PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
V SDN 001
KASIKAN TP. 2013/2014
M. KADAR
NIM. 820827933
Abstrak
Rendahnya
hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN 001 Kasikan Kecamatan Tapung Hulu
Kabupaten Kampar, yang disebabkan oleh kurangnya minat belajar siswa dan
penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat merupakan permasalahan yang
serius dan harus dicarikan solusinya. Oleh sebab itu untuk meningkatkan hasil
dan minat belajar siswa sekolah dasar negeri 001 Kasikan yang terdiri 18 siswa
laki-laki dan 22 siswa perempuan metode kooperatif tipe STAD merupakan metode
yang tepat untuk mengatasi permasahan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dilakukan sebanyak 2 siklus menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar yang mula-mula
siswa yang mencapai KKM hanya 31 siswa (77,5%) dengan rata-rata 70,12 kemudian
pada siklus 1 mengalami peningkatan hasil
belajar yakni siswa yang mencapai
KKM sebanyak 38 siswa (95%) dengan rata-rata 83,25 kemudian pada siklus 2
mengalami peningkatan lagi yakni siswa yang mencapai KKM sebanyak 40 siswa (100 %) dengan rata -rata 91,87. Tidak hanya
sebatas itu aktifitas siswa dan guru juga menunjukkan peningkatan. Dari hasil
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa menerapkan metode kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Kata kunci : Matematika,
metode kooperatif tipe STAD, hasil belajar.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar, sebab peningkatan mutu pendidikan adalah
bagian integral dari proses pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara terencana, terarah dan
intensif, sehingga mampu menyiapkan bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
dimana perubahan hidup manusia hanya dapat dipecahkan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebab kualitas suatu bangsa sangat
ditentukan oleh faktor pendidikan, peran pendidikan sangat penting untuk
menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, dan demokratis. Oleh karena itu
pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Pendidikan di sekolah dasar memikili makna yang
strategis, artinya pendidikan di sekolah dasar sangat menentukan karena sebagai
peletak dasar ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan penentu karakter
peserta didik serta mempersiapkan siswa untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Sekolah dasar di Indonesia
mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, berhitung, pengetahuan
dan keterampilan dasar lainnya. Selain itu pula di sekolah dasar banyak
diperkenalkan dengan benda-benda konkrit yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari yang terdesain dalam suatu mata pelajaran pendidikan matematika.
Mata
pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional
dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain.
Matematika juga merupakan ilmu dasar (basic
science), yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pada kenyataannya matematika merupakan mata pelajaran
yang kurang disukai oleh siswa sebab dimata mereka matematika merupakan mata pelajaran rumit sehingga minat mereka
terhadap pelajaran ini rendah sehingga penguasaan siswa terhadap mata pelajaran
matematika menjadi sangat kurang.
1.
Identifikasi
masalah
Sekolah merupakan salah satu sarana yang digunakan
untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal dan disekolah juga banyak
dikembangkan disiplin ilmu guna untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Salah satu indicator kerja/ mutu pembelajaran yang
berkualitas adalah ditandai dengan hasil belajar siswa yang tinggi dalam artian
secara umum siswa mencapai standar ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Pembelajaran
Matematika di SD Negeri 001 Kasikan Tahun
pelajaran 2013/2014 masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari
gejala yang terjadi dilapangan. Masih ditemukan berbagai masalah dalam
interaksi pembelajaran, disiplin belajar, minat belajar dan hasil
belajar yang masih kurang
memuaskan. Dalam kegiatan pembelajaran sering ditemukan siswa yang rebut pada saat proses pembelajaran berlangsung,
tidak mengerjakan tugas yang diberikan Guru, baik pada saat proses
kegiatanbelajar mengajar maupun tugas yang dikerjakan dirumah (PR), dan masih ada siswa yang mencontek pekerjaan
temannya serta siswa kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan gurunya yang mengakibatkan rendahnaya
tingkat pemahaman siswa
tentang materi pelajaran hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dibawah rata-rata target
ketercapaian. Masih ada sekitar 64 % siswa yang hasil belajarnya masih di
bawah KKM yang diterapkan yaitu 65. Adapun faktor penyebab
rendahnya hasil belajar antara lain penyampaian materi ajar yang kurang
menarik, metode yang digunakan kurang tepat, belum menggunakan media pembelajaran
atau alat peraga yang
sesuai. Hal ini dikarenakan guru belum tepat
dalam memilih dan menggunakan metode atau model pembelajaran. Guna untuk membuat siswa lebih
aktif dalam proses
pembelajaran, merasa tertarik dan mudah memahami
materi, penulis perlu melakukan penelitian yaitu melakukan tindakan perbaikan
dalam pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tentang mengidentifikasi sisfat-sifat bangun ruang.
Dengan tindakan tersebut diharapkan siswa akan lebih aktif, tertarik dan mudah
memahami pelajaran pada pokok bahasan (sifat-sifat bangun ruang).
Karena model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran bekerja bersama
untuk menyelesaikan suatu tujuan, atau pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain.
2.
Analisis
masalah
Rendahnya
hasil pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang pada siswa kelas V SDN 001 Kasikan disebabkan oleh penyampaian materi ajar yang
kurang menarik, metode pembelajaran yang kurang tepat dan belum menggunakan media dan alat
peraga.
3.
Alternatif
dan prioritas pemecahan masalah
Adapun alternatif dan
prioritas pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran matematika
siswa kelas V SDN 001
Kasikan,
pada pokok bahasan bangun ruang
adalah melakukan perbaikan pembelajaran yang sesuai, tepat, menarik yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa kelas V SDN 0001 Kasikan Kecamatan
Tapung Hulu tahun pelajaran 2013/2014.
C.
Tujuan
Penelitian Perbaikan Kegiatan Pembelajaran
Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan
penelitian perbaikan kegiatan pembelajaran ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 001 Kasikan Kecamatan Tapung Hulu pada
pokok bahasan sifat-sifat
bangun ruang tahun pelajaran 2013/2014
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Kegiatan Pembelajaran
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan membawa
banyak manfaat bagi semua pihak namun ada beberapa unsur yang diharapkan
merasakan manfaat penelitian ini secara langsung antara
lain :
1.
Bagi Siswa
a.
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b.
Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran
terutama pada materi sifat-sifat bangun ruang.
c.
Dapat meningkatkan interaksi
antara siswa.
d.
Dapat merubah cara belajar siswa yang semula pasif menjadi aktif dan kretif pada proses pembelajaran.
e.
Dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam mengembangkan daya pikir dan menumbuhkan hasil belajar yang
maksimal.
2.
Bagi Guru
a.
Dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran.
b.
Dapat meningkatkan kinerja guru agar lebih
profesional.
c.
Dapat meningkatkan inofasi dan kreatifitas
guru serta kecakapan dalam memilih alat peraga.
d.
Dapat melatih kemampuan dan keterapilan guru dalam melakukan suatu
penelitian.
e.
Dapat mempermudah guru dalam menentukan solusi dari kelemahan yang
dihadapi siswa.
f.
Meningkatkan rasa percaya diri guru.
3.
Bagi Sekolah
a.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya matematika di
SDN 001
Kasikan
tahun pelajaran 2013/2014.
b.
Memberikan sumbangan positif
terhadap kemajuan sekolah.
c.
Melahirkan anak didik atau siswa
yang unggul dan mampu
bersaing.
d.
Melahirkan iklim pembelajaran yang kondusif sihingga terbentuklah sebuah
sekolah yang bermutu.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
1.
Pengertian dan Karakteristik
PTK
Penelitian
Tindakan kelas (PTK) yang dikenal dengan nama Classroom Action Reserch merupakan
suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian
tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan lewin pada tahun 1946.
Prabowo
(2001) mendefinisikan makna dari penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang
dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk juga pendidikan) yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai
permasalahan dalam kelompok tersebut.
Sedangkan Karakteristik PTK meliputi: (1) dirancang
untuk mengatasi permasalahan nyata, (2) diterapkan secara kontektual, (3)
terarah pada peningkatan kinerja guru di kelas, (4) bersifat fleksibel, (5)
data diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku dan refleksi, (6)
bersifat situasional dan spesifik (Natawidjaya 1997).
2.
Prosedur PTK
Penelitian
Tindakan Kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc Taggar, 1992) yaitu Planning
(rencana), Action (tindakan), Obsevation (pengamatan), dan Reflection (refleksi).
Sedangkan menurut Raka
Joni dan kawan-kawan (1998), terdapat 5 (lima) tahapan dalam pelaksanaan PTK.
Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah :
-
Pengembangan fokus masalah
pcnelltian
-
Perencanaan Tindakan Perbaikan
-
Pelaksanaan tindakan perbaikan.
Observasi dan Interpretasi
-
Analisis dan refleksi
B.
Karakteristik Peserta Didik Usia SD
Seorang
ahli biologi Jean Piaget berpendapat bahwa kognitif anak berkembang dalam empat
tahap. Setiap tahapan ditandai dengan tingkah
laku tertentu serta jalan pikiran dan pemecahan masalah tertentu pula. Adapun pembagian tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Tahap pertama disebut sebagai
sensory-motor, (lahir-2
tahun)
2.
Tahap kedua adalah tahap praoperasional (2-7 tahun)
3.
Tahap konkret operasional (7-11 tahun).
4.
Tahapan terakhir adalah tahapan
formal operasional (12 tahun
keatas).
C.
Hakikat Belajar
1.
Pengerian Belajar
Menurut teori lama yang
dimaksud dengan belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Sedangkan
pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggab bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku (a change in
behavior). Ernest R. Hilgard (1948) menyatakan bahwa learning is the process by which an activity originates or is change
through training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environment) as distinguished from change by factor not atrisutabel to training. Jadi belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu
disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan
terjadinya interaksi edukatif.
Definisi belajar menurut Muhinbisah
(2003: 89) adalah semata –mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Menurut Sudjana (2004)
bahwa hasil belajar adalah sesuatu kemampuan yang dicapai siswa setelah melalui
kegiatan belajar.
Menurut
WJS. Purwerwadarmita
(dalam Herlina) dalam kamus bahasa indonesia (2005:15) belajar adalah berusaha
(berlatih) supaya mendapat sesuatu kepandaian.
2.
Hasil Belajar
Dimyati
dan Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar. .
Mulyasa (2008)
hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi
indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar
dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman
langsung.
Suprijono (2009)
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Winkel (dikutip oleh
Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sudjana (2010)
menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar.
Dari defenisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dari sebuah proses usaha perubahan tingkah laku melalui
latihan dan perubahan itu disebatkan karena ada dukungan dari lingkungan yang
positif yang
menyebabkan terjadinya interaksi edukatif sehingga terbentuknya tingkah laku dan kepandaian
yang baru.
3.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima
pengalaman pembelajaran.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara
lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal :
a.
Faktor
Internal
- Faktor
Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi
pelajaran.
- Faktor
Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian,
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
b.
Faktor
Eksternal
- Faktor
Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan
yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat
berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan
ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
- Faktor
Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa
kurikulum, sarana dan guru.
D.
Hakikat Matematika
Perkataan matematika mempunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan erat dengan
sebuah kata lainnya yang serupa, yang mengandung arti belajar (berpikir),
kutipan dari Suherman, (2003:15).
Menurut Hudoyo ( Ilhamuddin, 2007:6 ) memberikan batasan
tentang pengertian matematika sebagai berikut:
Matematika adalah ilmu mengenai simbol-simbol dan
hubungannya. Dan simbol-simbol penting untuk memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan, simbolisasi
menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membuat konsep
baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya
sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Jadi kita
harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut dengan kata lain ide
harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan.
Pendapat
lain mengatakan hasil belajar matematika siswa merupakan apa
yang diperoleh siswa dari proses belajar metematika (B. Uno, 2008).
E.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Nurhadi, dkk (2004) terdapat berbagai strategi pembelajaran yang berasosiasi
dengan pendekatan kontekstual, salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah
pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) merupakan model pembelajara dimana anak
didik belajar dalam kelompok -kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda.
Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu
untuk memahami materi yang dipelajari. Belajar belum selesai kalau dalam
kelompok belum menguasai materi yang sedang dipelajari, atau dengan kata lain
belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga
siswa bekerjasama untuk memaksialkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga
anggota yang lain.
Pembelajaran
kooperatif sangat penting untuk meningkatkan interaksi antar siswa dalam
belajar. Telah diketahui bahwa para siswa memiliki derajat potensi, latar
belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Perbedaan itulah
yang menyebabkan siswa bisa saling mencerdaskan. Hal ini berarti sumber bagi
siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
F.
Tipe STAD
Diantara
metode pembelajaran kooperatif
yang ada metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Dalam STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat
sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin,
suku, memilki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek,
Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1.
Subjek
Adapun yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 001 Kasikan Kecamatan Tapung Hulu
Kabupaten Kampar yang aktif dan terdaftar pada tahun pelajaran 2013/2014 yang
berjumlah 40 orang, 18 orang laki-laki dan 22 orang perempuan, dengan sasaran
adalah peningkatan hasil belajar matematika dengan menerapkan model
pembelajaraan kooperatif tipe STAD pada materi bangun ruang.
2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitaian
adalah SDN 001 Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar dengan waktu
sebagai berikut:
Tabel 3.1 jadwal pelaksanaan
perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika
No
|
Hari/ Tanggal
|
Waktu
|
Kelas
|
Mata Pelajaran
|
Ket
|
1.
|
Selasa/
8 April 2014
|
09.45-10.55
|
V
|
MTK
|
Prasiklus
|
2.
|
Senin/
14 April 2014
|
09.45-10.55
|
V
|
MTK
|
Siklus 1 Pertemuan 1
|
3.
|
Selasa/
15 April 2014
|
07.30-08.40
|
V
|
MTK
|
Siklus 1 Pertemuan 2
|
4.
|
Senin/
21 April 2014
|
09.45-10.55
|
V
|
MTK
|
Siklus 2 Pertemuan 1
|
5.
|
Selasa/
22 April 2014
|
07.30-08.40
|
V
|
MTK
|
Siklus 2 Pertemuan 2
|
3.
Pihak Yang Membantu
Adapun
pihak yang
membantu dalam
perbaikan pembelajaran dibimbing
oleh Suwarna.
M.
Pd selaku supervisor 1. Andi Usman. S.Pd. SD selaku supervisor 2 sekaligus penilai 2.
Kemudian
Syamsinar, S.Pd selaku Penilai 1
B.
Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian yang penulis lakukan dinamakan
penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research) yang
dilaksanakan selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan
indikator yang ingin dicapai pada setiap faktor yang diselidiki. Untuk
mendapatkan pemahaman awal siswa tentang konsep bangun ruang maka dilakukan tes awal yang hasilnya akan
dijadikan tolak ukur dalam menetapkan tindakan, secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1.
Perencanaan (planning), pada tahap kegiatan ini meliputi:
a.
Membuat perangkat pembelajaran (RPP
dan LKS),
b.
Membuat instrumen penelitian yang
meliputi alat evaluasi berupa tes dan lembar observasi.
2.
Pelaksanaan tindakan (action),
adapun kegiatan
yang
dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan proses pembelajaran di
kelas V sekolah
dasar negeri 001 Kasikan pada mata pelajaran Matematika melalui
model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan sebanyak dua
siklus.
3.
Observasi (observation), kegiatannya
ini adalah
melaksankan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat. Proses obsservasi dilakukan sejak awal hingga
akhir penelitian.
4.
Evaluasi (evaluation), dilakukan
pada setiap akhir siklus. Evaluasi
bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar matematika siswa dapat meningkat
atau tidak dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
5. Refleksi (reflection),
pada tahap ini akan dilihat apakah telah memenuhi target yang ditetapkan pada
indikator kinerja. Jika belum, maka penelitian akan dilanjutkan
pada siklus selanjutnya. Kelemahan atau
kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.
C.
Deskripsi Persiklus
Siklus
I
1.
Perencanaan (planning)
Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan adalah:
a.
Membuat rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran (RPP)
b.
Penyiapan bahan ajar, sumber dan bahan untuk belajar kooperatif.
c.
Menyiapkan buku paket matematika
kelas V semester 2
tentang sifat-sifat
bangun datardan bangun ruang untuk pegangan guru dan siswa
sebagai sumber dan materi ajar.
d.
Membuat tes atau untuk mengetahui
sejauh mana daya serap siswa pada materi itu.
e.
Menyiapkan lembar observasi guru
f.
Menyiapkan lembar observasi siswa
g.
Menyiapkan lembar APKG
2.
Pelaksanaan (action)
Langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada
tahapan ini adalah:
a.
Kegiatan awal (10 menit)
1.)
Salam, doa, membaca ayat pendek dan
mengabsen siswa
2.)
Mengkondisikan kelas dan siswa
3.)
Memberikan apersepsi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa
tentang materi fifat-sifat bangun datar dan
bangun ruang
4.)
Memberikan motivasi siswa dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan
sehari-hari
5.)
Menyampaikan tujuan pembelajaran
b.
Kegiatan inti (50 menit)
1.)
Guru menginformasikan secara
singkat tentang materi dan kegiatan yang akan dilakukan
2.)
Siswa memperhatikan dan merespon
penjelasan guru.
3.)
Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok.
4.)
Setiap kelompok diberi LKS.
5.)
Masing-masing kelompok diminta untuk
mendiskusikan dan menjawab soal LKS.
6.)
Masing-masing kelompok mengutus
perwakilannya untuk menyampaikan hasil kerja kelompok yang telah didiskusikan
ke depan kelas.
7.)
Kelompok lain diberi kesempatan
untuk menanggapi.
8.)
Guru membenahi jawaban siswa atau
memberi penguatan.
9.)
Guru melakukan tanya jawab atas
materi yang kurang
dipahami oleh siswa.
c.
Kegiatan akhir (10 menit)
1.)
Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2.)
Siswa secara individu mengerjakan
lembar soal atau post test yang telah di siapkan oleh guru secara
tertulis.
3.)
Memberikan pekerjaan rumah (RP)
4.)
Guru memberikan informasi pelajaran yang akan datang
5.)
Guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama siswa
Siklus
II
1.
Perencanaan (planning)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah:
a.
Membuat rencana pelaksanaan
perbaikan pembelajaran (RPP)
b.
Penyiapan bahan ajar, sumber
dan bahan untuk belajar kooperatif.
c.
Menyiapkan buku paket matematika
kelas V semester 2
yaitu tentang jaring-jaring bangun datar
dan bangun ruang
sederhana untuk pegangan guru dan siswa sebagai
sumber dan materi ajar.
d.
Membuat tes untuk mengetahui sejauh mana daya serap siswa
pada materi itu.
e.
Menyiapkan lembar observasi guru
f.
Menyiapkan lembar observasi siswa
g.
Menyiapkan lembar APKG
2.
Pelaksanaan (action)
Langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada
tahapan ini adalah:
a)
Kegiatan awal (10 menit)
1)
Salam, doa membaca ayat pendek dan
mengabsen siswa
2)
Mengkondisikan kelas dan siswa
3)
Memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa
tentang materi sifat-sifat bangun datar bdan
bangun ruang
sederhana.
4)
Memberikan motivasi siswa dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
5)
Menyampaikan tujuan pembelajaran
b)
Kegiatan inti (50 menit)
1)
Guru menginformasikan secara
singkat tentang materi dan kegiatan yang akan dilakukan.
2)
Siswa memperhatikan dan merespon
penjelasan guru.
3)
Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok.
4)
Setiap kelompok diberi LKS.
5)
Masing-masing kelompok diminta untuk
mendiskusikan dan menjawab soal LKS.
6)
Masing-masing kelompok mengutus
perwakilannya untuk menyampaikan hasil kerja kelompok yang telah didiskusikan
ke depan kelas.
7)
Kelompok lain diberi kesempatan
untuk menanggapi.
8)
Guru membenahi jawaban siswa atau
memberi penguatan.
9)
Guru melakukan tanya jawab atas
materi yang belum diketahui atau di kuasai siswa.
c)
Kegiatan akhir (10 menit)
1)
Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2)
Siswa secara individu mengerjakan
lembar soal atau post test secara tertulis.
3)
Memberikan pekerjaan rumah (RP)
4)
Guru memberikan informasi pelajaran yang akan datang
5)
Pengamatan atau teknik
pengumpulan data
Pengamatan ini dilakukan untuk menilai
aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses perbaikan berlangsung. teknik pengumpulan data yaitu
dengan pengukuran kemampuan siswa melalui ulangan harian 1 (UH 1) dan 2 (UH 2). instrumen yang digunakan adalah
soal ulangan harian 1 dan soal ulangan harian 2 serta lembar observasi siswa
dan lembar observasi guru.
Refleksi
Setelah perbaikan pembelajaran pada
siklus 1 selesai, peneliti dibimbing oleh supervisor 2 untuk melakukan refleksi
terhadap hasil pembelajaran siklus 1 untuk menemukan kelemahan dan kelebihan
dalam menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas V, yang akan dijadikan acuan perbaikan pada siklus berikutnya.
D.
Teknik
Analisis Data
Untuk
mengetahui berhasil
atau tidaknya suatu model pembelajaran perlu diadakan
analisis data, adapun teknis analisis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif yaitu suatu model penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh, adapun hasil yang diperoleh
diolah dengan menggunakan rumus.
a.
Daya serap
Daya serap =
Daya
serap siswa dianalisis dengan menggunakan kategori sebagai berikut:
% Interval
|
Kategori
|
85-100
|
Baik
sekali
|
75-84
|
Baik
|
65-74
|
Cukup
|
55-64
|
Kurang
|
<
54
|
Kurang
sekali
|
b.
Ketuntasan Individu
Dalam
penelitian ini KKM yang digunakan adalah 65 dan dihitung dengan menggunakan
rumus:
Ketuntasan =
c.
Aktivitas siswa
Sedangkan
rumus yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa digunakan rumus:
Aktivitas siswa =
Aktifitas guru
selama perbaikan dinyatakan berhasil apabila rata-rata persentase skor yang
diperoleh mencapai 95 %. Sedangkan untuk keberhasilan
aktifitas siswa dengan rata-rata persentase skor yang diperoleh mencapai 85 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus
1
1.
Perencanaan
Kegiatan Perencanaan
dilakukan sebelum melaksanakan tindakan perbaikan. Adapun yang direncanakan dalam tahap perbaikan
pada siklus I
adalah menetapkan prioritas masalah yang
akan diteliti, kemudian
menetapkan tindakan alternatif pemecahan masalah, menentukan tugas supervisor 2
selama proses perbaikan pembelajaran, menyusun RPP perbaikan, menyusun kisi-kisi UH 1 dan menyiapkan instrumen yang dibutuhkan
serta
menentukan teknik menganalisa data yang akan diperoleh.
2.
Pelaksanaan
a.
Pertemuan 1 hari senin tanggal 14 April 2014
Pelaksanaan dikelompokkan menjadi tiga tahap adapun
tahapan yang akan dilalui pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut:
o Kegiatan
awal, guru
memulai kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menyuruh siswa mengucapkan
salam, berdoa
bersama yang
dilanjutkan dengan pembacaan ayat pendek bagi siswa yang beragama Islam
selanjutnya guru
mengabsen siswa. pada
pertemuan pertama jumlah siswa yang hadir 40 orang dengan persentase 100%. Selanjutnya guru melakukan tanya
jawab sebagai bentuk apersepsi dan terdapat 5 orang anak yang tidak semangat. Kemudian guru memberikan
motivasi agar siswa semangat untuk
mengikuti pelajaran dan seterusnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. hal ini perlu dilakukan agar
siswa dapat mengetahui apa maafaat dari pelajaran tersebut sehingga timbul
keinginan yang kuat dan tinggi untuk mempelajari materi tersebut.
o Kegiatan
inti, guru
menyampaikan
gambaran
kegiatan yang akan dilakukan kepada siswa dan tentang materi yang akan
dipelajari. kemudian
guru mengelompokkan siswa menjadi delapan kelompok yang mana setiap kelompok terdiri dari 5 anggota. Kemudian guru memberikan tugas kepada kelompok tersebut berupa LKS serta menyuruh masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan LKS
tersebut. selanjutnya guru meminta masing-masing utusan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Selanjutnya guru
memberikan kesempatan bagi kelompok lain untuk menanggapinya dan guru membenarkan atau memberi
penguatan atas jawaban atau tanggapan yang diberikan siswa setelah perwakilan
masing-masing
kelompok menyampaikan hasil presentasinya. kemudian guru melakukan tanya jawab
sekilas kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami.
o Kegiatan
penutup, guru bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan materi
pelajaran yang telah dipelajari hari itu. kemudian untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang
telah dipelajari guru mengadakan evaluasi dengan cara
memberikan lembar tugas siswa (post test) yang dikerjakan secara individu. selanjutnya guru
memberikan tugas rumah (PR). Kemudian guru memberikan gambaran tentang materi
pembelajaran pada pertemuan yang akan datang yang dilanjutkan dengan berdoa
bersama untuk menutup kegiatan belajar.
b.
Pertemuan kedua hari selasa tanggal 15 April 2014
o Kegiatan
awal, siswa
mengucapkan salam, berdoa
bersama dilanjutkan
dengan pembacaan ayat pendek bagi siswa yang beragama Islam
selanjutnya
guru mengabsen siswa. Siswa
yang menghadiri pertemuan kedua sebanyak 40 orang. guru melakukan apersepsi dengan
memberikan pertanyaan dan siswa antusias mengikutinya. kemudian guru memberikan motivasi
dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. selanjutnya guru menyampaikan
tujuan pembelajaran supaya siswa menilai bahwa pembelajaran
yang diikuti
terasa lebih
bermakna atau bermanfaat sehingga siswa merasa tidak sia-sia mempelajari materi tersebut.
o Kegiatan
inti, guru
memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan yang dilanjutkan dengan menyampaikan materi
yang akan dipelajari pada pertemuan kali itu. kemudian guru mengkondisikan
siswa menjadi delapan
kelompok belajar yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa. Selanjujtnya guru memberikan tugas
berupa LKS kepada masing-masing kelompok dan menyuruh siswa
mendiskusikannya serta
mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas. Setelah kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya kelompok lain diminta untuk menanggapinya dan guru membenarkan atau memberi
penguatan atas jawaban atau tanggapan yang diberikan siswa setelah perwakilan
masing-masing
kelompok menyampaikan hasil presentasinya. kemudian guru melakukan tanya jawab
sekilas kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami.
o Kegiatan
penutup, guru
bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan materi
pelajaran yang telah dipelajari hari itu. kemudian untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang
telah dipelajari guru mengadakan evaluasi dengan cara
melakukan ulangan harian (UH 1) yang dikerjakan secara individu. selanjutnya guru
memberikan tugas rumah (PR). Kemudian guru memberikan gambaran tentang materi
pembelajaran pada pertemuan yang akan datang yang dilanjutkan dengan berdoa
bersama untuk menutup kegiatan belajar.
3.
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan pada siklus 1 pertemuan 1 dan
2 dengan melalui langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi, kegiatan
inti hingga penutup untuk penilaian aktifitas siswa menunjukan bahwa siswa yang
menunjukan perhatian dan rasa ingin tahu berjumlah 25 orang, selanjutnya siswa yang
menunjukkan sikap gigih dan percaya diri 29 orang, siswa bekerja teliti dan rapi
berjumlah 23 orang, dan
siswa yang berpikir kritis 3 orang dan siswa yang menyelesaikan LKS
sebanyak 37
orang. pada
pertemuan kedua siswa yang menunjukkan perhatian dan rasa ingin tahu meningkat
menjadi 35 orang, sedangkan
yang menunjukkan sikap gigih dan percaya diri
menjadi 32 orang, siswa
yang bekerja teliti dan rapi berjumlah 30 orang dan siswa yang berpikir kritis
15 orang serta siswa yang mengerjakan LKS 38 orang.
Untuk aktivitas guru berdasarkan hasil
pengamatan yaitu pada pertemuan 1 guru telah melaksanakan kegiatan pendahuluan
dengan baik dan maksimal. pada kegiatan inti yang belum tercapai adalah guru
belum melakukan pembimbingan yang merata terhadap siswa dalam melaksanakan
tugasnya. tetapi kegiatan inti sudah terlaksana dengan baik. pada pertemuan
kedua terjadi peningkatan terhadap aktifitas siswa dan guru.
4.
refleksi
Setelah hasil pengamatan dianalisis
bersama bimbingan supervisor 2 maka peneliti merefleksi hasil perbaikan pada
siklus 1. Kemudian
dari hasil refleksi tersebut maka peneliti menemukan kelemahan dan kekuatan
dalam penggunaan metode kooperatif tipe STAD
terhadap pembelajaran.
Siklus
II
1.
persiapan
Dengan hasil refleksi yang dilakukan
pada siklus pertama maka peneliti kembali merencanakan tindakan perbaikan untuk
diterapkan pada siklus II yaitu menentukan kembali waktu
pelaksanaan perbaikan, menyusun RPP perbaikan untuk siklus II, menyusun lembar pengamatan siswa
dan guru dan menyusun kisi-kisi UH 2.
2.
pelaksanaan
a.
Pertemuan 3, pada hari Senin tanggal 21 April 2014
o Kegiatan
awal siswa mengucapkan salam, berdoa
bersama, Guru
menabsen siswa, pada
pertemuan ketiga ini semua siswa hadir yaitu sebanyak 40 orang. setelah mengabsen siswa guru
memberikan pertanyaan sebagai bentuk apersepsi, semua siswa berusaha untuk
menjawab. kemudian
dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa. setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
o Kegiatan
inti, guru
menjelaskan sekilas tentang materi yang akan dipelajari serta memberi informasi
tentang keggiatan yang akan dilakukan siswa. guru menkondisikan siswa menjadi delapan kelompok. kemudian memberikan LKS daan memberikan tugas supaya
siswa mendiskusikan serta mempresentasikan hasil diskusi tersebut ke depan
kelas.kelompok lain diminta ntuk memberikan tanggapan.guru membimbing jalannya
presentasi dan memberikn penguatan atas jawaban siswa.
o Kegiatan
penutup, untuk menguji pemahaman siswa guru memberikan evaluasi pribadi yaitu
mengerjakan LTS. akhirnya guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi
yang diajarkan.kemudian guru memberikan tugas rumah atau PR.
b.
Pertemuan 4, pada hari selasa 22 April 2014
o kegiatan
awal, siswa
mengucapkan salam, guru
membimbing siswa berdoa yang dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat pendek, guru mengabsen siswa. pada pertemuan keempat ini semua
siswa sebanyak 40
orang hadir. setelah
itu guru melakukan apersepsi dengan menadakan tanya jawab kepada siswa. kemudian guru memberikan motivasi
dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari- hari. selanjutnya guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. Semua siswa bersemangat ketika
memberikan jawaban pada proses tanya jawab.
o Kegatan
inti, guru
menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu serta
mengelompokkan siswa menjadi delapan kelompok belajar. Guru memberikan LKS dan meminta
siswa mendiskusikannya. setelah
itu maing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. kelompok lain diminta memberikan
tanggapan. guru
memberikan penguatan atas jawaban siswa dan menjelaskan materi yang kurang
dipahami siswa.
o Kegiatan
penutup, guru
mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa tentang materi
yang telah di pelajari hari itu. Setelah itu siswa dengan bimbingan
guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan. selanjutnya guru memberikan tugas
di rumah atau PR. guru
dan siswa menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.
c.
Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan pada aktivitas siswa dan guru yang ditandai dari pertemuan 3
dan pertemuan 4 aktivitas siswa pada
menunjukkan rasa ingin tahu, gigih, teliti dan mengerjakan LKS 100 %.
Untuk aktivitas guru pada siklus II sudah mencapai nilai maksimal ditandai
dengan kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai
dengan metode kooperatif pada matematika kelas V.
d.
Refleksi
Dari data yang diperoleh pada siklus II maka peneliti kembali merefleksi
hasil perbaikan yang diperoleh pada siklus II. Dengan meningkatnya hasil
belajar, aktifitas
siswa dan aktifitas guru maka dapat disimpulkan peningkatan perbaikan
pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa perbaikan
pembelajaran telah dilakukan dengan baik.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
1.
Hasil belajar
a.
Ketuntasan siklus I
Untuk lebih
jelas ketuntasan belajar siswa pada siklus I dari hasil ulangan harian I (UH 1)
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel
1. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Indikator
|
Skor Total
|
Nilai
|
|
I
|
II
|
||||
60
|
40
|
||||
1.
|
Siswa 1
|
40
|
40
|
80
|
80
|
2.
|
Siswa 2
|
40
|
30
|
70
|
70
|
3.
|
Siswa 3
|
50
|
45
|
95
|
95
|
4.
|
Siswa 4
|
45
|
45
|
90
|
90
|
5.
|
Siswa 5
|
45
|
45
|
90
|
90
|
6.
|
Siswa 6
|
65
|
35
|
100
|
100
|
7.
|
Siswa 7
|
50
|
45
|
95
|
95
|
8.
|
Siswa 8
|
40
|
30
|
70
|
70
|
9.
|
Siswa 9
|
55
|
45
|
100
|
100
|
10.
|
Siswa 10
|
40
|
40
|
80
|
80
|
11.
|
Siswa 11
|
45
|
45
|
90
|
90
|
12.
|
Siswa 12
|
45
|
30
|
75
|
75
|
13.
|
Siswa 13
|
65
|
35
|
100
|
100
|
14.
|
Siswa 14
|
60
|
40
|
100
|
100
|
15.
|
Siswa 15
|
50
|
45
|
95
|
95
|
16.
|
Siswa 16
|
35
|
35
|
70
|
70
|
17.
|
Siswa 17
|
40
|
40
|
80
|
80
|
18.
|
Siswa 18
|
40
|
40
|
80
|
80
|
19.
|
Siswa 19
|
45
|
40
|
85
|
85
|
20.
|
Siswa 20
|
35
|
35
|
70
|
70
|
21.
|
Siswa 21
|
35
|
30
|
65
|
65
|
22.
|
Siswa 22
|
35
|
35
|
70
|
70
|
23.
|
Siswa 23
|
35
|
40
|
75
|
75
|
24.
|
Siswa 24
|
45
|
40
|
85
|
85
|
25.
|
Siswa 25
|
45
|
45
|
90
|
90
|
26.
|
Siswa 26
|
45
|
50
|
95
|
95
|
27.
|
Siswa 27
|
30
|
30
|
60
|
60
|
28.
|
Siswa 28
|
40
|
30
|
70
|
70
|
29.
|
Siswa 29
|
45
|
45
|
90
|
90
|
30.
|
Siswa 30
|
45
|
40
|
85
|
85
|
31.
|
Siswa 31
|
45
|
45
|
90
|
90
|
32.
|
Siswa 32
|
45
|
45
|
90
|
90
|
33.
|
Siswa 33
|
45
|
40
|
85
|
85
|
34.
|
Siswa 34
|
40
|
35
|
75
|
75
|
35.
|
Siswa 35
|
45
|
40
|
85
|
85
|
36.
|
Siswa 36
|
30
|
30
|
60
|
60
|
37.
|
Siswa 37
|
45
|
45
|
90
|
90
|
38.
|
Siswa 38
|
50
|
40
|
90
|
90
|
39.
|
Siswa 39
|
50
|
50
|
100
|
100
|
40.
|
Siswa 40
|
35
|
30
|
65
|
65
|
Rata-
rata
|
83,25
|
||||
Jumlah
Siswa yang tuntas
|
38 Orang
|
||||
Persentase
|
95,00 %
|
Berdasarkan Tabel 2 di atas rata-rata
ulangan harian I pada siklus I adalah 83,25. Jumlah siswa yang tuntas 38 Orang
dengan persentase 95 %, sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 2 Orang
siswa dengan persentase 5 %. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan
pada siklus I ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal sudah tercapai namun
belum maksimal. Untuk itu diperlukan usaha atau langkah-langkah perbaikan
selanjutnya yang akan diterapakan guna mencapai ketuntasan klasikal 100 %.
b.
Ketuntasan siklus II
Setelah perbaikan dilakukan pada siklus
II maka diperoleh hasil belajar siswa pada tabel berikut:
Tabel
2. ketuntasan belajar siswa pada siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Indikator
|
Skor Total
|
Nilai
|
|
I
|
II
|
||||
60
|
40
|
||||
1.
|
Siswa 1
|
50
|
45
|
95
|
95
|
2.
|
Siswa 2
|
45
|
35
|
80
|
80
|
3.
|
Siswa 3
|
55
|
45
|
100
|
100
|
4.
|
Siswa 4
|
50
|
45
|
95
|
95
|
5.
|
Siswa 5
|
50
|
45
|
95
|
95
|
6.
|
Siswa 6
|
60
|
40
|
100
|
100
|
7.
|
Siswa 7
|
55
|
45
|
100
|
100
|
8.
|
Siswa 8
|
45
|
45
|
90
|
90
|
9.
|
Siswa 9
|
60
|
40
|
100
|
100
|
10.
|
Siswa 10
|
55
|
40
|
95
|
95
|
11.
|
Siswa 11
|
55
|
45
|
100
|
100
|
12.
|
Siswa 12
|
40
|
50
|
90
|
90
|
13.
|
Siswa 13
|
65
|
35
|
100
|
100
|
14.
|
Siswa 14
|
60
|
40
|
100
|
100
|
15.
|
Siswa 15
|
60
|
40
|
100
|
100
|
16.
|
Siswa 16
|
50
|
35
|
85
|
85
|
17.
|
Siswa 17
|
50
|
40
|
90
|
90
|
18.
|
Siswa 18
|
50
|
40
|
90
|
90
|
19.
|
Siswa 19
|
50
|
40
|
90
|
90
|
20.
|
Siswa 20
|
50
|
35
|
85
|
85
|
21.
|
Siswa 21
|
40
|
40
|
80
|
80
|
22.
|
Siswa 22
|
50
|
30
|
80
|
80
|
23.
|
Siswa 23
|
50
|
40
|
90
|
90
|
24.
|
Siswa 24
|
50
|
40
|
90
|
90
|
25.
|
Siswa 25
|
50
|
45
|
95
|
95
|
26.
|
Siswa 26
|
50
|
50
|
100
|
100
|
27.
|
Siswa 27
|
35
|
35
|
70
|
70
|
28.
|
Siswa 28
|
40
|
45
|
85
|
85
|
29.
|
Siswa 29
|
50
|
45
|
95
|
95
|
30.
|
Siswa 30
|
50
|
40
|
90
|
90
|
31.
|
Siswa 31
|
50
|
45
|
95
|
95
|
32.
|
Siswa 32
|
50
|
50
|
100
|
100
|
33.
|
Siswa 33
|
60
|
40
|
100
|
100
|
34.
|
Siswa 34
|
50
|
40
|
90
|
90
|
35.
|
Siswa 35
|
45
|
50
|
95
|
95
|
36.
|
Siswa 36
|
40
|
35
|
75
|
75
|
37.
|
Siswa 37
|
50
|
45
|
95
|
95
|
38.
|
Siswa 38
|
55
|
40
|
95
|
95
|
39.
|
Siswa 39
|
60
|
40
|
100
|
100
|
40.
|
Siswa 40
|
40
|
35
|
75
|
75
|
Rata-
rata
|
91,87
|
||||
Jumlah
Siswa yang tuntas
|
40 Orang
|
||||
Persen
Tase
|
100 %
|
Pada Tabel 3 di atas menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II. Hal ini di buktikan dengan
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 40 Orang dengan persentase 100 %, rata-rata
yang diperoleh yaitu 91,87. Ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada
siklus II lebih baik dari pada siklus I. Dengan keberhasilan guru dalam
mencapai ketuntasan belajar klasikal 100 %.
Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Hasil belajar siswa SDN
001 Kasikan
Keterangan
|
Prasiklus
|
UH
1 (Siklus 1)
|
UH
2 (Siklus 2)
|
Siswa yang
mencapai KKM
|
31 siswa
|
38 siswa
|
40 siswa
|
Persentase siswa yang mencapai KKM
|
77,5 %
|
95 %
|
100 %
|
Rata- rata
|
70,12
|
83,25
|
91,87
|
Secara keseluruhan frekuensi siswa yang
memiliki nilai ≥ 65 pada skor dasar sebanyak 31 siswa (88,72 %), pada UH 1
siklus I terjadi peningkatan siswa yang mencapai KKM sebanyak 38 orang siswa
(95 %), selanjutnya UH 2 siklus II hasil yang diperoleh memuaskan dengan jumlah
siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 40 orang siswa (100 %).
Tabel
4 Frekuensi Nilai Matematika kelas V SDN 001 Kasikan
No
|
Nilai
|
Kategori
|
Prasiklus
|
Suklus 1
|
Siklus 2
|
1
|
85-100
|
Baik Sekali
|
4 (10,%)
|
22 (55%)
|
35 (87,5%)
|
2
|
75-84
|
Baik
|
8 (20,%)
|
8 (20%)
|
4 (10%)
|
3
|
65-74
|
Cukup
|
19 (47,5%)
|
8 (20%)
|
1 (2,5%)
|
4
|
55-64
|
Kurang
|
6 (15,%)
|
2 (5%)
|
0 (0%)
|
5
|
≤ 54
|
Kurang Sekali
|
3 (7,5%)
|
0 (0%)
|
0 (0%)
|
Jumlah Murid
|
40
(100%)
|
40
(100%)
|
40
(100%)
|
||
Rata-rata nilai
|
70,12
|
83,25
|
91,87
|
||
Kategori
|
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
Tabel
5 Ketuntasan Nilai Matematika kelas V SDN 001 Kasikan
No
|
Kategori
|
Data Awal
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
1.
|
Tuntas
|
31 (77,5%)
|
38 (95%)
|
40 (100%)
|
2.
|
Tidak Tuntas
|
9 (22,5%)
|
2 (5%)
|
0 (0%)
|
Jumlah
|
40
|
40
|
40
|
Berdasarkan
persentase hasil belajar siswa pada siklus 1 dan 2 diatas menunjukkan bahwa
setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif
tipe STAD hasil belajar menjadi meningkat.
2.
Aktifasi siswa
Selama
perbaikan berlangsung aktivitas siswa diamati oleh pengamat dengan menggunakan
lembar pengamatan aktivitas siswa. Pada siklus I aktivitas siswa belum semuanya
semangat sehingga hasil belum maksimal.
Namun
pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas yang ditunjukkan dengan semua
siswa mengerjakan LKS dan meningkatnya siswa yang berpikir kritis. Dengan
demikian aktivitas siswa pada siklus II dinyatakan berhasil dengan aktifitas siswa
yang meningkat.
3.
Aktifitas Guru
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada
siklus I telah berhasil meskipun masih ada beberapa aspek yang belum tampak
dalam aktifitas yang dilakukan oleh guru pada siklus I. Pada siklus II
aktivitas guru telah mengalami peningkatan yang signifikan.
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Setelah
menganalisa hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan mulai dari
siklus I pertemuan 1 dan 2 sampai dengan siklus II pertemuan 1 dan 2 maka
penulis menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pokok bahasan sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang sederhana dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 001 Kasikan tahun
pelajaran 2013/2014.
B.
Saran tindak lanjut
Dari hasil
pengamatan yang penulis lakukan pada penelitian peningkatan hasil belajar siswa
kelas V SDN 001 Kasikan tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ternyata dapat meningkatkan hasil belajar
siswa oleh sebab itu guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya majelis guru dapat menggunakan model
pembelajaran yang tepat dan membawa siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran serta tidak monoton dalam proses belajar mengajar.
Daftar Pustaka
Abdul Karim Muchtar, dkk. (2011). Pendidikan
Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anggoro M. Toha, dkk. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah W. Sri, dkk. (2010). Strategi Pembelajaran di SD Jakarta: Universitas Terbuka
Muhsetyo Gatot, dkk. (2012). Pembelajaran
matematika SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Satori Djaman,dkk. (2012). Profesi Keguruan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Setiawan Budi. (2013). Penerapan pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 010 Kasikan. Tapung
Hulu.
Suryanto Adi, dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran
di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumantri Mulyani. (2012). Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Takari Enjah. (2008). Penelitian tindakan kelas.
Bandung : Genesindo.
Taufik A, Hera, L, Mikasa, Puji, L, Prianto. (2012).
Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Tim FKIP.
(2013). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2012). Teknik menulis
karya Ilmiah. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2012). Penelitian tindakan
kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment