KEBENARAN ILMU (ILMIAH) BERSIFAT TERBATAS

Bookmark and Share

KEBENARAN ILMU (ILMIAH) BERSIFAT TERBATAS

Prof. Hawking menjelaskan bahwa :
Semesta dimodelkan dengan dua teori parsial dasar :
  1. Teori Relativitas Umum (Einstain)
  2. Mekanika Kwantum
  1. Relativitas Umum :
Gaya gravitasi mengatur struktur semesta yang berukuran besar (large scale structure of universe) dari beberapa km. sampai 1024 km. (sampai ukuran semesta yang dapat diamati dengan geometri Riemann. Contoh teori tentang gravitasi yang menggunakan pemodelan geometri.
  1. Mekanika Kwantum :
Teori ini juga sebagian digagas oleh Einstain, digunakan untuk membahas gejala pada skala yang sangat kecil sampai 10-17 km, atau lebih kecil lagi.
Kedua teori tersebut tidak  konsisten  satu dengan yang lainnya (keduanya tidak dapat sama-sama benar). Hawking  menyatakan  bahwa bila kita percaya bahwa semesta diatur oleh sejumlah hukum tertentu, maka kedua hukum  tersebut harus digabung. Tapi kenyataannya kedua teori tersebut hanya akurat untuk hal-hal yang ekstrim. Sangat sulit dibuat teori gabungan sehinggu terbentuk Theori of Everythink.

Adalah Albert Einstein yang pertama kali mencoba menggabungkan keempat interaksi tersebut dalam sebuah teori umum yaitu “Teori Segalanya” (Theory of Everything). Pertama, dia mencoba menggabungkan interaksi gravitasi dengan elektromagnetik, karena secara matematika kedua interaksi ini memiliki sifat sama yaitu berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Einstein menghabiskan lebih dari 30 tahun sisa hidupnya berkutat pada masalah ini, namun dia gagal.
Uraian singkat tersebut diatas jelas menyimpulkan bahwa kebenaran ilmu (ilmiah) tidaklah bersifat universal, dan ternyata kebenaran tergantung sikon.
Bahwa kebenaran yang dianggapi oleh manusia adalah bersifat parsial (sefihak) akan jelas lebih tampak mana kala kita mencoba memahami filsafat  Teori Tentang Kebenaran. Setidaknya ada 3 teori mengenai kebenaran, yaitu :

  1. 1. Teori Korespondensi
  2. 2. Teori Konsistensi
  3. 3. Teori Pragmatis



  1. 1. Kebenaran atas dasar Korespondensi.
  • Kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi berupa kenyataan atau faktanya.
  • Jika sensasi kita, persepsi kita, pemahaman kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan realitas obyektif, dan jika itu semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita katakan itu semua benar. Pernyataan, putusan dan teori yang benar kita sebut kebenaran.
  • Aristoteles menyatakan bahwa kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan .
2. Kebenaran atas dasar Konsistensi
  • Kebenaran ditegakkan atas hubungan  antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.
  • Suatu kepercayaan  adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki.
  • Jika kita menerima kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan (cohere) dengan pengetahuan yang kita miliki.
  • Suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya, Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan  secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevan.
    • Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik
    • kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan
  1. 3. Kebenaran atas dasar Pragmatis
  1. Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
  2. Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
  3. Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis  untuk tetap ada.
Kesimpulan ketiga teori ini : Antara teori yang pertama dan kedua tampak jelas kontradiktif (bandingkan kedua pernyataan yang ditulis miring tebal), disamping masing-masing keduanya juga punya kelemahan. Selain tentu dengan berbagai kekurangannya, teori yang ketiga lebih menuntut bukti nyata ketimbang cuap-cuap.
Untuk melengkapi saya sertakan satu artikel lagi :
TEORI TIDAK PERNAH BENAR
Stephen hawking setuju dengan filsuf Karl Popper (1902-1994) dan Sir James Jean (11877-1946), bahwa sebuah teori tidak pernah dapat dibuktikan benar. Ini tentu juga berlaku bagi teori-teori ciptaan Stephen Hawking sendiri. Jadi Stephen Hawking tidak pernah mengatakan bahwa teorinya mutlak benar.
Apakah Stephen Hawking menuntut bahwa teorinya harus diterima sebagai mutlak benar? Sama sekali tidak.
Setiap teori fisika selalu bersifat sementara, dalam arti teori itu hanyalah suatu hipotesis; Anda tidak pernah dapat membuktikannya. Tidak peduli berapa kali hasil-hasil eksperimen cocok dengan suatu teori, Anda tidak pernah dapat merasa pasti bahwa lain kali hasil itu tidak akan berlawanan dengan teori itu.
Di pihak lain Anda dapat membuktikan bahwa suatu teori itu salah dengan menemukan suatu pengamatan, bahkan satu saja sudah cukup, yang tidak cocok dengan ramalan itu.
“Riwayat Sang Kala” (Penerbit P.T. Pustaka Utama Grafiti, cetakan ketiga, 1994).

Sumber : http://agungmulyo.wordpress.com

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment