Pertanyaan :
As-salamu’alaikum warahmatulah wabarakatuhu
Segala puji bagi Allah Subahnahu wa Ta'ala Yang telah membimbing dan memberi hidayah kepada kita semua dengan dinul Islam yang haq. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , juga keluarga, para sahabat dan orang-orang yang senantiasa berada di jalan mereka. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajukan pertanyaan kepada pengasuh majalah As-Sunah, dengan harapan jawaban itu disertai dalil-dalil syar’i.
Adapun pertanyaannya sebagai berikut:
Apakah dosa syirik yang dilakukan oleh seorang muslim tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ? Meskipun muslim itu bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, bahkan muslim itu sempat stress karena memikirkannya. Hal mengenai tidak diampuninya dosa syirik terdapat pada surat An-Nisa’ ayat 48: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Demikianlah pertanyaan dari saya, yang tidak ingin menjadi bodoh karena tidak mau bertanya. Mohon ma’af jika ada kata-kata yang salah dan tidak berkenan. Terimakasih atas perhatiannya. Jazakumullah khairan katsira. Was-salamu’alaikum warahmatulah wabarakatuhu.
As-salamu’alaikum warahmatulah wabarakatuhu
Segala puji bagi Allah Subahnahu wa Ta'ala Yang telah membimbing dan memberi hidayah kepada kita semua dengan dinul Islam yang haq. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , juga keluarga, para sahabat dan orang-orang yang senantiasa berada di jalan mereka. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajukan pertanyaan kepada pengasuh majalah As-Sunah, dengan harapan jawaban itu disertai dalil-dalil syar’i.
Adapun pertanyaannya sebagai berikut:
Apakah dosa syirik yang dilakukan oleh seorang muslim tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ? Meskipun muslim itu bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, bahkan muslim itu sempat stress karena memikirkannya. Hal mengenai tidak diampuninya dosa syirik terdapat pada surat An-Nisa’ ayat 48: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Demikianlah pertanyaan dari saya, yang tidak ingin menjadi bodoh karena tidak mau bertanya. Mohon ma’af jika ada kata-kata yang salah dan tidak berkenan. Terimakasih atas perhatiannya. Jazakumullah khairan katsira. Was-salamu’alaikum warahmatulah wabarakatuhu.
Jawaban :
1. Sesungguhnya seluruh dosa, termasuk syirik, akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan syarat jika hamba yang melakukan dosa tersebut bertaubat kepadaNya. Dengarlah firman Allah:
قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang meĀlampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Az-Zumar/39:53]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini : “Ayat yang mulia ini merupakan seruan kepada orang-orang yang bermaksiat, baik orang-orang kafir atau lainnya, untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah). Ayat ini juga memberitakan bahwa Allah Tabaraka Wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa tersebutan meninggalkannya, walaupun dosa apapun juga, walaupun dosanya sebanyak buih lautan. Dan tidak benar membawa arti pengampunan Allah (dalam ayat ini) dengan tanpa taubat, karena orang yang tidak bertaubat dari syirik tidak akan diampuni oleh Allah. [Tafsir Ibnu Katsir, surat Az-Zumar: 53]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata mengomentari firman Allah: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”, yaitu dengan syarat taubat. Karena kalau tidak disyaratkan taubat, tentulah syirik termasuk diampuni, tentulah ini tidak benar, karena di sini (ayat 48, surat An-Nisa’) Allah telah memutuskan bahwa Dia tidak akan mengampuni syirik, dan Dia telah memutuskan bahwa Dia akan mengampuni selain syirik bagi orang yang Dia kehendaki, yaitu walaupun pelakunya tidak bertaubat.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat An-Nisa’:48]
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan di dalam Tafsir beliau, Taisir Karimir Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan, surat Az-Zumar : 53, sebagai berikut :
"Allah Ta’ala memberitakan tentang keluasan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya yang melewati batas, yaitu orang-orang yang banyak melakukan dosa. Dan Dia mendorong mereka untuk kembali (kepadaNya), sebelum hal itu tidak memungkinkan. (FirmanNya: Katakanlah): wahai Rasul, dan para da’i yang mengajak kepada agama Allah, sampaikanlah berita kepada para hamba dari Rabb mereka: (FirmanNya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri): dengan mengikuti dosa-dosa yang diserukan oleh hawa-nafsu mereka, dan melakukan perkara-perkara yang menjadikan kemurkaan Allah Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib. (FirmanNya: janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah): yaitu janganlah kamu terputus asa darinya sehingga kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan kamu mengatakan: “Dosa-dosa kami telah banyak, keburukan kami telah bertumpuk-tumpuk, tidak ada jalan untuk menghilangkannya, tidak ada jalan untuk membuangnya”. Dengan sebab itu kamu tetap terus-menerus melakukan kemaksiatan, kamu membawa bekal yang dimurkai oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pemurah). Tetapi kenalilah Penguasa kamu lewat nama-namaNya yang menunjukkan kemurahanNya. Dan ketahuilah bahwa (FirmanNya: Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya): yang berupa: syirik, pembunuhan, zina, riba, kezhaliman, dan dosa-dosa lainnya, yang besar dan yang kecil. (FirmanNya: Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang): yaitu kedua sifatNya, sifat memberi ampun dan sifat rahmat (kasih sayang), merupakan sifat yang tetap ada pada Allah, tidak pernah terlepas dari DzatNya, dan dampak kedua sifat itu terus ada, terjadi di alam ini, memenuhi makhluk. [QS. Az Zumar : 53]
Tentang diterimanya taubat dari syirik itu lebih jelas lagi Allah sebutkan ketika menjelaskan tentang sifat-sifat ‘ibadurrahman, Dia berfirman:
وَالَّذِينَ لاَيَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ وَلاَيَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَلاَيَزْنُونَ وَمَن يَّفْعَلْ ذَلِكَ يَلقَ أَثَامًا {68} يُضَاعَفُ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (memunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). [QS. Al Furqaan : 68]
يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [ QS. Al-Furqqn : 69-70]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengomentari firman Allah: [kecuali orang-orang yang bertaubat] (Al-Furqaan : 70) “Yaitu bertaubat kepada Allah di dunia dari seluruh dosa tersebut, karena sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” [Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim, surat Al-Furqan : 70]
2. Bahkan sesungguhnya Allah sangat bergembira dengan taubat seseorang di antara hambaNya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
Sesungguhnya Allah lebih sangat gembira dengan taubat hambaNya ketika bertaubat kepadaNya, daripada (gembiranya) seseorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya, di tanah yang gersang. Kemudian kendaraannya lari darinya, sedangkan di atasnya terdapat makanan dan minumannya, sehingga dia putus asa darinya. Lalu dia mendatangi sebuah pohon, kemudian berbaring di bawah naungannya, dia telah putus asa dari kendaraannya. Ketika dia dalam keadaan demikian tiba-tiba kendaraannya berdiri di dekatnya, lalu dia memegang kendalinya. Kemudian dia berkata karena sangat gembiranya: “Wahai Allah Engkau adalah hambaKu, dan aku adalah RabbMu (TuhanMu)”. Dia keliru berkata sangat gembiranya. [HSR. Bukhari no:6308; Muslim no: 2747, lafazh bagi Muslim]
3. Adapun ayat yang antum sebutkan di atas, adalah bagi orang yang mati dengan tidak bertaubat kepada Allah. Ayat itu lengkapnya sebagai berikut:
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [QS. An Nisaa : 48]
Ayat semisal ini juga tersebut di dalam surat yang sama ayat 116:
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُوَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [QS. An Nisaa : 116]
Setelah menjelaskan tentang kezhaliman syirik, syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini untuk orang yang tidak bertaubat. Adapaun orang yang bertaubat, maka dosa syirik dan dosanya yang lain akan diampuni, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar :53), yaitu (Allah akan mengampuni semua dosa) bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali kepadaNya [1]
Selain itu, sesungguhnya di antara hikmah diutusnya seluruh para rasul, termasuk Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, adalah untuk memperingatkan kaumnya dari kemusyrikan dan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah semata. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. [QS. An Nahl : 36]
Jika dosa syirik tidak diampuni dengan taubat, maka seruan para rasul tersebut menjadi sia-sia.
Demikian juga mayoritas bangsa Arab sebelum kedatangan dakwah Nabi Muhamad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang musyrik. Dan mereka berhenti dari kemusyrikan mereka adalah disebabkan keimanan mereka kepada beliau, dan bertaubatnya mereka dari kemusyrikan. Allah berfirman:
لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتَّى يَأْ تِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ رَسُوْلٌ مِّنَ اللهِ يَتْلُوْا씀 صُحُفًا مُّطَهَّرَةً
Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak meninggalkan (kesesatan dan kekafiran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran yang disucikan (Alquran) [Al Bayyinah : 1-2] [2]
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan di dalam Tafsirnya: “Allah Ta’ala berfirman: (Tidaklah orang-orang kafir, yakni ahli kitab) yaitu dari kalangan Yahudi dan Nashara (dan orang-orang musyrik) yaitu dari seluruh jenis bangsa (meninggalkan) dari kesesatan dan kekafiran mereka yang mereka lakukan. Yaitu mereka terus-menerus di dalam kesesatan mereka, berlalunya waktu tidaklah menambahkan mereka kecuali kekafiran. (sampai datang kepada mereka bukti yang nyata) bukti yang jelas dan teng. Kemudian Allah menjelaskan bukti tersebut, Dia berfirman: (seorang Rasul dari Allah (Muhammad n ) yaitu rasul yang diutus oleh Allah, dia mengajak manusia menuju al-haq (kebenaran), diturunkan kitab (Al-Qur’an) kepadanya, dia membacakannya, untuk mengajarkan hikmah kepada manusia, mensucikan mereka, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya”. [Taisir Karimir Rahman, surat Al-Bayyinah :1-2]
Demikian juga para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka dahulu adalah orang-orang musyrik, kemudian Allah memberikan petunjuk kepada mereka, sehingga mereka beriman dan menjadi manusia-manusia utama, bahkan generasi manusia terbaik, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (generasi sahabat), kemudian generasi yang mengiringi mereka (generasi tabi'in), kemudian generasi yang mengiringi mereka (generasi tabi'ut tabi'in). [HSR Bukhari Muslim dan lainnya]
4. Janganlah antum stress dan putus asa karena sesungguhnya rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu. Dan keterangan kami di atas semoga cukup menghilangkan stress dan putus asa tersebut.
Kemudian sesungguhnya memahami kitab Allah, Al-Qur’anul Karim, tidaklah cukup dengan terjemahannya saja, bahkan haruslah meruju kepada para ulama yang terpercaya, sehingga terhindar dari kesalahan di dalam memahaminya. Mudah-mudahan Allah selalu membimbing kita semua di atas jalanNya yang lurus.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta]
________
Footnote :
[1]. Taisir Karimir Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan, surat An-Nisa’: 48
[2]. Terjemah saya di atas berbeda dengan terjemah Al-Qur’an Depag. Terjemahan saya di atas, saya anggap lebih tepat maknanya secara zhahir ayat, dan itulah makna ayat tersebut yang dijelaskan oleh Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di di dalam Tafsirnya. Wallahu a’lam
قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang meĀlampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Az-Zumar/39:53]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini : “Ayat yang mulia ini merupakan seruan kepada orang-orang yang bermaksiat, baik orang-orang kafir atau lainnya, untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah). Ayat ini juga memberitakan bahwa Allah Tabaraka Wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa tersebutan meninggalkannya, walaupun dosa apapun juga, walaupun dosanya sebanyak buih lautan. Dan tidak benar membawa arti pengampunan Allah (dalam ayat ini) dengan tanpa taubat, karena orang yang tidak bertaubat dari syirik tidak akan diampuni oleh Allah. [Tafsir Ibnu Katsir, surat Az-Zumar: 53]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata mengomentari firman Allah: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”, yaitu dengan syarat taubat. Karena kalau tidak disyaratkan taubat, tentulah syirik termasuk diampuni, tentulah ini tidak benar, karena di sini (ayat 48, surat An-Nisa’) Allah telah memutuskan bahwa Dia tidak akan mengampuni syirik, dan Dia telah memutuskan bahwa Dia akan mengampuni selain syirik bagi orang yang Dia kehendaki, yaitu walaupun pelakunya tidak bertaubat.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat An-Nisa’:48]
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan di dalam Tafsir beliau, Taisir Karimir Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan, surat Az-Zumar : 53, sebagai berikut :
"Allah Ta’ala memberitakan tentang keluasan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya yang melewati batas, yaitu orang-orang yang banyak melakukan dosa. Dan Dia mendorong mereka untuk kembali (kepadaNya), sebelum hal itu tidak memungkinkan. (FirmanNya: Katakanlah): wahai Rasul, dan para da’i yang mengajak kepada agama Allah, sampaikanlah berita kepada para hamba dari Rabb mereka: (FirmanNya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri): dengan mengikuti dosa-dosa yang diserukan oleh hawa-nafsu mereka, dan melakukan perkara-perkara yang menjadikan kemurkaan Allah Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib. (FirmanNya: janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah): yaitu janganlah kamu terputus asa darinya sehingga kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan kamu mengatakan: “Dosa-dosa kami telah banyak, keburukan kami telah bertumpuk-tumpuk, tidak ada jalan untuk menghilangkannya, tidak ada jalan untuk membuangnya”. Dengan sebab itu kamu tetap terus-menerus melakukan kemaksiatan, kamu membawa bekal yang dimurkai oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pemurah). Tetapi kenalilah Penguasa kamu lewat nama-namaNya yang menunjukkan kemurahanNya. Dan ketahuilah bahwa (FirmanNya: Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya): yang berupa: syirik, pembunuhan, zina, riba, kezhaliman, dan dosa-dosa lainnya, yang besar dan yang kecil. (FirmanNya: Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang): yaitu kedua sifatNya, sifat memberi ampun dan sifat rahmat (kasih sayang), merupakan sifat yang tetap ada pada Allah, tidak pernah terlepas dari DzatNya, dan dampak kedua sifat itu terus ada, terjadi di alam ini, memenuhi makhluk. [QS. Az Zumar : 53]
Tentang diterimanya taubat dari syirik itu lebih jelas lagi Allah sebutkan ketika menjelaskan tentang sifat-sifat ‘ibadurrahman, Dia berfirman:
وَالَّذِينَ لاَيَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ وَلاَيَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَلاَيَزْنُونَ وَمَن يَّفْعَلْ ذَلِكَ يَلقَ أَثَامًا {68} يُضَاعَفُ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (memunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). [QS. Al Furqaan : 68]
يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [ QS. Al-Furqqn : 69-70]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata mengomentari firman Allah: [kecuali orang-orang yang bertaubat] (Al-Furqaan : 70) “Yaitu bertaubat kepada Allah di dunia dari seluruh dosa tersebut, karena sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” [Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim, surat Al-Furqan : 70]
2. Bahkan sesungguhnya Allah sangat bergembira dengan taubat seseorang di antara hambaNya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
Sesungguhnya Allah lebih sangat gembira dengan taubat hambaNya ketika bertaubat kepadaNya, daripada (gembiranya) seseorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya, di tanah yang gersang. Kemudian kendaraannya lari darinya, sedangkan di atasnya terdapat makanan dan minumannya, sehingga dia putus asa darinya. Lalu dia mendatangi sebuah pohon, kemudian berbaring di bawah naungannya, dia telah putus asa dari kendaraannya. Ketika dia dalam keadaan demikian tiba-tiba kendaraannya berdiri di dekatnya, lalu dia memegang kendalinya. Kemudian dia berkata karena sangat gembiranya: “Wahai Allah Engkau adalah hambaKu, dan aku adalah RabbMu (TuhanMu)”. Dia keliru berkata sangat gembiranya. [HSR. Bukhari no:6308; Muslim no: 2747, lafazh bagi Muslim]
3. Adapun ayat yang antum sebutkan di atas, adalah bagi orang yang mati dengan tidak bertaubat kepada Allah. Ayat itu lengkapnya sebagai berikut:
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [QS. An Nisaa : 48]
Ayat semisal ini juga tersebut di dalam surat yang sama ayat 116:
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُوَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [QS. An Nisaa : 116]
Setelah menjelaskan tentang kezhaliman syirik, syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini untuk orang yang tidak bertaubat. Adapaun orang yang bertaubat, maka dosa syirik dan dosanya yang lain akan diampuni, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar :53), yaitu (Allah akan mengampuni semua dosa) bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali kepadaNya [1]
Selain itu, sesungguhnya di antara hikmah diutusnya seluruh para rasul, termasuk Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, adalah untuk memperingatkan kaumnya dari kemusyrikan dan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah semata. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. [QS. An Nahl : 36]
Jika dosa syirik tidak diampuni dengan taubat, maka seruan para rasul tersebut menjadi sia-sia.
Demikian juga mayoritas bangsa Arab sebelum kedatangan dakwah Nabi Muhamad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang musyrik. Dan mereka berhenti dari kemusyrikan mereka adalah disebabkan keimanan mereka kepada beliau, dan bertaubatnya mereka dari kemusyrikan. Allah berfirman:
لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتَّى يَأْ تِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ رَسُوْلٌ مِّنَ اللهِ يَتْلُوْا씀 صُحُفًا مُّطَهَّرَةً
Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak meninggalkan (kesesatan dan kekafiran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran yang disucikan (Alquran) [Al Bayyinah : 1-2] [2]
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan di dalam Tafsirnya: “Allah Ta’ala berfirman: (Tidaklah orang-orang kafir, yakni ahli kitab) yaitu dari kalangan Yahudi dan Nashara (dan orang-orang musyrik) yaitu dari seluruh jenis bangsa (meninggalkan) dari kesesatan dan kekafiran mereka yang mereka lakukan. Yaitu mereka terus-menerus di dalam kesesatan mereka, berlalunya waktu tidaklah menambahkan mereka kecuali kekafiran. (sampai datang kepada mereka bukti yang nyata) bukti yang jelas dan teng. Kemudian Allah menjelaskan bukti tersebut, Dia berfirman: (seorang Rasul dari Allah (Muhammad n ) yaitu rasul yang diutus oleh Allah, dia mengajak manusia menuju al-haq (kebenaran), diturunkan kitab (Al-Qur’an) kepadanya, dia membacakannya, untuk mengajarkan hikmah kepada manusia, mensucikan mereka, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya”. [Taisir Karimir Rahman, surat Al-Bayyinah :1-2]
Demikian juga para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka dahulu adalah orang-orang musyrik, kemudian Allah memberikan petunjuk kepada mereka, sehingga mereka beriman dan menjadi manusia-manusia utama, bahkan generasi manusia terbaik, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (generasi sahabat), kemudian generasi yang mengiringi mereka (generasi tabi'in), kemudian generasi yang mengiringi mereka (generasi tabi'ut tabi'in). [HSR Bukhari Muslim dan lainnya]
4. Janganlah antum stress dan putus asa karena sesungguhnya rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu. Dan keterangan kami di atas semoga cukup menghilangkan stress dan putus asa tersebut.
Kemudian sesungguhnya memahami kitab Allah, Al-Qur’anul Karim, tidaklah cukup dengan terjemahannya saja, bahkan haruslah meruju kepada para ulama yang terpercaya, sehingga terhindar dari kesalahan di dalam memahaminya. Mudah-mudahan Allah selalu membimbing kita semua di atas jalanNya yang lurus.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta]
________
Footnote :
[1]. Taisir Karimir Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan, surat An-Nisa’: 48
[2]. Terjemah saya di atas berbeda dengan terjemah Al-Qur’an Depag. Terjemahan saya di atas, saya anggap lebih tepat maknanya secara zhahir ayat, dan itulah makna ayat tersebut yang dijelaskan oleh Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di di dalam Tafsirnya. Wallahu a’lam
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/2169/slash/0
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment