Syarat-Syarat Tes yang Baik

Bookmark and Share
Kembali mengangkat tulisan tentang tes, blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model Pembelajaran baru beberapa waktu lalu telah membahas tentang Jenis-Jenis dalam Dunia Pendidikan, kini mengangkat topik tentang Syarat-Syarat Tes yang Baik.

Syarat-Syarat Tes (Instrumen/Alat Ukur) yang Baik

Syarat-Syarat Tes yang Baik
Syarat-Syarat Tes yang Baik
Paling tidak ada 11 syarat tes yang baik yaitu: (1) validitas tes; (2) reliabelitas tes; (3) daya pembeda atau diferensiasi tes; (4) keseimbangan tes; (5) efisiensi atau daya guna tes; (6) obyektivitas tes; (7) kekhususan tes; (8) tingkat kesulitan tes; (9) tingkat kepercayaan tes; (10) keadilan tes; (11) alokasi waktu tes

Berikut kita paparkan satu persatu secara lebih mendetail.

1. Validitas Tes

Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana sebuah tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan benar sesuai kenyataan yang ada (sesungguhnya).

Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan (konstruksi); (c) validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi). Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi (konten/materi) tes dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.

b. Validitas Susunan (Konstruksi)

Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan (konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat penyusunan tes yang baik.

c. Validitas Bandingan

Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa saat pengukuran (assessmen) dilakukan.

d. Validitas Ramalan

Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan datang.

2. Reliabelitas Tes

Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes (alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu sendiri.

3. Daya Pembeda atau Diferensiasi Tes

Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang satu dengan yang lain.

4. Keseimbangan Tes

Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.

5. Efisiensi atau Daya Guna Tes

Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan pada mereka.

6. Obyektivitas Tes

Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.

7. Kekhususan Tes

Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.

8. Tingkat Kesulitan Tes

Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).

9. Tingkat Kepercayaan Tes

Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada tingkat kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat kepercayaan terhadap sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru siswa-siswa yang memiliki kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan sebaliknya siswa-siswa berkemampuan kurang bagus memperoleh nilai yang baik.

10. Keadilan Tes

Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang mengikutinya (mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh nilai yang baik. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka kuasai setelah mengikuti pembelajaran.

11. Alokasi Waktu Tes

Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi waktu yang wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih.

Demikian uraian mengenai Syarat-Syarat Tes yang Baik dari blog PTK dan Model Pembelajaran. Salam.

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment