MAKALAH KESEHATAN TENTANG AUTIS
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Autisme
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Instilah autisme diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau.
Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini ternyata autisme masa kanak-kanak ini dapat dikoreksi. Tatalaksana koreksi harus dilakukan pada usia sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi usia 5 tahun karena diatas usia ini perkembangan otak anak akan sangan melambat. Usia paling ideal adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap paling cepat. Menurut Mudjito, autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain dan emosi. Dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang khususnya terjadi pada masa kanak-kanak yang membuat seseorang tidka mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
2.2 Faktor Penyebab Autisme
Sampai saat ini para ahli belum menentukan penyebab pasti mengapa seorang anak menjadi autisme. Beberapa ahli berpendapat autisme merupakan sindroma yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti:
a. Faktor genetik
diduga karena adanya kromosom (ditemukan 5-20% penyandang autisme) seperti kelainan kromosom yang disebut syndrome fragile-x/
b. Kelainan otak
adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah sel syaraf yang disebut sel purkinye.
c. Kelainan Neurotransmitter
terjadi karena impuls listrik antar sel terganggu alirannya. Neurotransmitter yang diduga tersebut adalah serotine (kadarnya tinggi dalam darah ± 30% penyandang autisme) dan dopamine (diduga rendah kadar darahnya pada penyandang autisme)
d. Kelainan Peptida di otak
dalam keadaan normal, glutein (protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan asam amino. Sebagian kecil peptida tersebut diserap di usu dan kemudian beredar dalam darah. Bila berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian lainnya akan disaring kembali saat melewati batang otak sehingga yang masuk kedalam otak hanya sedikit (khususnya gliadorphin, turunan peptida glutein dan casomordophin turunan pepsida kasein).
e. Komplikasi saat hamil dan persalinan
komplikasi yang terjadi seperti pendarahan pada trimester pertama yaitu janin yang disertai terispnya cairan ketuban yang ebrcampur feses dan obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan.
f. Kekebalan tubuh.
Terjadi karena kemungkinan adanya interaksi gangguan kekebalan tubuh (autoimun) dengan faktor lingkungan yang menyebabkan autisme.
g. keracunan
keracunan yang banyak dicurigai adalah karena keracunan logam berat timah hitam (Plumbun), arsen, antimony, cadmium, dan merkuri yang berasal dari polusi udara, air ataupun makanan.
2.3 Gejala-gejala Autisme
Menurut DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual) 1994, dari grup Psikiatri Amerika menetapkan kriteria untuk autisme masa kanak-kanak adalah sebagai berikut:
A. harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3) dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
(1) gangguan kualitatif dalam interaski sosial yang timbal balik, minimal harus ada 2 gejala dari gejala-gejala dibawah ini :
a. tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai :
• kontak mata sangat kurang
• ekspresi muka kurang hidup
• gerak-gerik yang kurang tertuju
b. tak bisa bermain dengan teman sebaya
c. tak dapat merasakan apa yang dirasakan oranglain.
d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala dibawah ini:
a. bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada 1 dari gejala dibawah ini:
a. mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada gunanya.
c. Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan diulang-ulang.
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang kurang variatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak
Menurut ICD-10 1993 (International Classification of Diseases) dari WHO (World Health Organization), indikator perilaku autistik pada anak-anak adalah sebagai berikut :
1. Bahasa / komunikasi
• Ekspresi wajah datar
• Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh.
• Jarang memulai komunikasi
• Tidak meniru aksi atau suara.
• Bicara sedikit atau tidak ada, atau mungkin cukup verbal.
• Mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat atau nyanyian
• Intonasi / ritme vokal yang naeh
• Tampak tidak mengerti arti kata
• Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas / harfiah (literally, letterlyk)
2. Hubungan dengan orang lain
• Tak responsive
• Tak ada senyum sosial
• Tidak berkomunikasi dengan mata
• Kontak mata terbatas
• Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
• Tidak melakukan permainan giliran
• Menggunakan tangan orang sewasa sebagai alat
3. hubungan dengan lingkungan
• bermain repetitive (diulang-ulang)
• marah atau tak menghendaki perubahan-perubahan
• berkembangnya rutinitas yang kaku (rigid)
• memperlihatkan ketertarikan yang snagat dan tak fleksibel
4. Respon terhadap rangsang indera / sensoris.
• Kadang seperti tuli
• Panik terhadap suara-suara tertentu
• Sangat sensitif terhadap suara.
• Bermain-main dengan cahaya atau pantulan.
• Memainkan jari-jari didepan mata.
• Menarik diri ketika disentuh
• Sangat tidak suka terhadap pakaian dan makanan,dll. Tertentu.
• Tertarik pada pola / tekstur / bau tertentu.
• Sangat inaktif atau hiperaktif.
• Mungkin memutar-mutar, berputar-putar, membentur-bentur kepala, menggigit pergelangan.
• Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan.
• Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri.
5. kesenjangan perkembangan perilaku
• Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat
• Mempelajari keterampilan di luar urutan normal, misalnya : membaca tetapi tak mengerti arti.
• Menggambar secara rinci, tapi tidak dapat mengancing baju.
• Pintar mengerjakan puzzle, peg, dll tetapi amat sukar mengikuti perintah
• Berjalan pada usia normal tetapi tidak berkomunikasi
• Lancar membeo bicara, tapi sulit berbicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
• Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tetapi tidak dilain waktu.
1.4 Identitas Kasus
Nama : Fajar Ramudi
Jenis Kelamn : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 1 Juli 1998
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status di Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Desa Waringin – Majalengka
Jenis Kelainan : Autis Ringan
Identitas Orang Tua
Nama Ayah :Sohim
Tempat / Tgl Lahir : Majalengka, 14 Januari 1968
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Dagang
Alamat : Desa Waringin – Majalengka
Nama Ibu : Een Nuraeni
Tempat / Tgl Lahir : Majalengka, 4 Agustus 1965
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Waringin – Majalengka
1.5 Assesmen ( Kemampuan yang ada pada saat ini)
a. Bicara dan Bahasa : Bicaranya lancar, akan tetapi dia tidak mengerti dan memaknai apa yang dia katakan
b. Konsentrasi dan perhatian mudah beralih pada objek yang lain
c. Lancar membeo bicara, tapi sulit berbicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
d. Ritualitas pada satu benda yaitu koran
e. Sering tantrum ( mengamuk ) apabila keinginannya tidak segera di turuti
f. Cenderung menarik diri dari teman sebayanya, ingin selalu di temani ayahnya
BAB II
PERMASALAHAN
Fajar seorang anak yang dilahirkan sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara mengalami kelainan autis. Karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya informasi dari keluarga fajar bahwa didekat lingkungan rumahnya ada Sekolah Luar Biasa (SLB) sehingga kondisi autis fajar baru bisa terdeteksi setelah fajar masuk keSLB dalam 1 tahun terakhir ini ketika usia fajar 9 tahun.
Adapun permasalahan yang dialami fajar adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan dalam hal kognitif (berfikir anak)
ketika disekitar fajar terdapat koran atau bentuk bacaan lainnya misalnya acara televisi maka dengan cepatnya dia membaca semua tulisan yang ada didalamnya. Terutama sangat menggemari berita acara atau jadwal televisi yang tercantum dikoran. Akan tetapi apabila diarahkan atau diberi hal yang lain maka dia akan menolaknya. Nada suara yang datar tanapa disertai jeda dalam berbicara. Andaikan ia memperhatikan suatu benda, misalnya sebuah mobil-mobilan ia hanya memeprhatikan satu bagian saja, dan tidak bisa memainkan mainan itu sebagaimana anak-anak lainnya. Diduga fajar tergolong anak autisme yang memiliki intelegensi tinggi karena kemampuan dia yang bisa dalam membaca kata bahkan kalimat demi kalimat.
b. Bahasa dan komunikasi
Kecenderungan membeo (mengulang kata-kata) lebih besar. Ketika ada penjual eskrim lewat didepannya maka dia langsung membeo kata ”eskrim” berulangkali, karena ketidaktahuan orangtua seringkali apa yang anak ucapkan berulangkali itu segera dipenuhi orangtuanya. Padahal ini tidak boleh dibiarkan, karena akan mengakibatkan tingkat kelainan autisnya makin berat dalam arti hiperaktifnya tinggi, perhatiannya mudah beralih.
c. Mudah meniru suatu kegiatan. Misalnya ketika gurunya menulis dipapan tulis kata ”kursi”, dia menyalinnya dengan baik walaupun hurufnya besar semua ”KURSI”.
d. Permasalahan dalam hal Konsentrasi dan atensi
Fajar cenderung asyik sendiri dengan koran, tidak sadar akan lingkungannya.
e. Permasalahan dalam sosialisasi
Fajar tidak bisa bermain dengan teman sebya, ia cenderung menarik diri dari teman-temannya. Ekspresi muka yang kurang hidup disertai kontak mata yang sangat kurang.
BAB III
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
Pada penanganan anak autistic terapi sangatlah diperlukan untuk mengoptimalkan perkembangannya. Namun perlu diingat bahwa terapi harus dimulai sedini mungkin sebelum usia 5 (lima) tahun. Hal ini dikarenakan perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia sebelum 5 (lima) tahun, puncaknya terjadi pada usia 2-3 tahun. Sebelum kita menangani anak autisme terlebih dahulu harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Mengamati perilaku anak secara mendalam
2. Mengetahui riwayat perkembangannya
3. Pemeriksaan medis (kerja sama dengan dokter, psikolog)
4. Melakukan terapi wicara dan perilaku
Salah satu Upaya dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh fajar adalah sebagai berikut :
MEMBACA KORAN PELANGI
Dengan mengajak fajar untuk membaca koran. Hal ini karena minat fajar yang terbatas pada bacaan. Tentunya kita sedikit memberikan hal yang berbeda dengan bacaan yang tercantum dalam koran itu, ada sedikit bacaan yang kita tempeli dengan bentuk bulat berwarna variasi dari mulai merah, biru, kuning dan sebagainya. Hal ini untuk mengajarkan anak konsep warna. Selain itu bisa kita tambahkan bentuk binatang atau hal yang lainnya agar fajar tidak hanya membaca kata saja tapi memahami konsep warna yang ada.
Contohnya:
Merah Biru
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setiap individu sudah pasti memiliki masalah dalam kehidupannya, namun masalah setiap individu tentu saja berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk mampu memahami masalah yang dihadapi oleh anak tidaklah mudah, memerlukan kecermatan dalam mengumpulkan data dan informasi yang sebanyak-banyaknya, ketelitian dalam menganalisis data/informasi sehingga tepat dalam menentukan kategori masalah.
Permasalahan yang dialami fajar dengan kelainan autis yang dialaminya tentu memerlukan perhatian yang khusus dan memerlukan metode yang bervariasi dalam upaya penanganannya. Sehingga dapat meminimalisir tingkat autis yang dialaminya.
4.2 Rekomendasi
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan, maka ada beberapa rekomendasi yang tujukan kepada :
1. guru
Dasar semua pendidikan adalah kasih sayang yang murni tanpa pamrih (Seperti kasih seorang ibu kepada anaknya dan tidak memanjakan anak). Guru harus memiliki rasa empati dan respek kepada anak. Jangan sekali-kali memandang anak sebagai suatu benda/hewan ataupun sebagai anak bodoh, sekalipun diantara anak-anak ini ada juga yang memiliki intelegensi dibawah normal
2. orangtua
Diharapkan agar mendukung program yang ada di sekolah dengan melatih anak dirumah apa yang telah dilatih dan dipelajari di SLB. Karena bila hanya di Sekolah saja yang berusaha membelajarkan anak maka anak akan mengalami hambatan untuk maju dan berkembang. Selain itu orang tua anak autistic harus menangani anak mulai anak bangun pagi sampai anak tidur Lagi, karena anak-anak ini tidak boleh dibiarkan sendiri dan harus selalu ditemani secara interaktif, hanya dengan demikian kita dapat mengisi kekurangan perilakunya dan menghilangkan perilaku buruknya, serta menjadikannya “Normal” kembali.
Sumber : http://www.anakciremai.com/2009/12/makalah-kesehatan-tentang-autis.html
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Autisme
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Instilah autisme diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau.
Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini ternyata autisme masa kanak-kanak ini dapat dikoreksi. Tatalaksana koreksi harus dilakukan pada usia sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi usia 5 tahun karena diatas usia ini perkembangan otak anak akan sangan melambat. Usia paling ideal adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap paling cepat. Menurut Mudjito, autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain dan emosi. Dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang khususnya terjadi pada masa kanak-kanak yang membuat seseorang tidka mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
2.2 Faktor Penyebab Autisme
Sampai saat ini para ahli belum menentukan penyebab pasti mengapa seorang anak menjadi autisme. Beberapa ahli berpendapat autisme merupakan sindroma yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti:
a. Faktor genetik
diduga karena adanya kromosom (ditemukan 5-20% penyandang autisme) seperti kelainan kromosom yang disebut syndrome fragile-x/
b. Kelainan otak
adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah sel syaraf yang disebut sel purkinye.
c. Kelainan Neurotransmitter
terjadi karena impuls listrik antar sel terganggu alirannya. Neurotransmitter yang diduga tersebut adalah serotine (kadarnya tinggi dalam darah ± 30% penyandang autisme) dan dopamine (diduga rendah kadar darahnya pada penyandang autisme)
d. Kelainan Peptida di otak
dalam keadaan normal, glutein (protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan asam amino. Sebagian kecil peptida tersebut diserap di usu dan kemudian beredar dalam darah. Bila berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian lainnya akan disaring kembali saat melewati batang otak sehingga yang masuk kedalam otak hanya sedikit (khususnya gliadorphin, turunan peptida glutein dan casomordophin turunan pepsida kasein).
e. Komplikasi saat hamil dan persalinan
komplikasi yang terjadi seperti pendarahan pada trimester pertama yaitu janin yang disertai terispnya cairan ketuban yang ebrcampur feses dan obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan.
f. Kekebalan tubuh.
Terjadi karena kemungkinan adanya interaksi gangguan kekebalan tubuh (autoimun) dengan faktor lingkungan yang menyebabkan autisme.
g. keracunan
keracunan yang banyak dicurigai adalah karena keracunan logam berat timah hitam (Plumbun), arsen, antimony, cadmium, dan merkuri yang berasal dari polusi udara, air ataupun makanan.
2.3 Gejala-gejala Autisme
Menurut DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual) 1994, dari grup Psikiatri Amerika menetapkan kriteria untuk autisme masa kanak-kanak adalah sebagai berikut:
A. harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3) dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
(1) gangguan kualitatif dalam interaski sosial yang timbal balik, minimal harus ada 2 gejala dari gejala-gejala dibawah ini :
a. tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai :
• kontak mata sangat kurang
• ekspresi muka kurang hidup
• gerak-gerik yang kurang tertuju
b. tak bisa bermain dengan teman sebaya
c. tak dapat merasakan apa yang dirasakan oranglain.
d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala dibawah ini:
a. bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada 1 dari gejala dibawah ini:
a. mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada gunanya.
c. Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan diulang-ulang.
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang kurang variatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak
Menurut ICD-10 1993 (International Classification of Diseases) dari WHO (World Health Organization), indikator perilaku autistik pada anak-anak adalah sebagai berikut :
1. Bahasa / komunikasi
• Ekspresi wajah datar
• Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh.
• Jarang memulai komunikasi
• Tidak meniru aksi atau suara.
• Bicara sedikit atau tidak ada, atau mungkin cukup verbal.
• Mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat atau nyanyian
• Intonasi / ritme vokal yang naeh
• Tampak tidak mengerti arti kata
• Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas / harfiah (literally, letterlyk)
2. Hubungan dengan orang lain
• Tak responsive
• Tak ada senyum sosial
• Tidak berkomunikasi dengan mata
• Kontak mata terbatas
• Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
• Tidak melakukan permainan giliran
• Menggunakan tangan orang sewasa sebagai alat
3. hubungan dengan lingkungan
• bermain repetitive (diulang-ulang)
• marah atau tak menghendaki perubahan-perubahan
• berkembangnya rutinitas yang kaku (rigid)
• memperlihatkan ketertarikan yang snagat dan tak fleksibel
4. Respon terhadap rangsang indera / sensoris.
• Kadang seperti tuli
• Panik terhadap suara-suara tertentu
• Sangat sensitif terhadap suara.
• Bermain-main dengan cahaya atau pantulan.
• Memainkan jari-jari didepan mata.
• Menarik diri ketika disentuh
• Sangat tidak suka terhadap pakaian dan makanan,dll. Tertentu.
• Tertarik pada pola / tekstur / bau tertentu.
• Sangat inaktif atau hiperaktif.
• Mungkin memutar-mutar, berputar-putar, membentur-bentur kepala, menggigit pergelangan.
• Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan.
• Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri.
5. kesenjangan perkembangan perilaku
• Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat
• Mempelajari keterampilan di luar urutan normal, misalnya : membaca tetapi tak mengerti arti.
• Menggambar secara rinci, tapi tidak dapat mengancing baju.
• Pintar mengerjakan puzzle, peg, dll tetapi amat sukar mengikuti perintah
• Berjalan pada usia normal tetapi tidak berkomunikasi
• Lancar membeo bicara, tapi sulit berbicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
• Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tetapi tidak dilain waktu.
1.4 Identitas Kasus
Nama : Fajar Ramudi
Jenis Kelamn : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 1 Juli 1998
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status di Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Desa Waringin – Majalengka
Jenis Kelainan : Autis Ringan
Identitas Orang Tua
Nama Ayah :Sohim
Tempat / Tgl Lahir : Majalengka, 14 Januari 1968
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Dagang
Alamat : Desa Waringin – Majalengka
Nama Ibu : Een Nuraeni
Tempat / Tgl Lahir : Majalengka, 4 Agustus 1965
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Waringin – Majalengka
1.5 Assesmen ( Kemampuan yang ada pada saat ini)
a. Bicara dan Bahasa : Bicaranya lancar, akan tetapi dia tidak mengerti dan memaknai apa yang dia katakan
b. Konsentrasi dan perhatian mudah beralih pada objek yang lain
c. Lancar membeo bicara, tapi sulit berbicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
d. Ritualitas pada satu benda yaitu koran
e. Sering tantrum ( mengamuk ) apabila keinginannya tidak segera di turuti
f. Cenderung menarik diri dari teman sebayanya, ingin selalu di temani ayahnya
BAB II
PERMASALAHAN
Fajar seorang anak yang dilahirkan sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara mengalami kelainan autis. Karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya informasi dari keluarga fajar bahwa didekat lingkungan rumahnya ada Sekolah Luar Biasa (SLB) sehingga kondisi autis fajar baru bisa terdeteksi setelah fajar masuk keSLB dalam 1 tahun terakhir ini ketika usia fajar 9 tahun.
Adapun permasalahan yang dialami fajar adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan dalam hal kognitif (berfikir anak)
ketika disekitar fajar terdapat koran atau bentuk bacaan lainnya misalnya acara televisi maka dengan cepatnya dia membaca semua tulisan yang ada didalamnya. Terutama sangat menggemari berita acara atau jadwal televisi yang tercantum dikoran. Akan tetapi apabila diarahkan atau diberi hal yang lain maka dia akan menolaknya. Nada suara yang datar tanapa disertai jeda dalam berbicara. Andaikan ia memperhatikan suatu benda, misalnya sebuah mobil-mobilan ia hanya memeprhatikan satu bagian saja, dan tidak bisa memainkan mainan itu sebagaimana anak-anak lainnya. Diduga fajar tergolong anak autisme yang memiliki intelegensi tinggi karena kemampuan dia yang bisa dalam membaca kata bahkan kalimat demi kalimat.
b. Bahasa dan komunikasi
Kecenderungan membeo (mengulang kata-kata) lebih besar. Ketika ada penjual eskrim lewat didepannya maka dia langsung membeo kata ”eskrim” berulangkali, karena ketidaktahuan orangtua seringkali apa yang anak ucapkan berulangkali itu segera dipenuhi orangtuanya. Padahal ini tidak boleh dibiarkan, karena akan mengakibatkan tingkat kelainan autisnya makin berat dalam arti hiperaktifnya tinggi, perhatiannya mudah beralih.
c. Mudah meniru suatu kegiatan. Misalnya ketika gurunya menulis dipapan tulis kata ”kursi”, dia menyalinnya dengan baik walaupun hurufnya besar semua ”KURSI”.
d. Permasalahan dalam hal Konsentrasi dan atensi
Fajar cenderung asyik sendiri dengan koran, tidak sadar akan lingkungannya.
e. Permasalahan dalam sosialisasi
Fajar tidak bisa bermain dengan teman sebya, ia cenderung menarik diri dari teman-temannya. Ekspresi muka yang kurang hidup disertai kontak mata yang sangat kurang.
BAB III
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
Pada penanganan anak autistic terapi sangatlah diperlukan untuk mengoptimalkan perkembangannya. Namun perlu diingat bahwa terapi harus dimulai sedini mungkin sebelum usia 5 (lima) tahun. Hal ini dikarenakan perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia sebelum 5 (lima) tahun, puncaknya terjadi pada usia 2-3 tahun. Sebelum kita menangani anak autisme terlebih dahulu harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Mengamati perilaku anak secara mendalam
2. Mengetahui riwayat perkembangannya
3. Pemeriksaan medis (kerja sama dengan dokter, psikolog)
4. Melakukan terapi wicara dan perilaku
Salah satu Upaya dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh fajar adalah sebagai berikut :
MEMBACA KORAN PELANGI
Dengan mengajak fajar untuk membaca koran. Hal ini karena minat fajar yang terbatas pada bacaan. Tentunya kita sedikit memberikan hal yang berbeda dengan bacaan yang tercantum dalam koran itu, ada sedikit bacaan yang kita tempeli dengan bentuk bulat berwarna variasi dari mulai merah, biru, kuning dan sebagainya. Hal ini untuk mengajarkan anak konsep warna. Selain itu bisa kita tambahkan bentuk binatang atau hal yang lainnya agar fajar tidak hanya membaca kata saja tapi memahami konsep warna yang ada.
Contohnya:
Merah Biru
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setiap individu sudah pasti memiliki masalah dalam kehidupannya, namun masalah setiap individu tentu saja berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk mampu memahami masalah yang dihadapi oleh anak tidaklah mudah, memerlukan kecermatan dalam mengumpulkan data dan informasi yang sebanyak-banyaknya, ketelitian dalam menganalisis data/informasi sehingga tepat dalam menentukan kategori masalah.
Permasalahan yang dialami fajar dengan kelainan autis yang dialaminya tentu memerlukan perhatian yang khusus dan memerlukan metode yang bervariasi dalam upaya penanganannya. Sehingga dapat meminimalisir tingkat autis yang dialaminya.
4.2 Rekomendasi
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan, maka ada beberapa rekomendasi yang tujukan kepada :
1. guru
Dasar semua pendidikan adalah kasih sayang yang murni tanpa pamrih (Seperti kasih seorang ibu kepada anaknya dan tidak memanjakan anak). Guru harus memiliki rasa empati dan respek kepada anak. Jangan sekali-kali memandang anak sebagai suatu benda/hewan ataupun sebagai anak bodoh, sekalipun diantara anak-anak ini ada juga yang memiliki intelegensi dibawah normal
2. orangtua
Diharapkan agar mendukung program yang ada di sekolah dengan melatih anak dirumah apa yang telah dilatih dan dipelajari di SLB. Karena bila hanya di Sekolah saja yang berusaha membelajarkan anak maka anak akan mengalami hambatan untuk maju dan berkembang. Selain itu orang tua anak autistic harus menangani anak mulai anak bangun pagi sampai anak tidur Lagi, karena anak-anak ini tidak boleh dibiarkan sendiri dan harus selalu ditemani secara interaktif, hanya dengan demikian kita dapat mengisi kekurangan perilakunya dan menghilangkan perilaku buruknya, serta menjadikannya “Normal” kembali.
Sumber : http://www.anakciremai.com/2009/12/makalah-kesehatan-tentang-autis.html
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment