TAMBUSAI- Objek cagar wisata peninggalan perjuangan pahlawan Nasional Tuanku Tambusai yang dikenal Aur (bambu) berduri atau disebut benteng 7 lapis di Keluarahan Tengah Kecamatan, Tambusai, kini objek wisata Nasional sejarah yang terabaikan.
Kondisi cagar wisata benteng 7 lapis peninggalan Tuanku Tambusai atau yang dikenal sebutan Harimau Rokan, kini kondisinya menyedihkan. Deretan 7 benteng yang jadi pertahanan perang masa jaman penjajahan Belanda tersebut, kini hanya tinggal unggukan tanah yang ditumbuhi semak belukar, bahkan kini tidak terjamah perawatan sehingga nyaris tidak pernah dikunjungi lagi oleh wisatawan mancanegara maupun dari masyarakat Rohul sendiri.
Dari penelusuran yang dilakukan, Kamis (24/3) siang, kawasan itu mirip seperti deratan tanah unggukan saja. Dimana letak nilai sejarah di kawasan itu juga tidak lagi berbekas, bahkan nyaris tidak adanya tanda-tanda kawasan itu bekas jadi lokasi perjuangan.
Salah seorang warga tempatan, Doni M MR (36) mengatakan, sejauh ini cagar alam wisata benteng 7 lapis tidak pernah lagi tersentuh perbaikan, maupun penataan. Padahal, benteng 7 lapis selain menjadi bukti sejarah perjuangan Tuanku Tambusai melawan penjajah Belanda, juga menjadi kebanggan seluruh masyarakat Tambusai dan masyarakat Rohul.
"Kalau kita lihat sejarah, Tuanku Tambusai seorang pahlawan nasional. Sehingga seharusnya sudah selayaknya peninggalan sejarah itu diperhatikan, namun selama ini diabaikan sehingga menjadi sejarah nasional yang terabaikan,"terang Doni.
Seperti halnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), sama sekali tidak pernah menjamah perbaikan aset nasional tersebut, yang seharusnya bila dikelola memiliki nilai sejarah perjuangan yang cukup penting. �Bahkan dari informasi akan adanya dana perawatan yang dianggarkan Rp20 juta per tahunnya dari APBD Rohul oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rohul, namun nyatanya nol besar karena dana itu sampai kini tidak pernah direalisasikan,�tegas Doni lagi.
Bukan hanya itu saja, kawasan Benteng 7 lapis yang awalnya luasnya mencapai sekitar 4 hektar, kini sudah berkurang akibat sebagaian benteng tersebut secara perlahan abrasi diterpa longsor akibat terbawa arus sungai Sosa.
Bahkan pernah adanya pemugaran aset wisata di daerah itu dengan dibangun tugu 2 meriam peninggalan saat peperangan Tuanku Tambusai oleh provinsi Riau, kala itu masih dipimpin Gubernur Riau Saleh Djasit, namun pembangunan tugu sekitar lebar 3X5 meter dengan anggaran Rp300 juta, ditolak masyarakat. Walaupun sempat dibangun, namun akhirnya tugu meriam itu sudah roboh tinggal lantainya saja, sedangkan 1 unit meriamnya hilang tanpa rimba.
"Masyarakat menolak pembangunan tugu itu, karena dianggap tidak sesuai. Dengan dana Rp300 juta, hanya untuk tugu selebar 3X5 meter saja, selain itu tidak memperlihatkan seni sejarah,"kata Doni.
Ditempat terpisah Camat Tambusai Tengku Fauzan saat ditanya informasi sampai kini tidak adanya perhatian perawatan Benteng 7 lapis, menurut Camat bukannya Pemkab tidak memperhatikannya, hanya saja karena itu merupakan cagar sejarah nasional maka kewenangan Pemkab memabangunnnya harus mengikuti mekanisme, yakni harus adanya izin secara nasional.
"Saat ini sedang dibuat prosedural untuk perbaikan aset sejarah Benteng 7 lapis. Dan masyarakat agar bersabar, karena untuk membangun cagar sejarah nasional kita harus mengikuti mekanisme yang berlaku.Namun nantinya, apapun yang akan dilakukan Pemkab maupun pemerintah pusat memperbaiki aset sejarah benteng 7 lapis masyarakat harus mendukungnya,"jelas Tengku Fauzan.
Selain itu, untuk memperbaiki benteng 7 lapis, juga perlunya koordinasi dengan instansi terkait, khususnya sifat teknis. Namun masyarakat juga harus mengetahui, bukan hanya saja perjuangan Tuanku Tambusai yang diperjuangkan, seperti Sultan Abidin Syah yang kini diberikan nama lapangan sepak bola di Tambusai, salah satu raja dan pendiri Luhak Tambusai.,
"Bahkan konon kabarnya makam Sultan Abidin Syah, makamnya ada di Kediri, Jawa Timur disana dikenal bernama Syech Zainal Abidin atau Mbah Kobul. Kita sudah berziarah kesana, namun kita akan pelajari sejarah apakah makam tersebut adalah Sultan Abidin Syah dari Tambusai ini,"kata Tengku Fauzan lagi. (Fer)
Sumber : http://halloriau.com
Kondisi cagar wisata benteng 7 lapis peninggalan Tuanku Tambusai atau yang dikenal sebutan Harimau Rokan, kini kondisinya menyedihkan. Deretan 7 benteng yang jadi pertahanan perang masa jaman penjajahan Belanda tersebut, kini hanya tinggal unggukan tanah yang ditumbuhi semak belukar, bahkan kini tidak terjamah perawatan sehingga nyaris tidak pernah dikunjungi lagi oleh wisatawan mancanegara maupun dari masyarakat Rohul sendiri.
Dari penelusuran yang dilakukan, Kamis (24/3) siang, kawasan itu mirip seperti deratan tanah unggukan saja. Dimana letak nilai sejarah di kawasan itu juga tidak lagi berbekas, bahkan nyaris tidak adanya tanda-tanda kawasan itu bekas jadi lokasi perjuangan.
Salah seorang warga tempatan, Doni M MR (36) mengatakan, sejauh ini cagar alam wisata benteng 7 lapis tidak pernah lagi tersentuh perbaikan, maupun penataan. Padahal, benteng 7 lapis selain menjadi bukti sejarah perjuangan Tuanku Tambusai melawan penjajah Belanda, juga menjadi kebanggan seluruh masyarakat Tambusai dan masyarakat Rohul.
"Kalau kita lihat sejarah, Tuanku Tambusai seorang pahlawan nasional. Sehingga seharusnya sudah selayaknya peninggalan sejarah itu diperhatikan, namun selama ini diabaikan sehingga menjadi sejarah nasional yang terabaikan,"terang Doni.
Seperti halnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), sama sekali tidak pernah menjamah perbaikan aset nasional tersebut, yang seharusnya bila dikelola memiliki nilai sejarah perjuangan yang cukup penting. �Bahkan dari informasi akan adanya dana perawatan yang dianggarkan Rp20 juta per tahunnya dari APBD Rohul oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rohul, namun nyatanya nol besar karena dana itu sampai kini tidak pernah direalisasikan,�tegas Doni lagi.
Bukan hanya itu saja, kawasan Benteng 7 lapis yang awalnya luasnya mencapai sekitar 4 hektar, kini sudah berkurang akibat sebagaian benteng tersebut secara perlahan abrasi diterpa longsor akibat terbawa arus sungai Sosa.
Bahkan pernah adanya pemugaran aset wisata di daerah itu dengan dibangun tugu 2 meriam peninggalan saat peperangan Tuanku Tambusai oleh provinsi Riau, kala itu masih dipimpin Gubernur Riau Saleh Djasit, namun pembangunan tugu sekitar lebar 3X5 meter dengan anggaran Rp300 juta, ditolak masyarakat. Walaupun sempat dibangun, namun akhirnya tugu meriam itu sudah roboh tinggal lantainya saja, sedangkan 1 unit meriamnya hilang tanpa rimba.
"Masyarakat menolak pembangunan tugu itu, karena dianggap tidak sesuai. Dengan dana Rp300 juta, hanya untuk tugu selebar 3X5 meter saja, selain itu tidak memperlihatkan seni sejarah,"kata Doni.
Ditempat terpisah Camat Tambusai Tengku Fauzan saat ditanya informasi sampai kini tidak adanya perhatian perawatan Benteng 7 lapis, menurut Camat bukannya Pemkab tidak memperhatikannya, hanya saja karena itu merupakan cagar sejarah nasional maka kewenangan Pemkab memabangunnnya harus mengikuti mekanisme, yakni harus adanya izin secara nasional.
"Saat ini sedang dibuat prosedural untuk perbaikan aset sejarah Benteng 7 lapis. Dan masyarakat agar bersabar, karena untuk membangun cagar sejarah nasional kita harus mengikuti mekanisme yang berlaku.Namun nantinya, apapun yang akan dilakukan Pemkab maupun pemerintah pusat memperbaiki aset sejarah benteng 7 lapis masyarakat harus mendukungnya,"jelas Tengku Fauzan.
Selain itu, untuk memperbaiki benteng 7 lapis, juga perlunya koordinasi dengan instansi terkait, khususnya sifat teknis. Namun masyarakat juga harus mengetahui, bukan hanya saja perjuangan Tuanku Tambusai yang diperjuangkan, seperti Sultan Abidin Syah yang kini diberikan nama lapangan sepak bola di Tambusai, salah satu raja dan pendiri Luhak Tambusai.,
"Bahkan konon kabarnya makam Sultan Abidin Syah, makamnya ada di Kediri, Jawa Timur disana dikenal bernama Syech Zainal Abidin atau Mbah Kobul. Kita sudah berziarah kesana, namun kita akan pelajari sejarah apakah makam tersebut adalah Sultan Abidin Syah dari Tambusai ini,"kata Tengku Fauzan lagi. (Fer)
Sumber : http://halloriau.com
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment