LAPORAN PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
DENGAN POLA
PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
MATA
PELAJARAN MATEMATIKA
JUDUL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT ( NUMBERED HEADS TOGETHER
)
UNTUK MENINGKATKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DI KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI 3
MANGGARMAS KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas dalam Menempuh
Mata Kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesi PDGK 4501
Program
Strata I FKIP Universitas Terbuka
Oleh :
Nama
: PARSIATI
NIM
: 818866771
Masa Ujuan : 2011. 1
Pokjar
: Kecamatan Godong
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SEMARANG
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi modern,
mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir
manusia. Perkembangan dibidang tekhnologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan
menciptakan tekhnologi di masa depan diperlukan matematika yang kuat
sejak dini.
Mata
pelajaran matematika perlu diberikan pada semua siswa melalui proses
pembelajaran mulai dari Sekolah Dasar, untuk membekali siswa dengan kamampuan
berfikir logis, kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Hal
tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, dan tidak pasti.
Dalam proses
pembelajaran, motivasi belajar merupakan unsur yang penting, ada tidaknya
motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat
secara aktif atau pasif dalam proses pembelajaran. Disamping itu di lingkungan
belajar, hubungan antara siswa dan guru turut mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran. Betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses pembelajaran di
kelas, karena guru merupakan motor penggerak yang akan menentukan berhasil
tidaknya seorang siswa.
Keberhasilan
siswa dapat ditentukan dari beberapa faktor antara lain faktor internal dan
eksternal. Faktor yang timbul dari dalam diri siswa, antara lain kemauan, rasa
takut, tingkat intelektual dan sebagainya. Sedang faktor eksternal dapat berupa
sikap guru, pendekatan pengajaran, metode, alat peraga, dan sumber-sumber lain.
Kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Demikian
yang peneliti alami di sekolah, meskipun berupaya sebaik-baiknya ternyata
hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari hasil
evaluasi tes formatif pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar
membandingkan dan mengurutkan pecahan dikelas IV semester II pada SD Negeri 3
Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. Dari hasil tes formatif yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) hanya 12 dari 29 siswa atau 41.38
%. Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tersebut,
peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas
( PTK ).
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil tes formatif pelajaran matematika dengan materi pokok membandingkan
dan mengurutkan pecahan siswa kelas IV Semester II di SD Negeri 3 Manggarmas
diketahui hanya 12 siswa atau 41.38 % yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
( KKM ).
Peneliti
bersama teman sejawat mendiskusikan hal-hal yang menyebabkan ketidak berhasilan
pembelajaran. Beberapa masalah tersebut adalah :
a. Perhatian siswa terhadap pelajaran kurang.
b.Motivasi belajar siswa kurang.
c. Pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan kurang.
d. Siswa
terlalu pasif dalam proses pembelajaran.
e. Siswa tidak fokus dalam pembelajaran.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan
beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, dan
berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat maka terungkap beberapa
kekurangan yang yang menyebabkan rendahnya penguasaan siswa terhadap pokok
bahasan membandingkan dan mengurutkan pecahan, siswa di kelas IV semester
II SD Negeri 3 Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan tahun
pelajaran 2010 / 2011 adalah :
a. Guru kurang
memotivasi siswa sehingga minat belajar siswa kurang.
b. Penjelasan
guru tergesa-gesa.
c. Guru tidak
memperhatikan kemampuan siswa.
d. Dalam
mengelola kelas monoton.
e. Metode yang
digunakan belum sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT ( Numbered Heads Together ) pada mata
pelajaran matematika tentang membandingkan dan mengurutkan pecahan siswa kelas
IV semester II SD Negeri 3 Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan
tahun pelajaran 2010 / 2011.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas tujuan penelitian dalam proses perbaikan pembelajaran
tersebut adalah :
1. Mendiskripsikan
proses pembelajaran matematika tentang membandingkan dan mengurutkan pecahan
melalui model pembelajaran NHT ( Numbered
Heads Together ).
2. Mendiskripsikan
cara mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika melalui model
pembelajaran NHT ( Numbered Heads
Together ).
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Siswa
- Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
- Meningkatkan hasil belajar siswa.
- Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
2.
Bagi Guru
- Memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
- Membantu guru berkembang secara professional.
- Memperluas pengalaman mengajar di kelas dalam rangka perencanaan
pembelajaran yang efektif.
- Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan meningkatkan
proses pembelajaran di kelas.
3.
Bagi Sekolah
- Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang
dihadapi di sekolah.
- Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
Kajian
pustaka yang akan peneliti sajikan merupakan landasan dalam merencanakan dan
melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran serta menjadi rujukan dalam
membahas hasil penelitian ini. Kajian pustaka menguraikan tentang teori atau
konsep yang sudah disinggung dalam latar belakang dan akan memperkuat teori
yang sudah diungkap.
A. Landasan
Teori
a. Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Dalam
keseluruhan proses pendidikan kegiatan belajar merupakan kegiatan inti.
Pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan
belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
memperoleh perubahan tingkah laku.
Setiap
proses belajar mengajar yang berlangsung secara harmonis menurut guru untuk
mempersiapkan diri sebelum mengajar yaitu dengan membuat rencana pembelajaran
sebaik mungkin agar kegiatan KBM dapat berlangsung efektif, efisien dan
bermanfaat bagi peseta didik.
Pembelajaran
matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya perbedaan
karakteristik khususnya antara hakekat anak dan hakekat matematika. Anak usia
SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya dikarenakan tahap
berfikir mereka belum formal, tetapi para siswa SD di kelas rendah bukan tidak
mungkin sebagian dari mereka berada pada tahapan pra konkret, sementara itu matematika
adalah ilmu abstrak yang dikemukakan oleh Karso dkk, 1998 bahwa : Matematika
adalah ilmu dekduktif,aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak bahasa simbol yang
padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan
sebuah sistem matematika (Karso dkk, 1998 : 1-4).
Mengingat
adanya perbedaan karakteristik itulah maka diperlukan adanya kemampuan khusus
dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berfikir
secara dekduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat dekduktif.
Menurut ET Ruseffendi,
1989 dalam Buku Sujarwo (2004: 12) Matematika adalah pelajaran yang tesusun
secara berurutan yang berjenjang dari mudah ke rumit oleh karena itu
pembelajaran matematika diberikan secara bertahap untuk mendapatkan pengertian,
hubungan-hubungan, simbol-simbol dan menerapkan dalam konsep baru.
Berdasarkan
uraian di atas matematika adalah ilmu abstrak yang tersusun secara berurutan
dari mudah ke rumit. Maka dari itu matematika harus dipelajari sejak dini di
mulai dari hal yang mudah.
b.Hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Gagne
dalam kutipan Martinis Yamin belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dimana
setelah belajar tidak hanya memilki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai
akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan
pemikiranya karena belajar proses kognitif, Martinis Yamin(2007:106). Selain
itu belajar Menurut Watsot dalam kutipan Asri Budiningsih adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon , namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur (Asri
Budiningsih 2005:22). Sedangkan menurut ( Nana Sudjana 2008:28) definisi
belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami
sesuatu.
Dari beberapa definisi belajar di
atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan interaksi antar
individu untuk memperoleh perubahan kemampuan, perubahan tingkah laku yang
didapat dari pengalaman dan akan bertahan lama.
Ciri- ciri belajar adalah :
a.
Perubahan
perilaku relatif permanent.
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk
waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah ubah. Tetapi perubahan tersebut
tidak akan terpancang seumur hidup.
b.
Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah
laku. Drs. H. Baharudin, M. Pd. I dan Esa Nur Wahyuni, M. Pd. Dalam bukunya
Teori Belajar dan Pembelajaran, 2008 :
13-17.
Maka sebagai guru di SD agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik, perlu memahami faktor yang mempengaruhi merosotnya hasil belajar siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dari
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Menurut Oemar Hamalik hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi tingkah laku pada
orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu antara lain :
1)
Ranah
Kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam ( 6 ) aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2) Ranah
fektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah efektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah
psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda.
Diambil
dalam (http:
//indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html)
Berdasarkan
pengertian diatas, maka hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan siswa dengan menggunakan bantuan pengajaran
antara siswa dengan guru maupun siswa tanpa guru.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam
individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini
lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor
yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu
: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari
luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar
perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan
berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan
sikap.
3. Hasil belajar yang diperoleh
siswa adalah sebagai akibat dari proses
Belajar yang dilakukan oleh siswa, harus
semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang
dicapai siswa, diambil dalam Nana Sudjana dalam http :// techonly13
wordpress. com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar.
c. Model pembelajaran Numbered Head Together
1. Pengertian
Numbered Head Together ( NHT) atau
penomoran berpikir bersama menurut Herdian (2009) mengatakan bahwa model
pembelajaran tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik.
Sri Rahayu (2009) berpendapat bahwa Numbered head together adalah suatu
Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas.
2. Langkah-langkah Numbered Head
Together
Menurut
Trianto dalam Tarjo, 2009 : 16 langkah-langkah Numbered Head Together adalah :
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam Numbered Head Together, dalam tahap ini
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga
sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
b. Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan
pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan
dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari,
dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga
bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
c. Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban
dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota
mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru
menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor
sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian
guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama
menanggapi jawaban tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dijelaskan secara sederhana langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam model pembelajaran Numbered
Head Together adalah :
1.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan
masing-masing dalam setiap kelompok mendapatkan nomor urut.
2.
Guru memberi tugas tugas masing-masing kelompok
untuk mengerjakan suatu permasalahan dalam suasana permainan (
games ) yang menyenangkan.
3.
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling
benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4.
Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang
bernomor tersebut melaporkan hasil kerja kelompoknya,
5.
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk
nomor yang lain.
6. Membuat kesimpulan.
3. Keunggulan Numbered Head Together
( NHT )
a.
Mengembangkan rasa tanggung jawab.
b.
Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam
kelompok.
c.
Membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan
tugasnya.
d.
Siswa dapat bertanya kepada kelompok lain.
e.
Membuat siswa lebih berani mengemukakan pendapat
dan bertan kepada kelompok lain.
4. Kelemahan Numbered Head Together (
NHT )
a.
Bagi siswa yang kurang pandai akan berpikir
pasif
b.
Tugas kelompok akan dikerjakan oleh orang
tertentu atau siswa yang rajin dan pintar
c.
Sulit memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu.
B.
Kerangka
Berfikir
Berdasarkan kajian teori tersebut di atas dapat diambil pokok pikiran bahwa
hasil belajar matematika di SD dapat meningkat apabila siswa belajar sambil
bermain, dibentuk secara berkelompok, bekerja bersama dan dapat mencetuskan
ide-ide yang siswa miliki. Dengan ini model pembelajaran Numbered Head Together ( NHT ) dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
Di bawah ini adalah skema kerangka berfikir
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka
hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan menerapkan model
pebelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered
Heads Together ) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika
pada siswa kelas IV SDN 3 Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan
Tahun Pelajaran 2010/2011.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subyek
Penelitian
1. Lokasi dan Waktu
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 3 Manggarmas, Kecamatan
Godong, Kabupaten Grobogan.
Dilaksanakan
dua tahap yaitu :
a. Siklus I
hari Rabu, tanggal 23 Februari 2011
b. Siklus II
hari Rabu, tanggal 2 Maret 2011
2. Mata
Pelajaran dan Kelas
Perbaikan
pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi
Dasar Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan pada siswa kelas IV semester II SD
Negeri 3 Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.
3. Karakteristik Siswa
Dari
pengamatan yang peneliti lakukan dapat diperoleh data tentang karakteristik
siswa sebagai berikut :
a. Minat
belajar siswa yang kurang.
b. Perhatian
orang tua terhadap belajar siswa yang sangat minim, terbukti banyak siswa yang
sering tidak mengerjakan PR.
c. Waktu
belajar di rumah kurang disebabkan banyaknya kegiatan keagamaan di lingkungan
rumah contoh mengaji serta sekolah Madrasah pada sore hari.
d. Kurangnya
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan formal.
B. Deskripsi Per Siklus
Untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan
perbaikan pembelajaran melalui pola Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK
). Dalam penelitian ini terdapat dua siklus yang masing-masing siklus terdiri
dari beberapa tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1.
Siklus I
a. Perencanaan
- Identifikasi
masalah dan perumusan masalah.
- Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran.
- Menyusun lembar
kerja siswa, lembar observasi, serta menyusun alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
- Guru memberi
salam serta memberi motivasi kepada siswa
- Memberi
apersepsi dengan memberi pertanyaan yang mengacu pada materi yang akan
disampaikan.
- Guru memberi
contoh soal di papan tulis kemudian bersama siswa membahas cara
penyelesaiannya.
- Guru kembali
menulis beberapa soal di papan tulis kemudian menyuruh siswa untuk mengerjakan
kedepan.
- Setelah
semua soal selesai dikerjakan, guru memandu siswa membentuk kelompok.
- Setelah
kelompok terbentuk, guru memberi nomor kepala kepada setiap siswa dalam
kelompok dan memberi tugas sesuai masing-masing nomor siswa.
- Guru memandu
siswa dalam berdiskusi.
- Setelah
selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusi kemudian ditanggapi
oleh kelompok lain.
- Guru memberi
penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
- Guru memberi
penegasan serta pemantapan materi.
- Guru
mengulas kembali materi yang telah dibahas.
- Guru
mengadakan evaluasi.
c. Pengamatan
- Selama
proses pembelajaran berlangsung observer mengawasi jalannya pembelajaran dengan
cermat. Pada ahkir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru berupa masukan
bijak secara lisan serta tulisan.
- Dari hasil
pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan masi
kuang efektif.
2. Siswa belum focus terhadap
pelajaran.
3. Keaktivan siswa masih kurang
4. Kemampuan kerja sama siswa
dalam berdiskusi belum optimal.
d. Refleksi
- Dalam proses
pembelajaran masih banyak hambatan karena terbentur oleh siswa yang belum
menguasai perkalian.
- Hasil tes
formatif masih banyak siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (
KKM ) di bawah 60.
- Guru
memerlukan metode yang variatif.
- Siswa harus
dibimbing dalam hal berdiskusi.
2.
Siklus II
a. Perencanaan
- Identifikasi
masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada perbaikan pembelajaran
siklus I.
- Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran siklus II
- Menyusun
lembar kerja siswa, lembar observasi, serta menyusun alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
- Guru memberi
salam serta memberi motivasi kepada siswa
- Memberi
apersepsi dengan memberi pertanyaan tetang materi yang lalu.
- Guru memberi
contoh soal di papan tulis kemudian bersama siswa membahas cara
penyelesaiannya.
- Guru kembali
menulis beberapa soal di papan tulis kemudian menyuruh siswa untuk mengerjakan
kedepan.
- Setelah
semua soal selesai dikerjakan, guru memandu siswa membentuk kelompok.
- Setelah
kelompok terbentuk, guru memberi nomor kepala kepada setiap siswa dalam
kelompok dan memberi tugas sesuai masing-masing nomor siswa.
- Guru memandu
siswa dalam berdiskusi.
- Setelah
selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusi kemudian ditanggapi
oleh kelompok lain.
- Guru memberi
penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
- Guru memberi
penegasan serta pemantapan materi.
- Guru
mengulas kembali materi yang telah dibahas.
- Guru
mengadakan evaluasi.
c. Pengamatan
- Selama
proses pembelajaran berlangsung observer mengawasi jalannya pembelajaran dengan
cermat. Pada ahkir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru hasil
pengamatannya.
- Dari hasil
pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1. Metode yang
digunakan sudah efektif.
2. Siswa sudah
fokus terhadap pelajaran.
3. Keaktivan
siswa sudah baik
4. Kemampuan
kerja sama siswa dalam berdiskusi sudah optimal.
d. Refleksi
Setelah
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II banyak terjadi perubahan serta
terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran serta siswa lebih percaya diri, itu terbukti
siswa berani bertanya serta mempresentasikan hasil diskusi tanpa harus dipandu
guru.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh
teman sejawat, yang bertindak selaku pengamat atau observer. Pola yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ).
Mata pelajaran yang dijadikan objek perbaikan pembelajaran adalah Matematika
dengan kompetensi dasar Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan. Sedangkan
sebagai subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV Semester 2 Tahun Pelajaran
2010/2011. Proses pembelajarannya dilaksanakan sebanyak dua tahap
atau dua siklus, yaitu siklus l dan siklus ll.
A. Deskripsi per Siklus
1.
Siklus l
a. Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat berdiskusi mendindaklanjuti dari refleksi pra
siklus untuk menentukan langkah-langkah penyusunan RPP siklus I dengan
mengimplikasikan pembelajaran model NHT
(
Numbered Heads Together ). Langkah – langkah pembelajaran terlampir pada
laporan ini. Untuk melakukan pengamatan, peneliti juga membuat lembar observasi
agar teman sejawat sebagai pengamat mempunyai fokus pengamatan sehingga tidak
keluar dari tujuan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman sejawat maka pada tanggal 23
Februari 2011 perbaikan pembelajaran dilaksanakan. Langkah – langkah
pembelajaran terlaksana sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.
pada kegiatan awal guru telah mempersiapkan siswa 100% bisa mengikuti
pelajaran. Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar yang telah direncanakan. Kegiatan pembelajaran matematika
diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif, penilaian dan analisis nilai yang hasilnya
terlampir pada laporan ini.
Tabel 1
Data Rentang Nilai Sebelum Perbaikan
No.
|
Rentang Nilai
|
Jumlah Siswa
|
1
|
20-29
|
7
|
2
|
30-39
|
4
|
3
|
40-49
|
1
|
4
|
50-59
|
5
|
5
|
60-69
|
-
|
6
|
70-79
|
6
|
7
|
80-89
|
3
|
8
|
90-100
|
3
|
JUMLAH
|
29
|
Berdasarkan
tabel atas dari 29 siswa hanya 12 siswa yang tuntas ( 41,38 % ),
sedangkan 17 siswa belum tuntas belajar (58,62%). Nilai sebelum perbaikan
pembelajaran tergambar dengan grafik sebagai berikut :
Gambar I
Grafik Histogram Xa
Berdasarkan
grafik diatas, nilai sebelum perbaiakan pembelajaran hanya mempunyai ketuntasan
41,38 % . Grafik tertinggi perolehan nilai 50, sedangkan grafik terendah
perolehan nilai 90.
Setelah
diadakan perbaikan siklus I, maka data rentang nilai formatifnya sebagai
berikut :
Tabel 2
Data Rentang Nilai Siklus I
No.
|
Rentang Nilai
|
Jumlah Siswa
|
1
|
20-29
|
-
|
2
|
30-39
|
4
|
3
|
40-49
|
1
|
4
|
50-59
|
2
|
5
|
60-69
|
5
|
6
|
70-79
|
9
|
7
|
80-89
|
5
|
8
|
90-100
|
3
|
JUMLAH
|
29
|
Dari rentang
nilai pada tabel diatas terjadi peningkatan yaitu 41,38 % ketuntasan
sebelum siklus menjadi 75,68 % pada siklus I. Peneliti gambarkan pada Grafik
sebagai berikut :
Gambar 2
Grafik Histogram Xb
Berdasarkan
data-data di atas terlihat adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi
pecahan sebagai perbandingan pada pembelajaran Siklus I.
Peningkatan
dapat diuraikan sebagai berikut:
- Sebelum perbaikan pembelajaran
dari 29 siswa hanya 12 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 41,38 %,
sedangkan 17 siswa atau 58,62 % belum tuntas belajar.
- Pada perbaikan pembelajaran
siklus I, dari 29 siswa terdapat 22 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau
75,86 %, sedangkan 7 siswa atau 24,14 % belum tuntas belajar.
- Pemahaman siswa terhadap
materi pecahan sebagai perbandingan dari sebelum perbaikan dibanding setelah
perbaikan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan yang signifikan. Dari
41,38 % menjadi 75,86 % atau mengalami peningkatan 34,48 %.
Dari
observasi teman sejawat diperoleh data sebagai berikut:
- Kerja sama
dalam berdiskusi belum optimal
- Latihan
berulang-ulang (drill) perlu ditingkatkan.
c. Menentukan instrument
pengamatan
Ada dua
macam instrument pengamatan yang digunakan dalam pembelajaran siklus l, yaitu
lembar penilaian dan lembar observasi sistematis
1.
Lembar Penilaian
Lembar
penilaian digunakan peneliti untuk menulis hasil nilai siswa yang diperoleh
dalam kegiatan tes formatif
2.
Lembar Observasi Sistematis
Format observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati kinerja
peneliti adalah lembar observasi sistematis. Dalam format observasi dicantumkan
aspek-aspek yang menjadi fokus pengamatan, dimana aspek–aspek yang diobservasi
tersebut ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antara peneliti dengan teman
sejawat.
d. Refleksi
Setelah
proses pembelajaran siklus l berakhir dan data nilai tes akhir yang diperoleh
siswa dianalisis, ternyata menunjukan bahwa pembelajaran siklus l masih gagal,
oleh karena itu peneliti mencoba mengingat kembali kejadian– kejadian yang
muncul yang menyebabkan gagalnya pembelajaran siklus l. disamping itu peneliti
juga merenungkan dan sekaligus menetapkan langkag–langkah perbaikan yang akan
dilakukan dalam pembelajaran berikutnya.
Hasil
refleksi yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan kurang bervariatif
2. Siswa tidak focus pada pembelajan, sebagian siswa ada yang bercanda dengan
teman-temannya.
3. Dalam berdiskusi kelompok ada siswa yang hanya mengandalkan temannya saja.
Dari hasil
renungan tersebut, muncul gagasan peneliti untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran Matematika dengan materi membandingkan dan mengurutkan
pecahan.
Gagasan–gagasan
peneliti yang akan dilaksanakan pada pembelajaran siklus ll adalah sebagai
berikut :
1. Merancang
kembali pembelajaran dengan menetapkan penggunaan metode yang lebih variatif,
sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung monoton dan terkesan kaku.
2. Guru memberi
arahan kepada siswa agar dapat bekerjasama yang baik dalam berdiskusi.
3. Meningkatkan
pemberian motivasi pada siswa dengan cara memberikan penghargaan yang dapat
menimbulkan kebanyakan pada diri anak, baik secara verbal maupun non verbal.
4. Guru memberi
motivasi serta kesempatan bertanya kepada siswa
2. Siklus ll
a. Perencanaan
Peneliti dengan teman sejawat berdiskusi mendindaklanjuti dari refleksi
siklus I untuk menentukan langkah-langkah penyusunan RPP siklus II
dengan kembali mengimplikasikan pembelajaran model NHT (Numberd Heads
Together). Langkah – langkah pembelajaran terlampir pada laporan ini. Untuk
melakukan pengamatan, peneliti juga membuat lembar observasi agar teman sejawat
sebagai pengamat mempunyai fokus pengamatan sehingga tidak keluar dari tujuan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman sejawat maka pada
tanggal 2 Maret 2011 perbaikan pembelajaran dilaksanakan. Langkah–langkah
pembelajaran terlaksana sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.
pada kegiatan awal guru telah mempersiapkan siswa 100% bisa mengikuti
pelajaran. Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar yang telah direncanakan. Semua berjalan cukup lancar, tanya jawab,
diskusi kelompok meningkat. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pelaksanaan
tes formatif, penilaian dan analisis nilai yang hasilnya terlampir dalam
laporan ini.
Tabel 3
Data Rentang Nilai Siklus II
No.
|
Rentang Nilai
|
Jumlah Siswa
|
1
|
20-29
|
-
|
2
|
30-39
|
1
|
3
|
40-49
|
1
|
4
|
50-59
|
-
|
5
|
60-69
|
6
|
6
|
70-79
|
7
|
7
|
80-89
|
9
|
8
|
90-100
|
5
|
JUMLAH
|
29
|
Dari rentang nilai pada table diatas terjadi peningkatan yang signifikan
untuk perolehan nilai ketuntasan belajar pada siklus II yaitu 93,1 %, peneliti
gambarkan pada grafik histrogram XC sebagai berikut :
Gambar 3
Grafik
Histogram Xc
c.
Pengamatan
Instrument yang
digunakan dalam pembelajaran siklus II ada tiga macam yaitu :
1. Lembar Penilaian
Lembar penilaian digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data nilai tes formatif yang diperoleh siswa.
2. Lembar Observasi Sistematis
Format observasi yang digunakan teman sejawat
untuk mengamati kinerja peneliti adalah lembar observasi sistematis. Aspek –
aspek yang menjadi fokus pengamatan ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan
kesepakatan antara peneliti dengan teman sejawat.
3. Lembar pengamatan aktivitas
guru dan murid
d.
Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus II berakhir dan nilai tes akhir
dianalisis, peneliti mencoba mengingat kembali kejadian-kejadian yang muncul
selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil dari
refleksi yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tetap saja ada siswa yang
kurang aktif dalam pembelajaran dan ada siswa yang belum bisa mencapai ketuntasan
karena faktor kelemahan berfikir.
2. Siswa lebih antusias atau
termotivasi di dalam mersepon materi pelajaran yang disampaikan guru. Hal ini
terbukti dengan banyaknya siswa yang sudah berani mengajukan pertanyaan tentang
materi yang belum dipahami.
3. Peran serta dakam diskusi
sudah cukup baik, diskusi berjalan dengan lancar, dengan sistematis sesuai
denagn aturan yang telah ditentukan.
B. Pembahasan dari
setiap Siklus
Gagal dan tidaknya suatu pembelajaran diketahui dari sejauh mana kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Oleh karena itu, setiap
proses pembelajaran hendaknya diakhiri dengan penilaian akhir. Untuk mengetahui
adanya kemajuan belajar yang dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran
perlu diadakan tes formatif. Tes ini diberikan sesudah satu kegiatan atau unit
belajar deselesaikan yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang kekuatan dan kelemahan siswa dalam pelajaran.
1. Siklus I
Pada perbaikan siklus I terjadi penigkatan signifikan dengan hasil belajar
sebelum perbaikan. Dari rata-rata kelas 5,1 sebelum perbaikan menjadi 64,1 pada
perbaikan siklus I . Jumlah siswa yang tuntas 12 siswa sebelum perbaikan
menjadi 22 siswa pada perbaikan siklus I. setelah dipresentase 41,38 % sebelum
perbaikan menjadi 75,68 % pada siklus I. Dari hasil observasi juga diketahui
bahwa aktifitas guru dan siswa juga mengalami banyak sekali perubahan yang
menuju pada perbaikan.
2. Siklus II
Pada
perbaikan siklus II dengan hasil yang diperoleh dalam bentuk nilai formatif
bahwa pembelajaran mengalami peningkatan. Dari rata-rata kelas 64,1 menjadi
72,4 ini berarti pembelajaran siklus II mengalami peningkatan 8,3.
Prosentase ketuntasan mencapai 93,1 %. Pembelajaran siklus II diakhiri dengan
pembelajaran tuntas. Peneliti merasa telah berhasil mencapai nilai ketuntasan
pembelajaran.
Perbandingan prosentase ketuntasan antara pra siklus dengan perbaikan
siklus I dan perbaikan siklus II peneliti sajikan dalam table dan grafik
sebagai berikut :
Table 4
Rekapitulasi nilai tes formatif
No
|
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
Blm Tuntas
|
Tuntas
|
Blm Tuntas
|
Tuntas
|
Blm Tuntas
|
Tuntas
|
|
58,62 %
|
41,38 %
|
24,14 %
|
75,86 %
|
6,9 %
|
93,16 %
|
Gambar 4
Grafik
Histogram Xd
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Atas dasar
perubahan masalah dengan disertai penyajian langkah- langkah pembelajaran,
serta melakukan komparasi data nilai tes akhir pembelajaran Matematika dengan
materi pokok Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan, ternyata ada perbedaan yang
cukup signifikan antara pembelajaran siklus I dengan pembelajaran siklus II.
Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numberd
Heads Together ) maka aktivitas guru dan siswa lebih kondusif serta dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kompetensi
Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan siswa kelas IV semester II SD Negeri 3
Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2010/2011.
B.
Saran
Untuk meningkatkan
pemahaman siswa guru hendaknya selalu mengembangkan kreatifitas yang dimiliki
berkaitan dengan pemilihan metode dan alat peraga yang tepat. Sehingga
pembelajaran yang diadakan dapat menyenangkan, tidak menoton, dan tidak
membosankan bagi siswa.
Agar
penguasaan metode dan alat peraga lebih meningkat seyogyanya guru mengembangkan
wawasan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dewasa ini. Beberapa cara
yang efektif bagi guru untuk mengembangkan kreatifitas adalah melalui Kelompok
Kerja Guru ( KKG ), penataran, penguasaan tehnologi komputer, dan lain lain.
Dalam Kelompok Kerja Guru ( KKG ) hendaknya terjadi sharing, tukar pendapat,
berbagi pengalaman yang menyangkut kesulitan dan temuan baru dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin dan Esa Nur W, 2008.
Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media Group.
Karso, dkk, 1988, Pendidikan Matematika 1, Jakarta : Universitas Terbuka.
Karsidi, 2010. Perbaikan Pembelajaran melalui PTK Mata
peljaran Matematika dan PKn pada siswa kelas VI Semester 2 SDN 1 Manggarmas
Tahun 2009/2010. Semarang : Universitas Terbuka.
Sri Rahayu, 2009. Numbered Head Together. Srhttp://pelawi
selatan. blogspot. Com / 20009/ 03 / numbered-head together. html
Sudjana, Nana, 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung :
Sinar
Baru Algensindo.
Sudjana, Nana, 2009. Pengertian Hasil Belajar. http : //
techonly 13 wordpress.com.
Sujarwo, Baku. 2004. Korelasi antara Pemecahan Masalah Matematika dengan
Bahasa Indonesia. Semarang : IKIP PGRI.
Sukarmi, 2006. Korelasi Antara Pemecahan Masalah pada Soal
Cerita Matematika dengan Pemahaman Bahasa Indonesia. Surakarta : UNISRI
Tarjo, 2009. Perbaikan Pembelajaran melalui PTK Mata
Pelajaran Matematika dan IPS pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN 3 Manggarmas
Tahun pelajaran 2008 / 2009. Semarang : Universitas Terbuka.
Yamin, Martinis, 2007.
Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment