Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Listrik Rumah Tangga di Kota Makassar (PM-42)

Bookmark and Share
Penggunaan energi di semua sektor menampakkan besarnya peran energi dalam kehidupan maupun pengembangan suatu wilayah. Besarnya peranan tersebut mengharuskan masyarakat menjaga kelestarian sumber daya alam energi sehingga manfaatnya dapat dinikmati tidak hanya masa kini, tetapi juga masa depan. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut perlu diupayakan pemanfaatan secara optimal dan penggunaan peralatan dan teknologi hemat energi dalam rangka kebijakan energi nasional yang menyeluruh dan terpadu. Adapun jenis dari sumber daya energi yaitu energi potensial, energi kinetik, energi kimia, energi kalor, energi listrik, energi bunyi, energi nuklir, dan energi radiasi (Setyawan, 2008).
Energi listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat atau mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari sumberdaya tak terbarui ketersediaannya semakin terbatas, maka untuk menjaga kelestarian sumber energi perlu diupayakan langkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau (Sucianti, 2010).
Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Krisis listrik terjadi karena pesatnya pertumbuhan permintaan listrik tidak diimbangi penambahan jaringan distribusi dan pembangkit, sehingga permintaan listrik perlu dikelola dengan baik (Alpen Street, 2012). Ini diperkuat oleh Prof. Iwa Garniwa (2012) yang mengemukakan bahwa Indonesia tidak krisis energi, tetapi kekurangan cadangan energi listrik.

Dampak dari keterbatasan tersebut yaitu terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir disebabkan karena PLN kian tidak berdaya mencukupi kebutuhan listrik penduduk akibat lonjakan harga-harga energi mulai dari minyak hingga batu bara. Sehingga diperlukan adanya penekanan konsumsi listrik pada rumah tangga dan dunia usaha (Basri dan Munandar, 2009).
Disisi lain, masyarakat yang sering menggunakan listrik untuk produksi maupun konsumsi tanpa disadari telah terjadi pemborosan listrik yang semestinya dapat dicegah atau dihemat mengingat perekonomian yang tidak stabil, maka dapat dimulai suatu penghematan atau penggunaan alternatif lain yang lebih efisien dengan suatu tindakan konservasi bagi sumber daya alam yang dapat bersifat dapat pulih (renewable resource) (Suparmoko, 1997).
Di Indonesia, kebutuhan listrik masyarakat dipenuhi oleh PLN sebagai pemegang hak pengusahaan listrik (monopoli) (Basri dan Munandar, 2009). PLN melakukan pengggolongan terhadap konsumennya berdasarkan besarnya tarif listrik yang dikenakan,dalam penggolongan listrik untuk aktivitas sektor ekonomi dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok yaitu: 1) Rumah Tangga, 2) Usaha, 3) Industri dan 4) Pemerintahan/publik. Rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Kelompok usaha terdiri dari usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa hiburan dan jasa sosial. Kelompok industri berupa industri makan, tekstil, logam, permesinan dan industri lainnya. Semua kelompok ini sebagai konsumen listrik, kebutuhannya terus meningkat (Setyawan, 2008).
Dewasa ini seluruh kota dan hampir seluruh desa di Indonesisa terpenuhi kebutuhan listriknya, kecuali desa-desa yang terpencil. Kebutuhan energi listrik dewasa ini sebenarnya dapat digolongkan sebagai salah satu kebutuhan dasar, apalagi di kota, karena tanpa listrik pada umumnya aktivitas ekonomi terganggu bahkan sebagian menjadi lumpuh sama sekali (Setyawan, 2008).
Kota Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan dan 296.374 rumah tangga, perkembangan akan kebutuhan listriknya salah satunya ditunjukkan dalam jumlah pelanggan listrik dan energi terjual (kwh) (Makassar dalam angka 2010),.
Tidak jauh berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pemakaian energi listrik di Kota Makassar didominasi oleh kelompok pelanggan rumah tangga. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar untuk tahun 2009, jumlah pelanggan jenis tarif rumah tangga sebanyak 218.834 pelanggan, energi terjual sebanyak 489.206.784 kwh dengan nilai sebesar Rp. 282.682.392.830,00.     Di tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 235.205 pelanggan dan energi terjual sebanyak 544.890.551 kwh atau dengan nilai sebesar Rp. 312.366.925.255,00.
Melihat begitu tingginya permintaan rumah tangga dengan jumlah cadangan energi listrik yang tidak sebanding, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Listrik Rumah Tangga di Kota Makassar”, dimana listrik sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok mengingat kebutuhan akan tenaga listrik semakin besar dan relatif mendesak.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment