Di negara sedang berkembang, kota mengalami pertambahan jumlah penduduk dengan sangat pesat, hal ini diakibatkan oleh adanya migrasi atau berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak terkendali. Alasan utama perpindahan ini adalah faktor ekonomi, mereka menganggap bahwa prospek ekonomi di perkotaan lebih baik dibandingkan di desa. Adapun dampak yang ditimbulkan dari migrasi itu antara lain kemiskinan, terjadinya kesenjangan sosial ekonomi antara kaum miskin kota dengan kaum kaya kota yang memiliki kemewahan, dan dampak yang bisa kita lihat dan sering kita temui di kota-kota besar adalah munculnya slum area atau perkampungan kumuh yang merupakan tempat tinggal bagi kaum miskin kota yang menjadi komunitas termarginalkan di kota.
Mereka yang datang ke kota tanpa memiliki bekal keterampilan yang memadai hanya akan menjadi tuna karya di kota. Kalaupun mereka bekerja biasanya hanya menjadi buruh serabutan, pengemis, pengamen, pemulung dan bahkan ada juga yang pada akhirnya menjadi penjahat di kota. Akibat persaingan yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta minimnya lapangan kerja memunculkan pula pengangguran yang pada gilirannya melahirkan pekerjaan tidak terhormat, disamping menyertakan pula berbagai patologis sosial lainnya.
Maka dari akar sosial seperti inilah terbangun sosok anak jalanan yang sampai saat ini mencapai 170.000 jiwa diseluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 50.000 jiwa. (Rubini: 2002). Sedangkan jumlah anak jalanan yang terdafatar oleh Dinas Sosial kota Makassar menyatakan, bahwa pada akhir tahun 2009 hingga akhir tahun 2010, jumlah anak jalanan meningkat dari 500 orang menjadi 1.000 orang.
Anak jalanan tumbuh dengan berbagai latar belakang sosial, seperti anak broken home, anak yatim yang terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, atau anak-anak yang harus membantu ekonomi orang tuanya maupun anak-anak yang lari dari berbagai problem keluarga maupun di lingkungan sekitarnya. Masyarakat seringkali menganggap anak jalanan merupakan anak yang urakan, tidak tahu aturan, terbelakang dan sangat dekat dengan tindak kriminal. Dari pandangan ini maka secara tidak langsung memunculkan sifat introvet dari anak jalanan tersebut dalam bergaul dengan masyarakat.
Mereka cenderung tertutup dan hanya bisa terbuka dengan teman seprofesi atau satu kelompok saja. Dan pada kenyataanya memang tidak mudah bagi anak-anak yang hidup dibawah garis kemiskinan untuk mencari penghasilan atau pekerjaan yang layak ditengah kondisi yang serba sulit seperti sekarang ini. Tak jarang kita temui anak-anak yang mengemis dari rumah ke rumah bahkan adapula anak-anak yang melakukan tindak kriminal seperti mencopet, mencuri bahkan merampok hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka rasa kurang. Tetapi banyak diantara mereka yang masih bisa berfikir dengan jernih dan mencari pekerjaan halal seperti menyemir sepatu, menjual koran maupun mengamen.
Namun peran pemerintah melalui program-programnya justru kurang dapat dirasakan oleh anak jalanan. Hal ini dapat dilihat bahwa program-program yang diadakan oleh pemerintah kurang dapat bermanfaat secara optimal walaupun menghabiskan anggaran yang tidak sedikit.
Hal ini dikarenakan program-program yang diadakan tersebut kurang dibutuhkan oleh anak jalanan dan pemerintah menganggap bahwa pemerintahlah yang serba tahu dan masyarakat, di mana anak jalanan hanya dijadikan objek pembangunan tanpa dikembangkan dayanya agar kreatif sehingga mereka harus menerima setiap keputusan yang diambil. Jika kondisi dan kualitas hidup anak kita memprihatinkan, berarti masa depan bangsa dan negara juga kurang menggembirakan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, Sebagian dari anak bangsa kita mengalami lost generation (generasi yang hilang).
Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah anak jalanan, terutama di kota Makassar. anak jalanan muncul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini.
Beberapa anak jalanan di sekitar kawasan pantai losari menggantungkan hidupnya dengan cara berprofesi sebagai pengamen yang memainkan alat musik gitar dan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup botol minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga menghasilkan nada tertentu, ada juga yang berprofesi sebagai pedagang asongan maupun pengemis yang selalu mengharapkan belas kasihan dari pengujung yang datang di sekitar kawasan pantai losari.
Kota Makassar merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah anak jalanan yang terbilang tidak sedikit. Dinas Sosial kota Makassar menyatakan, bahwa pada akhir tahun 2009 hingga akhir tahun 2010, jumlah anak jalanan meningkat dari 500 orang menjadi 1.000 orang. Keberadaan anak-anak jalanan di beberapa sudut jalan di Makassar tentu memberikan dampak negatif baik bagi masyarakat maupun bagi keteraturan dan keindahan kota Makassar itu sendiri.
Di satu sisi mereka dapat mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan (income) yang dapat membuatnya bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarganya. Namun di sisi lain kadang mereka juga berbuat hal-hal yang merugikan orang lain, misalnya berkata kotor, mengganggu ketertiban jalan, merusak body mobil dengan goresan dan lain-lain, Salah satu tempat dikota Makassar yang marak dengan anak jalanan yaitu kawasan Pantai Losari yang merupakan kawasan pariwisata di kota Makassar, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi anak jalanan mencari nafkah. Anak jalanan di kawasan Pantai Losari kebanyakan berprofesi sebagai pengamen.
Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berangkat dari berbagai pertimbangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukaan penelitian dengan judul penelitian : Tindakan Sosial Anak Jalanan di Kawasan Pantai Losari ( Kasus Pengamen di Kawasan Pantai Losari )
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment