Oleh : Ust Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
I. BID'AH PEMECAH BELAH UMAT
Bid'ah adalah penyebab utama perpecahan umat dan permusuhan di tengah-tengah mereka. Allah berfirman (yang artinya):
"Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan,karena itu akan mencerai beraikan kalian dari jalanNya". [1]
Mujahid[2] menafsirkan "jalan-jalan" dengan aneka macam bid'ah dan syubhat.[3]
Setelah menyebutkan beberapa dalil-dalil bahwa bid'ah adalah pemecahbelah umat, Imam Asy Syatibi mengatakan :"Semua bukti dan dalil inimenunjukan bahwa munculnya perpecahan dan permusuhan adalah ketikamunculnya kebid'ahan"[4]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al Istiqomah 1/42 :
"bid'ah itu identik dengan perpecahan sebagaimana sunnah identik dengan persatuan."
II. BILA BID'AH DIANGGAP SUNNAH
Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu tatkala mengatakan:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌيَهْرَمُ فِيْهَا الْكَبِيْرُ, وَيَرْبُوْ فِيْهَا الصَّغِيْرُ, إِذَاتُرِكَ مِنْهَا شَيْءٌ قِيْلَ تُرِكَتِ السُّنَّةُ. قَالُوْا : وَمَتَىذَاكَ؟ قَالَ : إِذَا ذَهَبَتْ عُلَمَاؤُكُمْ, وَكَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ,وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ, وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ, وَقَلَّتْأُمَنَاؤُكُمْ, وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ, وَتُفُقِّهَلِغَيْرِ الدِّيْنِ
Bagaimana sikap kalian apabila datang sebuah fitnah yang membuatorang-orang dewasa menjadi pikun, anak-anak menjadi tua dibuatnya, danmanusia menganggapnya sunnah, apabila ditinggalkan maka dikatakanlah,"Sunnah telah ditinggalkan." Mereka bertanya, "Kapankah itu terjadi?"Beliau menjawab, "Apabila telah wafat para ulama kalian dan meninggalpara pembaca kalian, sedikitnya orang-orang faqih kalian, banyaknyapara pemimpin kalian, sedikitnya orang-orang yang amanah, dunia dikejardengan amalan akhirat, ilmu selain agama dipelajari secara mendalam."[5]
I. BID'AH PEMECAH BELAH UMAT
Bid'ah adalah penyebab utama perpecahan umat dan permusuhan di tengah-tengah mereka. Allah berfirman (yang artinya):
"Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan,karena itu akan mencerai beraikan kalian dari jalanNya". [1]
Mujahid[2] menafsirkan "jalan-jalan" dengan aneka macam bid'ah dan syubhat.[3]
Setelah menyebutkan beberapa dalil-dalil bahwa bid'ah adalah pemecahbelah umat, Imam Asy Syatibi mengatakan :"Semua bukti dan dalil inimenunjukan bahwa munculnya perpecahan dan permusuhan adalah ketikamunculnya kebid'ahan"[4]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Al Istiqomah 1/42 :
"bid'ah itu identik dengan perpecahan sebagaimana sunnah identik dengan persatuan."
II. BILA BID'AH DIANGGAP SUNNAH
Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu tatkala mengatakan:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌيَهْرَمُ فِيْهَا الْكَبِيْرُ, وَيَرْبُوْ فِيْهَا الصَّغِيْرُ, إِذَاتُرِكَ مِنْهَا شَيْءٌ قِيْلَ تُرِكَتِ السُّنَّةُ. قَالُوْا : وَمَتَىذَاكَ؟ قَالَ : إِذَا ذَهَبَتْ عُلَمَاؤُكُمْ, وَكَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ,وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ, وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ, وَقَلَّتْأُمَنَاؤُكُمْ, وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ, وَتُفُقِّهَلِغَيْرِ الدِّيْنِ
Bagaimana sikap kalian apabila datang sebuah fitnah yang membuatorang-orang dewasa menjadi pikun, anak-anak menjadi tua dibuatnya, danmanusia menganggapnya sunnah, apabila ditinggalkan maka dikatakanlah,"Sunnah telah ditinggalkan." Mereka bertanya, "Kapankah itu terjadi?"Beliau menjawab, "Apabila telah wafat para ulama kalian dan meninggalpara pembaca kalian, sedikitnya orang-orang faqih kalian, banyaknyapara pemimpin kalian, sedikitnya orang-orang yang amanah, dunia dikejardengan amalan akhirat, ilmu selain agama dipelajari secara mendalam."[5]
Syaikh al-Albani menerangkan bahwa hadits ini sekalipun mauquf padaIbnu Mas'ud tetapi dia tergolong marfu' hukman (sampai kepada Nabi n/),lalu lanjutnya: "Hadits ini merupakan salah satu bukti kebenarankenabian Nabi dan risalah yang beliau emban, karena setiap penggalanhadits ini telah terbukti nyata pada zaman kita sekarang, di antaranyabanyaknya kebid'ahan dan banyaknya manusia yang terfitnah olehnyasehingga menjadikannya sebagai suatu sunnah dan agama, lalu ketika adaAhlus Sunnah yang memalingkannya kepada sunnah yang sebenarnya, makamereka mengatakan: "Sunnah telah ditinggalkan".!! [6]
III. SENJATA PAMUNGKAS
Dari Said bin Musayyib, ia melihat seorang laki-laki menunaikanshalat setelah fajar lebih dari dua rakaat, ia memanjangkan rukuk dansujudnya. Akhirnya Said bin Musayyib pun melarangnya. Orang ituberkata: "Wahai Abu Muhammad, apakah Allah aka menyiksaku dengan sebabshalat? "Beliau menjawab tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karenamenyelisihi As-Sunnah". [7]
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengomentari atsar ini dalam Irwaul Ghalil2/236 "Ini adalah jawaban Said bin Musayyib yang sangat indah. Danmerupakan senjata pamungkas terhadap para ahlul bid'ah yang menganggapbaik kebanyakan bid'ah dengan alasan dzikir dan shalat, kemudianmembantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa mereka (Ahlu Sunnah)mengingkari dzikir dan shalat! Padahal sebenarnya yang mereka ingkariadalah penyelewengan ahlu bid'ah dari tuntunan Rasul Shallallahu'Alaihi Wasallam dalam dzikir, shalat dan lain-lain".
IV. BID'AH HASANAH, ADAKAH?
Sungguh aneh bin ajaib apa yang dikatakan oleh al-Ghumari dalam bukunya "Itqon Shun'ah fi Tahqiqi Ma'na al-Bid'ah"hlm. 5: "Sesungguhnya para ulama bersepakat untuk membagi bid'ahmenjadi dua macam; bid'ah terpuji dan tercela...Tidak ada yangmenyelisihnya kecuali asy-Syathibi!!!".
Demikian ucapannya, sebuah ucapan yang tidak membutuhkan keteranganpanjang tentang bathilnya, karena para ulama salaf semenjak dahuluhingga sekarang selalu mengingkari bid'ah dan menyatakan bahwa setiapkebid'ahan adalah sesat. Alangkah bagusnya ucapan sahabat Abdulloh binUmar tatkala berkata:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَ إِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
Setiap bid'ah adalah kesesatan walaupun dipandang oleh manusia sebagai suatu kebaikan. [8]
V. KELUARGA WARNA WARNI
Sungguh unik apa yang dikisahkan oleh Ibnu Hazm dalam Nuqothul Arus sebagaimana dalam Rosail Ibnu Hazm 2/112-115, di antaranya:
Hirosy memiliki enam anak, dua anaknya Ahlu Sunnah, duanya lagidari Khowarij, duanya lagi dari Rafidhoh, mereka saling bermusuhan,sehingga suatu kali bapak mereka mengatakan: "Sesungguhkan Allah telahmencerai beraikan hati kalian!!".
Sayyid al-Himyari Kisani adalah seorang Syi'ah, sedangkan keduaorang tuanya adalah khowarij, anaknya suka melaknat kedua orang tuanyadan kedua orang tuanya membalas melaknatnya juga!! [9]
VI. BID'AH MEMATIKAN SUNNAH
Hassan bin 'Athiyyah berkata: "Tidaklah suatu kaum melakukan suatukebid'ahan dalam agama mereka, ekcuali Allah akan mencabut dari merekasunnah semisalnya, kemudian dia tidak kembali ke sunnah hingga harikiamat". [10]
Imam adz-Dzahabi berkata: "Mengikuti sunnah adalah kehidupan hatidan makanan baginya. Apabila hati telah terbiasa dengan bid'ah, makatiada lagi ruang untuk sunnah". [11]
VII. HATI ITU LEMAH
Suatu kali, ada dua orang lelaki pengekor hawa nafsu datang kepadaMuhammad bin Sirin seraya mengatakan: "Wahai Abu Bakr! Kami akanmenceritakan kepadamu suatu hadits? Beliau berkata: Tidak. Keduanyamengatakan: Kami akan membacakan ayat Al-Qur'an kepadamu. Beliauberkata: Tidak, kalian yang pergi ataukah saya yang akan pergi. [12]Sufyanats-Tsauri berkata: "Barangsiapa mendengarkan suatu kebid'ahan, makajanganlah dia menceritakan kepada teman duduknya, janganlah diamemasukkan syubhat dalam hati mereka".
Imam adz-Dzahabi membawakannya dalam Siyar A'lam Nubala'7/261, lalu berkomentar: "Mayoritas ulama salaf seperti ini kerasnyadalam memperingatkan dari bid'ah, mereka memandang bahwa hati manusiaitu lemah, sedangkan syubhat kencang menerpa".
VIII. ANTARA BID'AH DAN MASLAHAT
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memberikan sebuah kaidah penting tentang maslahat dan mafsadah, beliau berkata :
فَكُلُّ أَمْرٍ يَكُوْنُ الْمُقْتَضِيْ لِفِعْلِهِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم مَوْجُوْدًا لَوْ كَانَ مَصْلَحَةً وَلَمْ يَفْعَلْ, يُعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَصْلَحَةٍ
Setiap perkara yang faktor dilakukannya ada pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang nampaknya membawa maslahat tetapi tidak dikerjakan Nabi, maka jelas bahwa hal itu bukanlah maslahat. [13]
Beliau kemudian memberikan contoh, seperti adzan pada hari raya.Adzan itu sendiri pada asalnya adalah maslahat. Dan faktor dilakukannyajuga ada, yaitu mengumpulkan jama'ah sholat. Tetapi Nabi tidakmelakukannya. Berarti adzan pada hari raya bukanlah maslahat. Kitamenyakini hal itu sesat sebelum kita mendapatakan larangan khusus akanhal tersebut atau sebelum kita mendapaakan bahwa hal tersebut membawamafsadah.
IX. PESAN SUNAN BONANG
Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen "Het Book van Mbonang"[14]adalah peringatan dari sunan Mbonang kepada umat untuk selalu bersikapsaling membantu dalam suasana cinta kasih, dan mencegah diri darikesesatan dan bid'ah. Bunyinya sebagai berikut: "Ee..mitraningsun!Karana sira iki apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asihing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid'ah".
Artinya: "Wahai saudaraku! Karena kalian semua adalah sama-samapemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yangmengasihimu. Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat danbid'ah.[15]
X. MEMBANTAH AHLI BID'AH
Alangkah bagusnya ucapan seorang:
يَا طَالِبَ الْعِلْمِ صَارِمْ كُلَّ بَطَّالِ
وَكُلَّ غَاوٍ إِلىَ الأَهْوَاءِ مَيَّالِ
وَلاَ تَمِيْلَنَّ يَا هَذَا إِلَى بِدَعٍ
ضَلَّ أَصْحَابُهَا بِالْقِيْلِ وَالْقَالِ
Wahai penuntut ilmu, seranglah setiap ahli kebathilan
Dan setiap orang yang condong kepada hawa nafsu
Janganlah dirimu condong kepada bid'ah
Sungguh pelaku bid'ah telah tersesat karena kabar burung. [16]
______
FooteNote
[1] QS.Al-An'am: 153.
[2]Beliau adalah seorang pakar ilmu tafsir,beliau belajar dan khatam alqur'an beserta tafsirnya perayat kepada Ibnu Abbas sebanyak dua puluhsembilan kali. Sufyan Ats-Tsauri berkata :"Apabila datang padamu tafsirdari Mujahid, maka cukuplah dengannya.(lihat Ma'rifah Qurra' kibar 1/66-67 Adz-Dzahabi, Muqodimah Tafsir 94-95 Ibnu Taimiyyah).
[3] Jami'ul Bayan 5/88 Ibnu Jarir.
[4] Al-I'tishom 1/157.
[5] HR. Darimi 1/64, al-Hakim 4/514 dengan sanad hasan shohih.
[6] Qiyam Romadhan hlm. 4-5.
[7] Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan Kubra 2/466.
[8] Diriwayatkan oleh Lalikai dalam Syarah Ushul I'tiqod: 126, Ibnu Baththoh dalam Ibanah: 205, al-Baihaqi dalam Madkhol Ila Sunan: 191, dan Ibnu Nashr dalam as-Sunnah: 70 dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Ahkam Janaiz hlm. 258.
[9] An-Nadhoir, Syaikh Bakr Abu Zaid hlm. 86.
[10] Dikeluarkan al-Lalikai: 129, ad-Darimi: 98 dengan sanad shohih.
[11] Tasyabbuh al-Khosis bi Ahlil Khomis hlm. 46.
[12] Ad-Darimi 1/109.
[13] Iqtidho' Sirhotil Mustaqim 2/594.
[14]Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai sebagaidokumen asli dan valid, yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Daridokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti.Diantaranya thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816, dan Thesis Dr. JghGunning tahun 1881, Dr. Da Rinkers tahun 1910, dan Dr. Pj ZoetmulderSj, tahun 1935.
[15] Dari info Abu Yahta Arif Mustaqim, pengedit buku Mantan Kiai NU Menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah Para Wali hlm. 12-13.
[16] Dzail Tarikh Baghdad 16/318, sebagaimana dalam Ilmu Ushul Bida' hlm. 300.
Sumber : http://abiubaidah.com/10-faedah-tentang-bidah.html/
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment