DERAJAT HADITS “KITA KEMBALI DARI PEPERANGAN YANG KECIL MENUJU PEPERANGAN YANG BESAR”

Bookmark and Share



Oleh : Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat

“Kita kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar”

Hadits ini TIDAK ADA ASALNYA.
Asal hadits ini tidak ada, sebagaimana telah diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di kitabnya “Al Furqan baina Auliair Rahman wa Auliaisy Syaithan” (Hal 50).

Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa ini hanya perkataan Ibrahim bin’Ablah.

Saya (Abdul Hakim-pen) berkata : Lafadz diatas saya temukan dibawakan oleh Imam Al Ghozali di kitab Ihya’-nya (Ihya’ Ulumuddin, 3/7) dengan menyandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada tempat yang lain di kitabnya tersebut (3/66), Al Ghozali mengatakan :
[“Dan telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada suatu kaum yang baru datang dari peperangan : “Selamat datang! Kamu telah kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya. “Ya Rasululullah, apakah jihad yang besar itu?”, maka jawab beliau, “Jihadun nafs (jihad melawan hawa nafsu)”]

Ini adalah satu contoh dari sekian banyak contoh yang bertebaran dikitab-kitab Al Ghozali, khususnya Ihya’ Ulumuddin yang banyak memuat hadits2 dho’if (lemah), dho’ifun jiddan (sangat lemah), maudhu’(palsu) dan tidak ada asalnya, seperti hadits diatas. Semua ini menunjukkan bahwa Al Ghozali bukanlah seorang peneliti hadits dan ulama yang ahlinya di dalam bidang ini (hadits). Dalam hal ini bukan maksud saya untuk merendahkan Al Ghozali atau mengada-ada sesuatu yang tidak bersumber kepada keterangan yang kuat. Saya katakan demikian sesuai pengakuan Al Ghozali sendiri di kitabnya “Qanun Ta’wil” (hal. 16) : “Pemahamanku di dalam ilmu hadits hanyalah sedikit” (dinukil dari kitab : Muqaranah bainal Ghozali wa Ibnu Taimiyah, hal 8).

Setelah kita mengetahui bahwa perkataan diatas bukanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi dipalsukan orang atas nama beliau, maka wajiblah bagi umat –khususnya para khutobah (khatib)- untuk tidak lagi menyandarkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali kalau mereka mau mengambil tempatnya di neraka. Na’uudzubillah.

Selain itu, kalau kita perhatikan maknanya, niscaya nampaklah kebathilan yang akan membawa kerusakan bagi umat ini :

PERTAMA :
Mengecilkan nilai jihad. Karena, kalau peperangan-peperangan besar pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti perang “Badar” dan “Tabuk” telah dinamakan “jihad kecil”, maka bagaimana dengan-jihad yang sesudahnya, bukankah semakin kecil atau tidak ada artinya sama sekali?

KEDUA :
Melemahkan semangat jihad umat Islam karena semuanya itu adalah jihad “kecil”!. Meskipun negara dan harta-harta mereka telah dirampas, darah mereka ditumpahkan serta kehormatan mereka di langgar?

KETIGA :
Setiap muslim akan mementingkan dirinya masing-masing tanpa mau perduli urusan umat. Karena urusan diri adalah “jihadul akbar”!, sedangkan urusan umat adalah “jihadul ashghar”!?
Jelas sekali! Pikiran di atas adalah menyalahi ketetapan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah buat untuk umat ini, yaitu : Bahwa orang mu’min itu seumpama satu bangunan yang sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. (SHAHIH. HR. Bukhari (1/123. 7/80) dan Muslim (8/20).

KEEMPAT :
Siyaq-nya (susunannya) bukan susunan nubuwwah/kenabian. Tetapi buatan orang yang lemah jiwanya, putus asa, patah semangat dan penakut, yang tidak mungkin di ucapkan oleh seorang Nabi seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah bersabda : “Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi!” (SHAHIH. HR Muslim 6/44)

KELIMA :
Bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits shahih (bacalah Bab Jihad dari kitab Riyadhus Shalihin)

KEENAM :
Rupanya si pembuat hadits palsu ini seorang yang bodoh tentang hakikat jihad sehingga perlu dia bandingkan dengan “jihadun nafs”. Ketahuilah!, bahwa seorang yang pergi ke medan jihad dengan ikhlas, sebelumnya ia telah menundukkan dan mengalahkan hawa nafsunya. Dan ini kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi bagi mereka yang mempunyai “Bashirah”.

[Sumber : Kitab “Hadits-hadits Dho’if dan Maudhu’, jilid 1, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Halaman 49-51, penerbit Darul Qalam]

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment