Bismillah,
Terjadilah dialog rekaan antara murid dan pak Kyai :
Murid : "Pak Kyai, kenapa sich perayaan Maulid Nabi koq waktunya tidak serentak satu hari saja di seluruh dunia seperti hari2 perayaan lainnya? Kenapa perayaannya boleh diulang2 selama sebulan atau beberapa bulan?"
Pak Kyai : "Maksudnya apa? Tolong dijelaskan sekali lagi biar saya paham pertanyaannya."
Murid : "Begini pak Kyai. Hari Maulid Nabi itu kan jatuh tanggal 12 Rabi'ul Awal, lantas kenapa orang2 memperingatinya tidak hanya tanggal 12 saja? Ada yg memperingati tanggal 12, ada juga yang tanggal 13, atau 14 atau 15, dst, bahkan ada yang lebih dari sebulan berlalu baru memperingati. Kenapa semuanya tidak serentak tanggal 12 saja?"
Pak Kyai : "Hmmm... Sebenarnya jawabannya masih dirahasiakan."
Murid : "Lho koq dirahasiakan pak Kyai? Memangnya kenapa?"
Pak Kyai : "Suatu saat kamu akan tahu sendiri. Karena tidak sembarang orang boleh tahu jawabannya."
Murid : "Tolong beritahu saya jawabannya pak Kyai. Saya berjanji tidak akan menceritakan jawaban itu ke siapapun. Pak Kyai kan tahu sifat dan akhlaq saya."
Pak Kyai : "Hmmm... Baiklah. Berhubung kamu adalah murid terbaik dan terpercaya bagi saya, maka akan saya beritahu. Tapi janji jangan beritahu ke siapapun juga, dan jangan untuk update status di facebook, karena ini menyangkut kehormatan para kyai dan sesepuh."
Murid : "Insya Allah pak Kyai."
Pak Kyai : "Mereka para kyai atau tokoh2 agama sengaja tidak mencukupkan perayaan Maulid Nabi pada satu hari saja dikarenakan hal tersebut bisa menjadi ladang emas bagi mereka. Hal ini bukan karena ada ikhtilaf (perbedaan ulama) atau rukhshah bagi kaum muslimin, karena sangat mustahil sesuatu yang tidak terdapat dalilnya akan memunculkan ikhtilaf para ulama. Ikhtilaf ulama itu hanya ada pada hal2 yang terdapat dalil di dalamnya, itulah yang disebut ikhtilaf tanawwu, yaitu perbedaan yang ada toleransi.
Nah, kembali ke inti pertanyaan. Jika perayaan Maulid dicukupkan pada satu hari saja, maka sangat disayangkan sekali kesempatan emas ini lewat begitu saja. Makanya mereka mencoba untuk menjadikan perayaan Maulid tidak sebatas satu hari saja. Jika perayaan Maulid hanya satu hari saja, maka mereka hanya dapat amplop sekali. Namun jika perayaan Maulid bisa berulang2, maka mereka bisa mendapat amplop juga berulang2.
Coba dihitung, untuk kyai kampung saja bisa mendapat amplop minimal Rp.500rb sd Rp.1juta untuk sekali tampil pada perayaan Maulid. Jika dalam sepekan ada 4x mereka diundang mengisi acara maulid, berarti mereka bisa mendapat amplop senilai Rp.4juta dalam sepekan, dan Rp.16juta dalam sebulan. Itu untuk kyai kampung, bagaimana halnya untuk kyai kondang yang satu amplopnya saja senilai Rp.5juta atau 10juta? Dalam sebulan mereka bisa mendapat 50juta sd 80juta?!
Kamu mau dapat amplop seperti itu??
Makanya mereka akan berusaha mati2an untuk membela dan mempertahankan perayaan Maulid walaupun sudah banyak dari mereka yang mengetahui bahwa itu adalah bid'ah atau tidak ada dalilnya."
Murid : "Gleek!.."
(ket: dialog diatas hanya rekaan. Mohon maaf jika ada yang tersinggung)
Sumber : Status Syeh Abu Fahd Negara Tauhid
http://www.facebook.com/#!/negara.tauhid/posts/1843864673692
Terjadilah dialog rekaan antara murid dan pak Kyai :
Murid : "Pak Kyai, kenapa sich perayaan Maulid Nabi koq waktunya tidak serentak satu hari saja di seluruh dunia seperti hari2 perayaan lainnya? Kenapa perayaannya boleh diulang2 selama sebulan atau beberapa bulan?"
Pak Kyai : "Maksudnya apa? Tolong dijelaskan sekali lagi biar saya paham pertanyaannya."
Murid : "Begini pak Kyai. Hari Maulid Nabi itu kan jatuh tanggal 12 Rabi'ul Awal, lantas kenapa orang2 memperingatinya tidak hanya tanggal 12 saja? Ada yg memperingati tanggal 12, ada juga yang tanggal 13, atau 14 atau 15, dst, bahkan ada yang lebih dari sebulan berlalu baru memperingati. Kenapa semuanya tidak serentak tanggal 12 saja?"
Pak Kyai : "Hmmm... Sebenarnya jawabannya masih dirahasiakan."
Murid : "Lho koq dirahasiakan pak Kyai? Memangnya kenapa?"
Pak Kyai : "Suatu saat kamu akan tahu sendiri. Karena tidak sembarang orang boleh tahu jawabannya."
Murid : "Tolong beritahu saya jawabannya pak Kyai. Saya berjanji tidak akan menceritakan jawaban itu ke siapapun. Pak Kyai kan tahu sifat dan akhlaq saya."
Pak Kyai : "Hmmm... Baiklah. Berhubung kamu adalah murid terbaik dan terpercaya bagi saya, maka akan saya beritahu. Tapi janji jangan beritahu ke siapapun juga, dan jangan untuk update status di facebook, karena ini menyangkut kehormatan para kyai dan sesepuh."
Murid : "Insya Allah pak Kyai."
Pak Kyai : "Mereka para kyai atau tokoh2 agama sengaja tidak mencukupkan perayaan Maulid Nabi pada satu hari saja dikarenakan hal tersebut bisa menjadi ladang emas bagi mereka. Hal ini bukan karena ada ikhtilaf (perbedaan ulama) atau rukhshah bagi kaum muslimin, karena sangat mustahil sesuatu yang tidak terdapat dalilnya akan memunculkan ikhtilaf para ulama. Ikhtilaf ulama itu hanya ada pada hal2 yang terdapat dalil di dalamnya, itulah yang disebut ikhtilaf tanawwu, yaitu perbedaan yang ada toleransi.
Nah, kembali ke inti pertanyaan. Jika perayaan Maulid dicukupkan pada satu hari saja, maka sangat disayangkan sekali kesempatan emas ini lewat begitu saja. Makanya mereka mencoba untuk menjadikan perayaan Maulid tidak sebatas satu hari saja. Jika perayaan Maulid hanya satu hari saja, maka mereka hanya dapat amplop sekali. Namun jika perayaan Maulid bisa berulang2, maka mereka bisa mendapat amplop juga berulang2.
Coba dihitung, untuk kyai kampung saja bisa mendapat amplop minimal Rp.500rb sd Rp.1juta untuk sekali tampil pada perayaan Maulid. Jika dalam sepekan ada 4x mereka diundang mengisi acara maulid, berarti mereka bisa mendapat amplop senilai Rp.4juta dalam sepekan, dan Rp.16juta dalam sebulan. Itu untuk kyai kampung, bagaimana halnya untuk kyai kondang yang satu amplopnya saja senilai Rp.5juta atau 10juta? Dalam sebulan mereka bisa mendapat 50juta sd 80juta?!
Kamu mau dapat amplop seperti itu??
Makanya mereka akan berusaha mati2an untuk membela dan mempertahankan perayaan Maulid walaupun sudah banyak dari mereka yang mengetahui bahwa itu adalah bid'ah atau tidak ada dalilnya."
Murid : "Gleek!.."
(ket: dialog diatas hanya rekaan. Mohon maaf jika ada yang tersinggung)
Sumber : Status Syeh Abu Fahd Negara Tauhid
http://www.facebook.com/#!/negara.tauhid/posts/1843864673692
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment