraian
|
Jumlah
|
Foto copy
|
Rp.
300.000
|
Jumlah
|
Rp.
300.000
|
DAFTAR PUSTAKA
Boothroyd,A.
(1982). Hearing Impairments inYong Children. Practice Hall Inc.
Engelewoods
Cliffs.N.Y.
Fram, M.
(1985). Auditory Training. Glendongnald School For Deaf Children.
Victoria.
Australia
Hagen, A.
Van. Vermeulen R. dan Jong, M.de. Zikelbach E. (1990). Latihan mendengar.
Jakarta
Vembrianto.
(1981). Pengajaran Modul. Paramita. Yogyakarta.
Vride
Varecmb. (1987). Perbaikan Bicara. BNIKS. Jakarta
Zamroni. (1988).
Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Jakarta
Kurikulum Vitae
1. Nama :
Drs. Budi Susetyo,M.pd.
2. NIP : 131
662 488
3.
Pangkat/Golonagan : Penata Tingkat I/IVa
4. Jabatan
Fungsional : Lektor Kepala
5. Fakultas
: Ilmu Pendidikan
6.
Pengalaman Penelitian :
- Keefektivan bentuk Tes IPS bagi
anak Tunarungu di Sekolah Dasar Luar Biasa
- Relevensi Kurikulum SDLB-C
tahun 1994 Mata Pelajaran Matematika dengan kemampuan Aanak Tunagrahita
Ringan di Jabar (1998)
- Validasi Tes EBTANAS IPS untuk
Sekolah Luar Biasa (2000)
- Kajian pengembangan kebijakan
penanganan Diskriminasi Sosial (2001)
- Kesiapan Otonomi daerah dalam
penyelenggaraan Pendidikan (2002)
7. Bidang
Keahlian : Pendidikan Anak Tunarungu (SI)
Bandung, 18
Maret
Drs. Budi
Susetyo,M.Pd.
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment