BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan moderen, Indonesia telah berkembang dengan pesat. Beberapa fasilitas infra struktur, seperti gedung, jalan bebas hambatan, jalan raya dan taman, telah dibangun dengan mantap dan indah. Akan tetapi hal tersebut mengalami hambatan bagi bangsa Indonesia yang dalam tahap berkembang, hambatan tersebut dimulai sejak adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga bangsa Indonesia pada masa sekarang masih menghadapi pemasalahan yang cukup kompleks, meliputi aspek politik, ekonomi, budaya, pendidikan serta sosial
Minimnya Pendidikan Formal masyarakat Indonesia merupakan suatu hambatan bagi bangsa Indonesia untuk berkembang maju. Berdampak negatif terhadap keluarga tidak mampu atau keluarga golongan bawah. Dampak negatif tersebut antara lain kemampuan keluarga dalam membiayai sekolah anaknya. Bagi keluarga gelandangan, permasalahan yang dialami itu bersifat multi demensional sehingga mengakibatkan kehidupannya semakin terpuruk. Munculnya gelandangan di lingkungan perkotaan merupakan gejala sosial budaya yang menarik. Gejala sosial ini kebanyakan dikaitkan dengan perkembangan lingkungan perkotaan, karena didaerah kota sampai saat ini relatif masih membutuhkan tenaga yang murah, kasar dan tidak terdidik dalam mendukung proses perkembangannya.
Kondisi semacam ini membuktikan bahwa semakin kuatnya dikotomi antara kehidupan yang "resmi" kota dan kehidupan lain yang berbeda atau berseberangan dengan kontruksi kehidupan yang resmi tersebut. Pada kenyataannya Indonesia pada saat ini merupakan salah satu negara sedang berkembang yang ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara lainnya, seperti Jepang, Korea, Cina, Malaysia dsb. Keterbelakangan itu menyangkut di bidang ekonomi, teknologi maupun bidang pendidikan. Guna menanggula-ngi hal tersebut khususnya dibidang pendidikan, pemerintah berupaya mengadakan atau lebih menekankan program Pendidikaa Wajib Belajar 9 Tahun.
Karena kita sadari pendidikan diajarkan sejak anak masih kecil, jadi bahwasannya anak adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu mendapatkan pendidikan yang layak serendah-rendahnya setingkat SLTP sebagai bekal yang berguna bagi masa depannya kelak, di samping itu anak dapat menikamati masa kecilnya secara wajar dalam lingkup pergaulan yang layak. Hal ini perlu diperhatikan agar anak dapat tumbuh dan mengembangkan kepribadianya seiring dengan bertambahnya usia sampai berusia 16 tahun. Program tersebut berlangsung dari tahun 1990. Program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun yaitu setiap anak minimal harus memiiki ijazah sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bukan hanya sekedar sampai bangku sekolah dasar.
Kenyataanya program tersebut hanya dapat dinikmati atau dilaksanakan pada masayarakat golongan keluarga yang mampu, lain halnya dengan keluarga yang tidak mampu (keluarga gelandangan), bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka sudah kurang, apalagi harus untuk
memikirkan biaya akan pendidikan bagi anaknya. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan negara kita semakin terbelakang, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah itu menjadi salah satu faktor utama mengakibatkan kita terpuruk. Keterpurukan itu berdampak negatif pada masyarakat, misal semakin sulitnya seseorang mencari suatu pekerjaan, karena semakin sempit serta semakin sedikitnya lapangan kerja yang ada sehingga rakyat sebagian hidup dalam keadaan yang tidak memiliki daya, sehingga menjadi suatu penyakit masyarakat yaitu Gelandangan.
Masalah gelandangan merupakan salah satu dari penyakit masyarakat yang dari dahulu tidak dapat ditemukan jalan keluarnya. Contoh dari masalah itu misalnya pemerintah sudah berupaya mengentaskan gelandangan tersebut dari keadaan. Kenyataannya keadaan itu akan kembali lagi seperti semula. Masalah tersebut akan terselesaikan apabila si gelandangan serta pemerintah berupaya penuh akan pengentasan kemiskinan tersebut.
Masalah ini berkaitan erat dengan beberapa faktor penyebab gelandangan yang paling dominan antara lain:
1. Kemiskinan
Kemiskinan baik kemiskinan kelembagaan maupun kemiskinan pribadi.
2. Lingkungan
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor terjadinya gelandangan.
Yang paling utama dalam masalah ini adalah gelandangan yang sudah mempunyai keluarga serta mempunyai anak. Dari sinilah sudah tampak baik
secara langsung maupun tidak langsung adanya "regenerasi" dari gelandangan itu sendiri.
Umumnya keluarga gelandangan, khususnya orang tua tidak memikirkan pendidikan anaknya dengan alasan kondisi miskin yang menimpa keluarga tersebut. Orang tua tidak dapat memberikan bimbingan pada anak-anaknya, padahal pendidikan serta bimbingan orang tua atau orang dewasa yang berada di sekitar anak itu sangat dibutuhkan oleh anak pada usia pertumbuhan dan perkembangan dalam hidup ini. Data tersebut merupakan gambaran umum, akan tetapi juga banyak anak dari keluarga gelandangan yang dapat merasakan bangku sekolahan.
Pengamatan peneliti selama ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat dominan dalam pendidikan bagi anak. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang berperan terhadap perkembangan diri pribadi anak. Di samping itu kesadaran dalam diri anak untuk tetap bersekolah minimal sampai tingkat pendidikan lanjutan pertama masih kurang.
Masyarakat golongan kurang mampu (gelandangan), pada dasarnya gelandangan masih memiliki ketangguhan dan ketrampilan dasar, hanya karena sebab-sebab yang unik mereka tidak dapat hidup dan berkehidupan sebagai masyarakat yang pada umunya. Sebenarnya anak dari keluarga gelandangan membutuhkan dunia bermain maupun belajar di bangku sekolah. Umumnya banyak anak dari keluarga gelandangan yang tidak dapat mengenyam bangku sekolah serta mendapatkan bimbingan dari orang tua mereka dapat dilihat diberbagai tempat seperti halnya di traffic light disitu dapat dilihat banyak anak-
anak yang berkeliaran pada jam-jam dimana semestinya anak-anak sekolah, disisi lain ada juga sebagian yang dari keluarga gelandangan yang anaknya dapat sekolah. Anak-anak dari keluarga gelandangan pada umumnya malah harus berfikir bahwa yang penting ialah untuk segera dapat memenuhi kebutuhan dasarnya yakni pangan, sandang serta papan.
Home » Pendidikan Luar Sekolah » PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA GELANDANGAN (Studi Kasus di Pekojan Kelurahan Jagalan Kecamatan Semarang Tengah) (P-66)
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment